45. Masalah Pertama

2.3K 353 61
                                    

Sagara Endaru Putra Labdajaya

Nama yang cukup panjang itu, kini bersanding dengan nama Adis di dalam buku nikah resmi yang dicatat oleh negara.

Itu artinya, kini mereka sudah sah di mata hukum maupun agama sebagai pasangan suami istri.

Atau lebih tepatnya baru dua jam lalu, sebaris kalimat sakral terucap jelas dari bibir Saga. Kalimat yang merubah segala sesuatu antara dirinya dan Adis. Kalimat itu pula yang membuat Prama untuk pertama kalinya tak gengsi menangis di hadapan banyak orang.

Banyak cerita perjuangan yang mengantarkan mereka sampai ke titik bahagia ini. Meski mereka sama-sama sadar bahwa ini bukan titik akhir, justru titik awal di fase kehidupan yang baru.

"Kamu cantik,"

"Mas Saga udah mengatakannya dua menit yang lalu."

Saga tertawa. Masih saja Adis terlihat mudah gugup, bahkan ketika sekarang mereka sudah menikah.

"Aku akan terus mengatakannya,"

"Terserah!"

Adis sebenarnya sudah sangat malu karena ulah Saga. Sungguh pria yang kini menjadi suaminya ini jarang memperhatikan situasi dan kondisi sekitar. Tidak mau paham jika yang berada di ballroom hotel ini bukan hanya mereka berdua, melainkan lebih dari dua ratus orang.

Acara pernikahan mereka memang digelar secara sederhana untuk ukuran keluarga Adis dan Saga yang mempunyai banyak kolega. Hal itu terjadi karena pernikahan mereka terjadi di saat Adis masih punya tanggungan pendidikan spesialis nya. Dia hanya punya tiga hari untuk libur sehingga kedua keluarga sepakat untuk mempersingkat acara. Atau lebih tepatnya Saga yang meminta agar waktunya bersama Adis jadi lebih panjang sebelum istrinya harus kembali menjalani pendidikannya dan hanya bisa mencuri-curi waktu untuk bertemu.

Kedua keluarga sepakat untuk melaksanakan acara singkat dan berencana mengadakan pesta yang mungkin lebih besar dengan undangan yang lebih banyak, nanti setelah Adis menyelesaikan pendidikannya.

Konsep acara nya pun begitu terasa hangat karena yang hadir kebanyakan dari orang-orang terdekat mereka. Bahkan mereka berdua harus rela diteror banyaknya orang yang protes karena tidak diundang sehingga mereka harus dengan sabar menjawabnya dan berjanji akan mengundang di next acara.

Di saat sedang asyik mengobrol berdua, sepasang laki-laki dan wanita mendekati mereka.

"Selamat, Ga." ucap Sang wanita lalu beralih menatap Adis. "Semangat ya, Dis!"

Kata-kata wanita itu jelas membuat Saga memicingkan mata. "Maksud lo apa?"

Sang wanita yang tak lain adalah Ivana itu sama sekali tidak takut. Justru dia tertawa karena berhasil membuat Saga kesal.

"Ya kamu, selamat dapat Adis. Tapi kan bukan berarti Adis juga harus dikasih selamat karena  dapatnya kamu. Justru dia harus banyak-banyak dikasih semangat dan didoakan sabar."

Saga tak segan untuk berdecak karena tak terima dengan perundungan yang dilakukan Ivana. Meskipun sebenarnya wanita itu tidak salah juga.

Dia hendak mengacak sanggul Ivana yang rapi dan cantik sebagai balasan, namun tangan Adrian sudah lebih dulu menahannya.

"Jangan bikin dia kesel!" ucap Adrian. "Atau gue acak-acak itu kantor lo!"

Saga kembali berdecak sambil menarik tangannya dari genggaman Adrian.

"Berani bikin kacau, gue tendang lo keluar kantor, biar lontang-lantung lagi!"

Keduanya saling berbalas kalimat pedas namun di sisi lain Ivana dan Adis justru kompak menghela napas karena jengah.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang