Adis baru saja selesai mencuci tangannya ketika Rima—perawat yang sedang bertugas dengannya membawa dua nasi box dan dua cup jus buah bewarna orange.
"Rejeki Jumat berkah, Dok." ucap gadis itu dengan senyuman lebar.
Selesai mengeringkan tangan, Adis ikut duduk di sebuah ruangan kecil yang ada di klinik bagian belakang. Ruangan berukuran 2x3 meter yang memang disediakan untuk petugas beristirahat.
"Dari mana, Rim?" Setelah beberapa waktu bekerja di sini, baru sekali ini Adis mendapat makan siang gratis. Biasanya dia akan pergi bersama perawat yang bertugas, atau jika malas keluar, mereka akan pesan secara online.
Rima membagi nasi dan jus itu pada Adis sambil menjawab, "Itu Dok, closing project kayaknya. Biasanya di sini emang syukuran kalau ada proyek yang selesai dikerjakan. Pak Saga suka traktir begini setiap berhasil mengerjakan target."
Adis mendengarkan sembari menusuk cup jus nya dengan sedotan. Meneguknya beberapa mili sebelum akhirnya ia kembali bersuara. "Unik ya pimpinan di sini?"
Mendapatkan pengakuan yang lebih mirip pujian itu membuat Rima sempat terkejut. Kemudian ia bertingkah heboh sendiri. "Jangan bilang Dokter juga mau jadi fangirl nya pak Saga? Aduh tambah panjang aja antriannya."
Tuduhan yang membuat Adis terkekeh geli. Tidak di rumah sakit, tidak di klinik kantor sama saja. Bertaburan cewek penggemar Saga.
"Bukan begitu, Rima. Saya melihatnya unik, karena pernah melihat beliaunya marah-marah. Dan sekarang mentraktir makan siang."
Adis jujur mengungkapkan penilaiannya pada Saga yang unik. Jumat lalu, dia mendengar dengan telinganya sendiri ketika Saga mengamuk pada hampir seluruh karyawannya. Kata-katanya juga bisa dikatakan pedas dan menyakitkan. Lalu di hari Rabu ketika Adis kembali praktek di klinik ini, dia tidak melihat Saga sampai waktu pulang. Hanya saja dia masih merasakan aura mencekam di kantor ini dari wajah-wajah karyawan yang ia temui. Hampir keseluruhannya terlihat kusut dan penuh beban. Bahkan ada dua karyawan yang periksa padanya. Adis menilai bahwa hari itu, bos mereka masih belum bersahabat.
Kemudian Jumat ini, jadwalnya praktek di sini lagi. Suasana sudah lebih kondusif. Karyawan yang ia temui sejak pagi tadi rata-rata sudah bisa tersenyum. Ditambah siang ini dia kebagian makan gratis, Adis menyimpulkan bahwa ketegangan mereka sudah selesai. Terutama Saga, mungkin bisa ular kobranya sudah habis.
"Iya sih, Dok. Semacam penebusan dosa gitu ya?" balas Rima sambil tertawa kecil. "Kadang emang serem lihat pak Saga kalau lagi kobra mode on. Meski kegantengannya tidak luntur."
Adis kembali terkekeh sambil menggelengkan kepala. Sepertinya julukan ular kobra itu disetujui seluruh penghuni kantor ini.
Keduanya kemudian kompak untuk menyantap menu siang yang terasa lebih nikmat itu. Wajar, yang namanya traktiran pasti selalu terasa lebih enak.
Baru beberapa suap, Adis dan Rima harus rela meninggalkan makan siang mereka karena tepat di depan kantor terjadi tabrakan antara dua pemotor. Karena posisi klinik kantor adalah tempat pelayanan medis terdekat dari lokasi kecelakaan, sudah pasti orang-orang yang menolong membawa korban kecelakaan ke sana.
"Tanda-tanda vital masih aman, Dok." ujar Rima setelah selesai memeriksa pemotor yang tidak terlalu parah, sementara Adis menangani pemotor lain yang terlihat lebih parah. Rima juga menjelaskan bahwa tidak ada tanda-tanda patah tulang maupun cedera lain pada pasien yang ia tangani. Hanya ada beberapa luka lecet dan memar di kaki.
"Setelah selesai itu bantu saya ya, Rim. Pasien yang ini butuh dirujuk."
Rima menoleh, menaruh perhatian lebih pada Adis dan pasiennya. "Baik, Dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...