48. Kesepakatan Cinta

11.9K 595 97
                                    

"Lo harus pulang ke sini secepatnya!"

"Adabnya di mana? Sama bos kok gue-lo!"

"Saga, please! Gue lagi butuh lo di sini. Perusahaan lo ini taruhannya."

Saga nampak tenang meski lawan bicaranya terlihat panik.

Di dalam layar macbook itu terlihat jelas bagaimana wajah Adrian yang tidak seangkuh biasanya jika berhadapan dengan Saga. Justru pria itu terlihat panik dan sangat berharap Saga bisa segera membantunya.

Saga duduk di tepi kasur, menghadap benda elektronik miliknya. Mata dan fokusnya tertuju pada setiap hal yang Adrian sampaikan. Sementara itu, tangan kanannya tak berhenti memijit kaki Adis yang terbaring di sampingnya.

Dari batas lutut ke atas, tubuh Adis tertutup selimut tebal. Ia tidak tidur, hanya sebatas rebahan sambil menatap punggung suaminya. Entah kenapa di momen itu, Adis merasa sangat jatuh cinta dengan Saga.

Pria itu memakai celana pendek dan kaos putih, tambah rambutnya yang setengah basah dan belum disisir, terlihat begitu mempesona di mata Adis. Apalagi ketika tangan Saga tak berhenti memijit lembut kakinya padahal sedang fokus membahas hal penting dengan Adrian. Sungguh perasaan cinta Adis terasa meletup-letup. Matanya dimanjakan dengan visual Sang Suami, lalu tubuhnya terasa nyaman karena Saga terus memijitnya.

Kalau saja Dipta menyaksikan tatapan Adis yang penuh dengan cinta untuk Saga, sudah pasti Adis akan kena marah.

"Lo kenapa jadi malah melempem sih? Kemana Adrian yang angkuhnya minta ampun? Gue aja percaya kalau lo bisa meng-handle semua ini, kenapa lo harus pesimis gitu?"

"Ga, lo tahu kalau papa gue nggak pernah main-main. Papa udah berhasil ambil satu proyek kita. Gue nggak mau karena masalah pribadi gue akan berimbas ke perusahaan lo ini. Gue tahu gimana jatuh bangunnya lo dari awal."

Dari posisinya, Adis takjub mendengar percakapan Saga dan Adrian. Dua orang yang sejak awal ia tahu tidak pernah akur, baru saja saling memuji. Adis sampai harus menggigit bibirnya sendiri agar tidak tertawa mendengar romansa dua pria itu.

"Gue beneran nggak bisa lanjutin ini, Ga! Gue nggak mau mengacaukan perusahaan lo. Lo harus segera pulang dan ambil alih lagi."

Saga menghela napas panjang. "Gue udah pensiun. Lagian lo lupa gue ini pengantin baru? Baru banget."

Terdengar decakan yang keluar dari mulut Adrian. "Serius, Ga! Apapun nanti keputusan selanjutnya, lo harus tetap pulang dulu ke sini."

"Iya, besok gue pulang ke sana."

Percakapan itu terputus dan Saga langsung menutup layar elektronik nya. Mendorong meja yang baru saja dipakai, lalu balik badan menghadap Sang Istri yang belum berganti posisi.

Perlahan Saga merangkak naik, masuk ke dalam selimut lalu merebahkan diri di samping Adis. Tanpa membuang waktu lebih lama, segera saja dia memeluk istirnya itu.

"Ada masalah apa, Mas?"

"Nggak ada." jawab Saga sambil mencium pipi Adis berulang kali.

"Terakhir kali kamu nggak cerita, aku kecewa dan memilih pergi tanpa pamit." ucap Adis lagi dengan nada mengancam.

"Terakhir kali begitu, langsung nangis-nangis menyesal." balas Saga.

Mau tidak mau Adis tertawa karena kalah. Menyebalkan sekali suaminya ini karena berhasil membalas kata-kata nya.

"Aku kan cuma pengin tahu apa aja yang suamiku hadapi. Itupun kalau aku dianggap penting." Adis masih berusaha, jika dengan ancaman tidak berhasil maka dengan merendah seperti itu.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang