Antara baik dan bodoh sepertinya terlalu tipis perbedaannya.
Entah harus disebut terlalu baik, atau justru terlalu bodoh karena hingga detik ini, dua puluh empat jam berlalu Adis masih tetap menunggu, memberi kesempatan pada Saga untuk menjelaskan. Bahkan sudah tiga kali dua puluh empat jam berlalu. Padahal juga, tidak ada tanda-tanda Saga akan menemuinya untuk menjelaskan.
Selama menunggu Saga, Adis tetap menyiapkan diri melanjutkan rencananya menemani ke Singapura karena baginya kesehatan Saga juga penting dipikirkan terlepas dari apapun. Untuk itu, hari ini dan besok dia akan jaga selama dua puluh empat jam lalu sisanya dia terpaksa membayar dokter pengganti karena jadwal yang sudah tidak bisa diatur lagi agar dirinya bisa mendapat libur satu minggu.
"Dokter, ada telepon dari ruangan dr. Aris. Kalau dokter Adis sedang tidak sibuk, diminta ke ruangannya."
Informasi dari salah seorang petugas administrasi. Adis hanya mengangguk, suatu kebetulan dia sedang tidak sibuk. Semua pasien bangsal aman bersama para perawat untuk ia tinggal sementara.
Selagi berjalan menuju ruangan Aris, sejujurnya Adis punya harapan lain bahwa yang sebenarnya mencarinya bukanlah dokter Aris, melainkan putra sulungnya seperti waktu itu. Sungguh, Adis masih berharap pria itu menemuinya untuk menjelaskan semuanya dengan benar.
Akan tetapi, harapan Adis tak terwujud. Yang duduk di ruangan itu benar Aris. Itu artinya bukan Saga yang iseng menggunakan nama papanya untuk bertemu Adis.
"Duduk, Adis!" ucap Aris ketika melihat orang yang dicarinya datang.
Adis tersenyum sekilas kemudian duduk di kursi yang ada di depan meja.
"Bagaimana kabar mu? Luka mu bagaimana? Maaf ya Om baru pulang dari luar kota, lalu mendengar kamu dapat musibah. Om sudah bicara pada Adrian untuk benar-benar mengurus orang yang ingin mencelakai kamu."
Aris sungguh menyesal karena merasa ikut bertanggungjawab akan hidup Adis selama gadis itu di sini.
"Terima kasih, Dok. Tapi semuanya sudah ditangani. Luka saya juga sudah sembuh."
Mengangguk lega. Aris menyodorkan oleh-oleh untuk Adis yang berujung mendapatkan ucapan terimakasih dari gadis itu.
"Maaf saya panggil kamu saat jam pulang. Sudah operan kan?"
"Kebetulan saya nerus sampai shift malam nanti, Dok."
Wajah Aris mengerut bingung. "Kamu jaga dua puluh empat jam? Ada yang berhalangan?"
"Tidak, Dok. Saya yang sengaja mengumpulkan libur, berjaga kalau jadi menemani mas Saga ke Singapura nanti."
"Astaga, kenapa tidak minta pengganti saja? Kan sudah ada dokter yang sering dipanggil ke sini untuk menggantikan kalau ada yang berhalangan. Minta bantuan Jefri untuk menghubungi dokter itu. Daripada kamu harus capek jaga 24 jam."
"Sama pengganti juga kok nanti, Dok."
Adis tidak mengerti ketika beberapa saat Aris diam sambil menatapnya.
"Saga banyak merepotkan kamu ya, Adis?"
Sempat terkejut namun sesaat kemudian Adis hanya tersenyum.
"Apa anaknya dokter Lila itu cucu pertama Om Aris?"
Sebenarnya tak ingin membahas hal pribadi, namun tidak tau kenapa pertanyaan itu tiba-tiba terlepas dari mulutnya.
Lebih bingung lagi ketika Adis melihat respon papanya Saga. Pria paruh baya itu diam sambil kembali menatap teduh ke arah Adis seolah tahu apa maksud tersirat dari pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...