Dengan tergesa dan tak sabaran Saga berjalan dari tempat parkir tamu menuju gedung tempat tinggal Adis. Sesaat setelah menerima telepon dari gadis itu, tanpa pikir dua kali ia langsung menancap gas menuju tempat ini.
Bukan hanya sekali dua kali, melainkan sudah sering Saga datang ke sana. Untuk itu tak sulit baginya mendapatkan izin dari keamanan agar bisa masuk ke unit tempat tinggal Adis. Ditambah lagi gadis itu sudah secara khusus memberitahu bagian keamanan bahwa Saga adalah daftar tamu yang bisa masuk.
Masih dengan napas terengah, Saga hendak menekan tombol lift kalau saja tak mendengar panggilan dari Adis. Melihat gadis itu duduk di lobi apartemen membuat Saga segera berlari ke arahnya.
"Ada apa? Apa ada masalah? Kamu nggak apa-apa?"
Adis mencoba tersenyum mendapat desakan pertanyaan meski dirinya juga masih diliputi rasa takut.
"Duduk dulu, Mas!"
Akhirnya Saga pasrah saja ketika Adis menarik tangannya agar duduk di sofa tamu yang ada di lobi itu. Lalu mulailah Adis menceritakan tentang keanehan yang terjadi di unit tempat tinggalnya. Tak ragu juga mengungkapkan bahwa dia takut ada orang yang bisa menyusup ke dalamnya.
"Kamu yakin?"
Adis memberikan anggukan yang membuat Saga memutuskan untuk mengajak Adis memeriksanya secara langsung.
"Kalau terbukti ada penyusup, kamu harus terima tawaran papa untuk tinggal di rumah." ucap Saga tegas ketika mereka berada di dalam lift.
Teringat kembali bahwa waktu itu Adis pernah mendapat tawaran dari papanya Saga untuk tinggal di sana. Akan tetapi tentu saja banyak hal yang Adis pertimbangkan sebelum menerimanya.
"Yang mana, Dis?"
Ini pertama kali Saga masuk sampai ke unit yang Adis tempati karena biasanya hanya sampai lobi atau halaman depan. Wajar saja jika Saga belum tahu pasti bagian mana yang Adis tempati.
"Yang itu," Adis menunjuk tempatnya. "Kayaknya keberadaan Mas Saga bakal dipandang aneh karena ini lantai khusus penghuni wanita."
Sempat-sempatnya Adis mengkhawatirkan hal sepele itu sehingga membuat Saga berdecak kesal. Ada hal yang lebih penting dari sekedar memikirkan pandangan orang-orang yaitu keselamatan Adis. Saga benar-benar mengkhawatirkan hal itu.
"Berapa pin nya?" Melihat Adis ragu menjawab akhirnya Saga kembali berucap, "Ya sudah, kamu yang buka sendiri!"
Adis maju untuk menekan enam digit rangkaian angka yang menjadi password pintunya. Detik berikutnya pintu itu terbuka dan Saga langsung menerobos masuk. Memindai setiap sudut mulai dari depan hingga keseluruhan dengan teliti.
"Sepertinya semua celah untuk masuk tidak ada yang dibuka secara paksa. Berarti jika memang ada penyusup, dia bisa masuk dengan lancar lewat pintu."
Ucapan Saga yang membuat kecemasan Adis bertambah. Pasalnya selama tinggal di sini, belum pernah sekalipun ia membawa teman atau ada yang berkunjung. Saga yang pertama hari ini.
"Mas sebenarnya ada yang bikin aku merasa bingung lagi. Mas Saga ingat pernah ada bunga di klinik dan mengira bahwa itu dari Adrian?"
Saga mencoba mengingatnya meski yang kini lebih dominan di pikirannya adalah rasa jengkel karena Adis menyebut nama Adrian.
"Iya ingat. Kenapa? Kamu mau pamer kalau dapat bunga darinya?"
Bibir Adis menipis. Selalu saja satu nama ini jika disebut bisa memancing emosi Saga. Begitu juga sebaliknya. Hal ini membuat Adis kembali penasaran ada apa dengan mereka. Tapi itu bukan hal yang harus dibahas sekarang karena ada yang lebih penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...