21. Fakta Baru

7K 591 62
                                    

Adis sudah beraktifitas seperti biasanya. Praktek di rumah sakit dan klinik kantor secara bergantian sesuai jadwal. Selain itu, ia juga sudah mulai menyiapkan berkas-berkas keperluan pendidikan spesialisnya nanti.

Dia dan perawat yang jaga sedang sibuk menerima obat-obatan yang datang untuk stok di klinik. Ada dua dus besar yang harus mereka bongkar dan nanti dipilah satu persatu. Ketika itu seseorang masuk mencari dirinya.

"Dokter Adis,"

"Ya?"

"Tolong! Pak Saga kritis,"

Terang saja informasi itu membuat Adis dan perawatnya berdiri seketika.

"Kenapa bisa?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, Dok. Mohon cepat bantu!"

Tanpa pikir panjang Adis langsung bergegas membawa kotak emergency menuju ke ruangan Saga bersama Fendi, orang yang memberikan kabar.

"Kritis bagaimana? Apa bisa dijelaskan lebih detil?" pinta Adis ketika mereka masih di dalam lift.

"Baru kali ini pak Saga seperti itu, Dok. Saya juga bingung menjelaskan bagaimana keadaannya."

Sepertinya hanya buang waktu saja jika Adis terus mengejar penjelasan dari Fendi. Untuk itu, ia memilih diam hingga mereka sampai ke ruangan Saga.

Di dalam ruangan itu, Saga terbaring di sofa. Sepatu, jas dan dasinya sudah terlepas, menyisakan celana panjang hitam dan kemeja putih yang melekat di tubuhnya.

Adis langsung memberikan pertolongan pertama, mulai dari cek nadi dan seterusnya. Keningnya berkerut ketika beberapa saat kemudian ia mendapati bahwa semua tanda vital Saga normal. Memeriksa bagian tubuhnya juga tidak ada luka serius. Pun dengan tanda-tanda penyakit lain, tak ia temukan juga.

Kemudian ia menoleh untuk meminta penjelasan pada Fendi. Akan tetap betapa terkejutnya dia ketika asisten Saga itu sudah tidak berada di ruangan. Baru lah di detik itu ia sadar bahwa sedang dikerjai oleh Saga. Gara-gara terlalu panik, Adis sampai tak terpikirkan hal tersebut.

"Dada gue sesak banget, Dis." ucap Saga kemudian ketika merasa Adis menatapnya kesal.

"Dosa lho, Mas, bohong dan bikin orang panik begitu!"

Akhirnya Saga membuka mata lalu ia meringis. "Aku nggak bohong, dadaku sesak sekali karena sejak kemarin nggak ada komunikasi denganmu."

Adis memutar bola mata malas karena melihat drama Saga. Tentang komunikasi, memang benar belum ada komunikasi lagi antara mereka. Terakhir malam hari ketika Saga mengabarkan bahwa sudah sampai di Jakarta.

Adis tak memberi tanggapan apa-apa karena lebih memilih merapikan tensimeter yang sempat ia gunakan untuk Saga.

Melihat Adis diam, Saga memutuskan untuk duduk dan memperhatikan wanita yang kini paling menyita perhatiannya.

"I'm sorry."

Adis belum juga menanggapi karena dia tak paham Saga mengucapkan kata maaf untuk apa. Kemudian ia menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya berdiri.

"Keadaan mas Saga baik-baik saja, jadi aku permisi kembali ke klinik."

Belum sampai niat itu terlaksana, Saga sudah lebih dulu memegang tangan Adis. Mengambil alih kit emergency dan meletakkannya agar Adis bisa kembali duduk.

"Kamu marah?"

"Tidak juga, memang kenapa aku harus marah?"

"Karena sikap kamu mengatakan bahwa kamu marah. Apa karena kemarin kita nggak jadi pulang ke sini sama-sama?"

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang