22. Menguras Tenaga

7.4K 648 66
                                    

"Dokter, tidak pernah kan mendengar cerita itu? Dari situ saja sudah menjadi bukti bahwa Dokter bukan siapa-siapa yang dianggap penting. Jadi, aku dengan baik hati mengingatkan agar Dokter tak perlu lagi dekat-dekat dengan abang. Sejauh ini, hanya aku yang paling tahu banyak tentang hidup abang."

Sekarang Adis baru percaya bahwa usia cukup berpengaruh pada pola pikir. Dan Tidak pernah terlintas di pikiran Adis untuk melawan Fira yang usianya lebih muda. Akan tetapi, kali ini rasanya dia tidak ingin kalah.

"Hanya cerita itu yang kamu tahu?"

Sangat jelas terlihat wajah terkejut Fira. Mungkin dia tidak menyangka bahwa Adis akan memberikan balasan.

"Kamu tahu wanita yang bernama Laras?" tanya Adis lagi dan Fira belum berubah, dia diam karena tidak tahu siapa wanita bernama Laras itu. Dugaannya adalah wanita masa lalu Saga, tapi dia tidak pernah dengar ceritanya.

"Lalu, apa yang kamu ketahui tentang penyakit parkinson?" Adis bertanya lagi.

"Parkinson? Dokter untuk apa tanya penyakit denganku? Salah alamat." balas Fira yang membuat Adis mendenguskan tawa.

"Dan terakhir, apa kamu tahu siapa ibu Arini?"

Lagi, Fira diam saja karena tidak tahu. Namun bukan berarti hatinya tidak berisik. Batinnya benar-benar kesal karena tidak tahu maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang Adis berikan.

Selain puas bisa membalas Fira, Adis juga merasa bangga karena seorang Fira yang katanya wanita terdekat Saga, tapi tidak tahu cerita-cerita hidup pria itu. Sekarang bolehkah Adis senang karena dipercayai untuk mengetahui sisi terpuruk dari Saga?

"Dari situ saja sudah bisa jadi bukti bahwa kamu belum tahu banyak tentang hidup pak Saga." ucap Adis final dan semakin membuat Fira tersulut emosinya.

"Wow!!" pekik Fira. "dokter ternyata memang diam-diam menginginkan abang. Saranku, kenali betul siapa abang sebelum memutuskan untuk mendekatinya. Dia memang sebrengsek itu, tapi aku nggak rela dia disakiti oleh cewek-cewek yang berlaga peduli tapi akhirnya pergi pas udah tahu buruknya dia."

Gadis itu bediri dengan wajah menahan marah lalu. Sebelum pergi meninggalkan Adis, dia kembali berkata, "Anak dan ibu dari anaknya tinggal di Bandung. Biasanya di akhir bulan abang akan ke sana untuk jenguk. Buktikan sendiri omongan ku!"

Sementara itu setelah Fira pergi, justru Adis menunduk lemah. Energi tubuhnya terasa terkuras habis seperti baru saja menangani puluhan pasien. Yang dia ingat, selama hidup ini tidak pernah bertengkar dengan orang lain. Dan kali ini ketika terpaksa harus melawan Fira, tubuhnya mendadak terasa lemas kehabisan energi.

Setelah menghabiskan jus jeruk nya, Adis mendapatkan tambahan energi dan baru bisa merenungkan apa kata-kata Fira. Ia tahu bahwa hidup Saga tak selurus itu, namun mendengar kenyataan bahwa Saga sudah memiliki anak tanpa pernikahan rasanya tetap membuat hatinya bergetar.

Lantas ia juga segera meninggalkan tempat itu, kembali ke klinik dengan perasaan yang kembali harus berkecamuk. Dipikir-pikir jika dekat dengan Saga, Adis harus menambah tingkat kesabarannya. Banyak sekali kejutan-kejutan yang terkadang membuat mood nya naik turun.

"Eh dokter udah kembali, telat lima detik, Dok."

"Apanya yang telat, Sus?"

Perawat yang sejak pagi membersamainya praktik di klinik kemudian mendekat sembari membawa satu buket bunga.

Setelah menerimanya, Adis berlari keluar karena berharap masih bisa bertemu dengan orang yang mengantar bunga.

"Udah pergi, Dok." ucap perawat yang ikut keluar karena ia tahu bahwa Adis penasaran. "Kurir sih yang mengantar,"

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang