"Rekor lho, Bil, setahun bedah dua kali!"
Seorang bernama Nabila yang tengah terbaring di ruangan operasi itu meringis saja mendengar ucapan rekannya.
"Oh, sebelumnya sudah pernah operasi ganglion juga?"
"Sembilan bulan yang lalu, Dokter Adis. Kayak orang hamil aja, sembilan bulan bedah lagi."
Di balik maskernya, Adis tersenyum. Tatapannya tetap fokus ke arah tangan Nabila sambil menahan area kulit yang sudah disayat itu dengan alatnya agar tetap terbuka.
"Yang awal juga sebesar ini?" tanya Adis tanpa mengalihkan tatapannya.
"Nggak begitu ingat, Dok, tapi rasanya lebih sakit yang sekarang dan terasa lebih mengganggu. Apalagi kalau buat nge-gas motor, nyeri dan ganggu banget." jawab Nabila.
"Efek tanganmu terlalu banyak beban fisik, Bil." ucap perawat lagi.
"Sampel lab banyak banget ya per shift nya?" Adis kembali ikut masuk dalam obrolan.
Bukan Nabila yang menjawab, melainkan perawat tadi yang bersedia membantu Nabila. "Dia kerja rodi, Dok. Kalau nggak pas nge-shift ya jualan. Udah gitu kadang masih tambah jadi guru les juga."
Adis melirik pasiennya yang tak bisa banyak bergerak. Cukup merasa kagum jika cerita itu benar.
"Ngejar apa sih? Sayangi lho kesehatannya! Jangan mentang-mentang masih muda. Nanti kalau udah berumur kayak saya, uratnya mulai menjerit."
Sebagian orang yang berada di ruangan dingin itu tertawa mendengar penuturan Hesti.
"Cuma ngejar duit aja sih, Bu." jawab Nabila pelan yang kembali membuat yang lain tertawa.
"Ngomong-ngomong kalian tentanggaan apa gimana?" tanya Hesti pada perawat yang memulai topik tentang kegiatan Nabila.
Perawat bernama Faiz itu mengangguk sambil memberikan kassa steril ketika Adis memintanya.
"Nabila kos nya satu gang sama rumahku."
Beberapa saat kemudian benjolan yang berisi cairan sendi dapat dikeluarkan dari pergelangan tangan Nabila. Lantas dokter yang menjadi operator utama yang sejak tadi bekerja dalam diam, berdiri dari duduknya.
"Kamu yang selesaikan, Dis!" ucapnya.
"Baik, Dokter."
Lantas Adis mengambil alih luka bedah Nabila untuk direkatkan lagi dengan prosedur jahitan. Sementara itu, Sang Operator utama yang tak lain adalah Nova, menatap pasiennya beberapa saat.
"Lain kali, bius total saja agar tidak berisik!"
Beberapa orang yang di sana hanya bisa saling lirik dan seketika suasana yang semula cukup hangat dan seru, tiba-tiba menjadi sunyi sekaligus dingin hingga Nova keluar dari ruang operasi. Begitu pintu kembali tertutup, mereka kompak menghembuskan napas karena lega setelah sempat menahan napas karena teguran Nova.
Adis yang sedang fokus menjahit luka di tangan Nabila langsung tertawa pelan melihat kesunyian yang sangat mendadak itu.
"Dokter kok malah tertawa?" tanya Faiz.
Adis menggeleng terlebih dahulu baru menjawab, "Sebenarnya saya sampai bingung harus bereaksi bagaimana menghadapi dokter Nova hari ini. Jadi pilih tertawa saja."
Akhirnya yang lain ikut tertawa. Sama halnya dengan Adis, mereka juga kadang bingung menghadapi sikap Nova yang bisa berubah-ubah kapan saja.
Terkhusus malam ini, menghadapi Nova benar-benar harus dengan hati seluas samudra. Terutama Adis, dia benar-benar stres menghadapi kelabilan Nova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
Aktuelle Literatur"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...