Langit sedang cerah, tidak ada hujan yang turun dalam beberapa hari terakhir. Akan tetapi suasana di kantor Labdajaya terasa seperti mendung setiap waktu. Untuk sekedar tersenyum pun rasanya para karyawan lupa caranya karena tekanan yang tinggi dari pimpinan membuat mereka harus mati-matian mempertahankan fokus agar pekerjaannya sempurna. Sedikit salah saja mereka harus siap mendengar kata-kata pedas dari Sang Pimpinan.
"Mas Bos lagi kumat, pengen banget resign gue. Bayangkan dalam satu hari kemarin gue kena melulu. Entah berapa kali gue kena semprot."
"Alah, sejak tahun lalu lo selalu bilang mau resign kalau pas bos marah-marah."
"Ya gimana, susah nyari kerja sekarang ini. Apalagi gajinya lumayan tinggi. Walaupun emang tekanannya hampir bikin gila."
"Tapi yang kali ini emang nggak ngotak galaknya. Kemarin laporan gue disobek, di depan mata gue langsung. Udah gitu bonus kata-kata yang bikin gue sakit hati banget. Tapi dari pada gue nangis-nangis nyari kerja kesana kemari, mending gue nangis-nangis denger omelan pak Saga. Nanti gajian ambil cuti, liburan, terus sembuh sendiri."
"Kok bisa sampai disobek?"
"Perkara kelebihan nol aja di laporan gue."
"Elah, itu mah parah. Urusan uang sensitif, apalagi urusannya sama pak Saga. Udah untung nggak dipecat lo!"
Adis mendengar dengan jelas keluhan salah satu karyawan Saga. Mereka sedang berada di kantin untuk istirahat makan siang. Adis sengaja makan di sana, masuk ke area kantor agar bisa bertemu Saga. Beberapa waktu lalu, hubungan abu-abunya dengan Saga terhenti. Dan sejak saat itu tidak ada komunikasi dalam bentuk apapun yang terjadi di antara mereka.
Benar apa yang Adis inginkan terjadi, masuk ke area kantor dan bertemu dengan Saga. Namun pria itu terlihat tak peduli, berjalan dengan dua orang, berlawanan arah dengannya yang menuju kantin. Mereka berpapasan tanpa saling menyapa, seperti dua orang yang tak pernah saling kenal. Hingga tak dipungkiri menimbulkan rasa penasaran para karyawan karena sebagian besar mereka tau gosip kedekatan mereka.
"Tapi lo lelah nggak sih ngadepin emosi pak Saga yang begitu? Kadang mikir, apa segininya demi gaji tinggi gue rela sakit hati? Kayaknya pak Saga sembuhnya kalau udah ada pawang, alias menikah deh."
"Mungkin juga. Fira gimana sih pergerakannya, lambat amat."
"Tapi sejauh ink hanya Fira yang bisa meredam emosi pak bos. Gue kadang lihat kalau pak bos marah-marah, Fira masuk, terus nggak lama kemudian mood nya pak bos jadi tenang."
Adis sedang menghadap sebuah piring berisi nasi, ayam kecap dan sambal cumi. Namun percayalah, porsi nya masih sisa setengah dan rasanya tidak selera lagi untuk menghabiskannya. Jika saja bisa ia ungkapkan, saat ini perasaannya benar-benar berantakan. Ketenangan yang biasa ia kuasai dengan baik, kini seakan tak pernah bisa ia genggam.
Ditambah mendengar percakapan dua karyawan itu membuat perasaannya semakin kacau. Tadinya ingin menemui Saga, namun kembali ia dihadapkan kenyataan bahwa dirinya tidak lebih berharga dari Fira. Gadis itu yang lebih dibutuhkan oleh Saga.
Tanpa menghabiskan makan siangnya, Adis meninggalkan kantin dengan membawa satu botol jus jeruk yang ia beli saat membayar makanannya. Semula ia berencana lewat koridor dalam kantor karena berharap bisa bertemu Saga lagi, namun keinginannya musnah begitu saja sehingga ia lebih memilih lewat koridor berbeda yang tidak biasa dilewati orang-orang kantor.
Akan tetapi sepertinya dia tidak bisa melawan ketika semesta mengharuskannya bertemu dengan pria yang ingin dihindari. Sekitar sepuluh meter dari tempatnya berpijak, ia melihat Saga sedang berdiri menghadap luar. Di pagar balkon itu terdapat satu kaleng minuman soda yang kelihatannya sudah kosong. Lalu di tangan pria itu masih menggenggam kaleng yang serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...