23. Kebiasaan Baru

4.3K 428 53
                                    

"Adis!"

Langkahnya terhenti seketika saat mendengar namanya disebut seseorang. Ketika menoleh, ada Lila yang berjalan mendekat masih sambil melambaikan tangan.

"Kok ada di sini?"

"Menemani mas Saga periksa ke dokter Ludita,"

"Oh iya, kemarin aku sudah dikasih tahu papa. Tapi katanya tidak bisa hari ini?"

Kemudian mereka berjalan bersisihan sembari melanjutkan percakapan.

"Kemarin mas Saganya bilang begitu, Dok, karena katanya ada urusan ke Bandung. Tapi nggak tahu kenapa tiba-tiba banget semalam kasih kabar kalau hari ini bisa periksa."

Lila berhenti melangkah sehingga membuat Adis juga ikut berhenti.

"Pertama, panggil aku dengan nama aja deh!"

Adis tersenyum canggung. Sudah beberapa kali Lila meminta hal serupa, hanya saja dia belum menemukan panggilan yang pas untuk adik Saga ini.

"Aku panggil mbak Lila, mau?"

"Not bad!" sahut Lila santai.  "Kenapa harus ragu-ragu begitu?"

"Ada orang yang keberatan aku panggil begitu, jadi sekarang lebih hati-hati aja."

Lila mendenguskan tawa. Ada-ada saja keunikan orang jaman sekarang.

"Eh, ngomong-ngomong ada satu hal yang harus kamu tahu, Dis. Saga itu sudah lama banget nggak pernah mau datang ke rumah sakit ini."

Informasi yang menarik bagi Adis sehingga ia memasang atensi lebih untuk mendengar alasannya.

"Ini kan rumah sakit milik dr. Rafa? Mas Saga nggak pernah mau datang ke sini kenapa?"

"Jadi milik keluarga Rafa belum lama, Adis. Sebelumnya rumah sakit ini milik sebuah yayasan. Singkat ceritanya, Saga ada masalah lah sama direktur yayasannya."

Adis akhirnya menebak-nebak, tapi karena dia sudah kepalang basah selalu tertarik hal-hal tentang Saga, akhirnya ia mengungkapkan tebakan itu.

"Apakah Adrian?"

Pertanyaannya itu membuat Lila terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa pelan dan mengangguk.

"Sebenarnya hal itu bukan sesuatu yang elok diceritakan pada orang lain, tapi kalau ke kamu kayaknya nggak masalah." jawab Lila, ia tersenyum menggoda lalu menyenggol bahu Adis pelan. "Aku udah diceritain sama papa, dan jujur aku cukup terkejut ternyata si kunyuk itu progresnya udah jauh."

Adis ikut tersenyum, bercampur malu. Yang Lila maksud sudah pasti Saga yang dengan nekatnya datang ke Jogja menemui ayah Prama.

"Jadi ada apa dengan Adrian dan mas Saga?" Adis tak ingin kehilangan kesempatan untuk mengetahui alasan di balik sengketa dua pria itu.

"Salah paham aja sebenarnya. Cuma karena dua-duanya keras hati dan angkuhnya sama-sama menembus langit, jadi ya susah didamaikan."

Tentu saja Adis tidak puas dengan jawaban itu. Alasan yang terlalu umum, yang ingin ia dengar adalah alasan secara jelasnya.

"Salah paham dalam hal apa?"

Untuk pertanyaan Adis kali ini membuat Lila diam dan terkesan mencari-cari peralihan. Untung saja Adis tipe orang yang mudah paham akan kondisi orang lain.

"Nanti tanya sama Saga saja ya!"

Akhirnya Adis mengangguk padahal dia tidak yakin akan mendapatkan jawaban dari Saga.

Selanjutnya Lila berpamitan karena harus ke arah lain, sementara Adis menunggu di lorong area pemeriksaan poli spesialis sesuai janjiannya dengan Saga. Untung saja tidak lebih dari lima belas menit pria itu sudah datang.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang