Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi Saga saat ini. Sekali datang ke Bali, banyak hal yang ia kerjakan. Mulai dari mengurus gudang produksi terbaru milik perusahaannya kemudian dilanjutkan meeting dengan para karyawannya yang ditempatkan di sana. Lalu terakhir malam ini ia menghadiri sebuah gala dinner yang dirancang khusus untuk merayakan dan menghormati prestasi atau pencapaian para pelaku usaha di dunia bisnis.
Event ini menjadi salah satu acara penting dan bergengsi bagi Saga agar bisa semakin memperluas jaringan bisnisnya juga memperoleh pengakuan atas pencapaian perusahaannya selama ini. Untuk itu ia tak keberatan untuk bertahan di sana selama lima hari guna menunggu acara itu sebelum kembali ke Jakarta.
Makan malam yang identik dengan suasana mewah itu memberi kesempatan bagi para tamu undangan untuk dapat saling berinteraksi dan pada ujungnya bisa saling menjalin kerjasama.
"Abang udah menemui pak Wiyanta? Dia datang bersama istri mudanya."
Arah pandangan Saga sedang tertuju ke pantai ketika Fira menanyakan sesuatu terkait seorang pria yang akhir-akhir ini sedang sering berhubungan dengan perusahaannya.
Lantas ia menoleh ke Fira sebentar lalu kembali membuang pandangannya ke laut yang cukup gelap. Hanya deburan ombaknya yang paling terdengar kencang.
"Sudah tadi," jawabnya.
"Kapan? Kok nggak sama aku? Aku yang banyak mengurus tentang rencana kerjasama kita. Ini kesempatan baik untuk kita terus deketin dia agar kerjasamanya segera disetujui."
Saga menghela napas pelan. Tidak setuju dengan cara Fira yang terlalu menunjukan keinginan kerjasama itu. Bagi Saga, tarik ulur kerjasama harus dilakukan dengan cara tepat. Tidak terlalu menekan calon patner agar apa yang diinginkan dalam kerjasama itu tercapai. Terlebih lagi dalam acara seperti ini, seharusnya yang dibangun adalah hubungan baik, bukan selalu harus membicarakan tentang perjanjian kerjasama yang mungkin saja bisa merusak suasana.
"Nggak usah terlalu terlihat mengemis, apalagi di acara seperti ini. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, Fir. Kerjakan saja apa yang menjadi tugasmu."
Tidak setuju dengan pendapat Saga,membuat Fira berdecak kesal. "Aku yang biasa deal-deal an dengan rekanan perusahaan kalau-kalau Abang lupa."
"Kamu juga dibayar untuk itu, Fir, kalau-kalau kamu lupa." balas Saga.
Tidak ada yang spesial dengan apa yang dilakukan Fira karena memang itu adalah tugasnya. Tugas yang diberi imbalan berupa gaji setiap bulannya.
Akan tetapi berbeda bagi Fira. Ia menganggap apa yang ia lakukan selama ini lebih dari yang seharusnya. Dulu selain gaji, ada bonus kedekatan dengan Saga. Namun sejak beberapa bulan lalu, ia merasa kehilangan bonus itu.
"Abang berubah," rajuknya.
"Apa maksud mu?"
Fira tak langsung menjawab melainkan meraih gelas minuman beralkohol yang ada di depannya. Meneguk isinya sedikit lalu menyandarkan punggung pada kursi.
"Sepertinya sekarang peranku tak lagi penting."
Fira tak malu mengungkapkan hal itu meski terdengar menggelikan di telinga Saga. Tapi dia sudah hafal bagaimana sifat gadis ini. Untuk itu ia berusaha menahan rasa kesal.
"Aku sering mengatakan kepada semuanya, termasuk kamu. Bahwa semua peran di jobdesk masing-masing sangat penting. Aku tidak bisa berdiri sendiri membangun perusahaan, jelas semua itu juga karena peran penting mu dan yang lain. Lantas kenapa kamu merasa seperti itu?"
Fira juga mengakui bahwa meskipun sering marah-marah, tapi soal menghargai karyawan, Saga sangat baik. Dalam artian tidak pernah mempersulit apapun terkait hak-hak karyawan baik itu tentang hak gaji atau lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...