38. I'm happy, we are happy

4.9K 505 86
                                    

Dalam dua puluh empat jam, rata-rata Adis punya tiga sampai empat jam untuk istirahat dalam artian bebas dari kegiatan rumah sakit.

Biasanya digunakan untuk pulang ke rumah barang sebentar atau jika terlalu lelah, dia lebih memilih pulang ke kost yang hanya lima menit dari rumah sakit. Sengaja dia mencarinya untuk tempat istirahat darurat.

Namun dua hari ini jelas ia memilih tetap di rumah sakit di saat waktu istirahatnya. Alasannya jelas karena Saga masih terbaring tak sadarkan diri di salah satu suite room rumah sakit. Sudah dua hari berlalu dan pria itu belum menunjukkan peningkatan kondisi yang berarti.

"Mas, tadi ada Fira dan dokter Laras ke sini. Nggak kangen apa sama mereka? Tapi dr Laras sama suaminya ding."

Adis bertanya seolah-olah Saga bisa langsung menjawab. Besar harapannya Saga akan merespon kesal karena ledekannya.

"Fira berubah ya, Mas? Nggak sensi lagi sama aku. Kira-kira karena dia udah ada pasangan baru atau karena kita nggak deket lagi seperti dulu ya? Tadi dia datangnya juga sama cowok, nggak tau siapanya."

Tersenyum geli sendiri karena mengingat sikap Fira dulu dan sekarang. Lalu perasaannya berubah sedih karena Saga tak merespon sedikitpun. Tak segan tangannya terulur untuk mengusap pipi yang terasa dingin dan terlihat pucat.

"Mas, cepat sadar ya! Sejak kemarin banyak yang datang ke sini buat doain Mas Saga. Ada mbak Jovita dan suaminya, ada Fendi yang ternyata udah punya istri. Ada perwakilan karyawan Mas Saga juga. Ada beberapa orang yang aku belum kenal, tapi mereka menyapaku seolah udah tahu siapa aku. Om Aris, Mbak Lila dan keponakan ganteng Mas Saga aja masih di Jogja, nungguin Mas Saga sampai sadar. Kalau dokter Rafa harus pulang dulu karena pekerjaannya, nanti pasti datang lagi. Dan pasti Mas Saga kaget kalau tahu ayah dan ibu juga datang padahal mereka sedang liburan di Bali. Bahkan ayah minta sama kenalannya yang seorang polisi untuk mengusut tuntas kasusnya Mas Saga. Banyak yang sayang Mas Saga, cepet bangun ya!"

Adis menjeda usahanya dengan cara menghela napas panjang. Rasanya sesak sekali karena tak ada respon apa-apa dari Saga.

"Oh iya, Mas," Tiba-tiba Adis kembali semangat karena teringat sesuatu. "Di antara orang-orang yang datang, aku paling penasaran dengan kedatangan Adrian dan Ivana. Kok mereka bisa barengan? Sepertinya dua tahun ini banyak yang terjadi, ya? Boleh tidak kalau aku ingin tahu cerita apa saja yang terlewat?"

Adis hendak menghela napas lagi namun dirinya dikejutkan oleh sebuah tangan yang menyentuh pundaknya sehingga dengan cepat ia menoleh.

"Om Aris,"

Pria yang masih terlihat sama dengan dua tahun lalu itu tersenyum teduh.

"Kamu kenapa tidak istirahat saja?"

"Sudah tadi, Om."

Aris mengusap rambut Saga beberapa kali penuh rasa sayang lalu ditinggal duduk.

"Adis minta maaf ya, Om."

Akhirnya Adis mengungkapkan apa yang mengganjal di hati sejak kemarin. Dirinya memang tidak terlibat langsung saat Saga mendapat musibah. Hanya saja, Saga masih stay di Jogja karena dirinya.

"Kenapa meminta maaf?"

"Seandainya Mas Saga nggak nunggu saya sampai malam, mungkin musibah ini nggak akan terjadi."

"Tidak begitu berpikirnya, Adis. Segala sesuatu yang sudah ditakdirkan tetap bakal terjadi. Dia juga sendiri yang menginginkan di sini lama nungguin kamu. Om justru berterimakasih karena kamu ikut menyelamatkan nyawa Saga. Nanti kalau sudah bangun, Biar dia sadar kalau nyawanya cuma satu jadi nggak kebanyakan main-main nya."

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang