10. Gangguan Psikis

5.2K 585 61
                                    

Jam pagi masih menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh menit namun ketenangan Rafa dan Lila harus terenggut oleh berisiknya Saga padahal mereka baru kembali tidur sepuluh menit yang lalu. Semalam pun mereka tidur larut, khususnya Lila yang harus mengurus bayinya yang sudah mulai suka begadang.

"Raf! Ayo jogging!" bisik Saga lagi sambil menggoyangkan tubuh adik iparnya itu.

Pria bernama Rafa itu segera membuka mata. Bukan terkejut karena ada Saga yang masuk kamarnya dan Lila karena itu hal biasa. Mereka tidak akan mengunci pintu kamar jika memang sedang mengizinkan orang lain masuk kamarnya. Tapi Rafa terkejut karena ucapan kakak iparnya yang terdengar aneh di telinganya.

Kemudian ia duduk, menoleh sebentar ke samping di mana Lila dan anak mereka masih terlelap.  "Lo? Jogging? Gak salah denger gue?" tanyanya sangsi.

"Lo nggak lihat gue udah siap banget?" balas Saga yang akhirnya membuat Rafa memandangnya dari atas ke bawah.

Benar saja, Saga sudah siap dengan pakaian olahraga dan kaos kaki, tinggal melengkapinya dengan sepatu.

"Malas ah! Hari ini bukan jadwal gue lari." Rafa kembali merebahkan diri dan menarik selimut.

"Dokter apaan sih lo, diajak hidup sehat kok susah!"

Rafa menggosok telinganya sambil berucap, "Ya ampun, kuping gue gatal dengar nasehat dari orang yang joggingnya setahun sekali. Itupun kalau sedang promo produk."

Akhirnya Saga hanya bisa berdecak sambil berlalu dari kamar itu.

Sebenarnya yang Rafa katakan tidak salah. Saga memang bukan tipe orang yang gemar olahraga seperti lari ataupun lainnya. Satu-satunya olahraga yang ia lakukan adalah futsal. Itupun jarang. Pola hidupnya memang kurang sehat. Bukan hanya sekali dua kali mendapatkan nasehat dari papanya dan Lila agar Saga menjaga pola hidup sehat karena mobilitasnya yang tinggi. Namun jawaban Saga terdengar santai. Ia tidak khawatir karena di rumah ini ada tiga dokter, rasanya tidak masalah kalau mengurus satu pasien seperti dirinya.

"Habis kebentur apaan sih dia!" gumam Rafa sendiri.

"Coba kamu pikir! Kamu dan dia kan sama-sama lelaki. Ada apa kalau tiba-tiba melakukan hal aneh gitu."

Rafa menoleh, ternyata walaupun memejamkan mata, Lila tidak benar-benar tidur.

"Aku kalau sampai melakukan hal aneh yang nggak biasanya, itu berarti sedang jatuh cinta ke sekian kali padamu."

Lila berdecih, pagi-pagi buta sudah mendengarkan gombalan receh dari suaminya.

"Nah itu!" ucap Lila tanpa membuka matanya.

Akan tetapi detik berikutnya ia membuka mata seperti terkejut akan sesuatu. Ia dan Rafa saling pandang untuk menyamakan pikiran sebelum akhirnya kompak mengabaikan karena ingin tidur.

Pukul sembilan kurang beberapa menit Lila dan Rafa duduk di ruang makan. Rafa sudah berpakaian rapi karena akan pergi ke rumah sakit, sementara Lila belum mandi, masih memakai baju tidurnya. Ia baru saja selesai memandikan anaknya yang kini bersama pengasuh.

Mereka sedang menikmati sarapan ketika Saga baru saja pulang dengan tubuh yang basah oleh keringat. Membuat mereka kompak menatap tak percaya, pria itu benar-benar lari pagi. Sungguh fenomena yang langka.

"Papa udah berangkat?" tanya Saga.

"Udah barusan,"

Saga mengangguk santai sembari mengelap wajah dan lehernya dengan handuk kecil. Kemudian ia beralih pada wanita paruh baya yang ada di dapur. "Bik, minta tolong jus jeruk ya, yang dingin." ucapnya lalu mendudukkan diri di samping Lila.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang