Setelah dua minggu dirawat akhirnya Saga diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawabnya yang tak lain adalah Nova. Siang ini seperti biasa Nova dan rombongan pengikutnya melakukan kunjungan ke bangsal termasuk ke ruangan Saga.
"Pemeriksaan yang mengarah ke gangguan insulin hasilnya normal. Itu artinya bukan kadar gula tinggi yang membuat luka bekas operasi Pak Saga lama sembuh atau kemarin sempat berdarah lagi. Pesan saya, jika sudah di rumah, jaga kondisi terutama bekas lukanya."
Saga hanya bergumam saja. Siapapun di sana bisa melihat dengan jelas wajah tak bersahabat itu meski mereka juga bingung hal apa yang membuat Saga seperti tak berkenan lama-lama mendengarkan Nova berbicara. Padahal pasien-pasien lain seringkali meminta Nova lama-lama tinggal.
Pun dengan Nova, para koas dan yang lain juga sempat heran dengan sikap dokter bedah termuda ini. Meski memang cukup dingin, tapi biasanya dokter ini nampak akrab dengan para pasiennya. Namun tidak dengan Saga, terlihat berbeda namun sulit diungkapkan.
"Hari ini Anda sudah bisa pulang. Dan ingat, jaga kondisi agar tidak kembali ke sini lagi."
Maksud Nova sebenarnya baik. Berharap Saga selalu baik-baik saja sehingga tidak perlu kembali dirawat di rumah sakit.
Akan tetapi, Saga yang sudah sejak awal sensitif dengan pria itu tentu saja mengartikannya dengan hal lain.
"Tidak disuruh kontrol?"
Nova menatap Saga beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Tergantung seberapa serius Anda ingin pulih."
"Sebagai dokter seharusnya Anda mengarahkan yang terbaik untuk pasien. Bukan melarang pasien datang lagi. Dan tentu saya ingin pulih karena saya harus mempersiapkan pernikahan."
Orang-orang di sana sempat terkejut dalam diam tak terkecuali Adis yang sejak tadi diam saja. Sungguh dia tidak menyangka Saga akan mengumumkan hal itu di depan para sejawatnya.
"Nah, apalagi Anda berencana menikah. Seharusnya lebih aware dengan kondisi diri sendiri. Kasihan nanti nggak bisa seneng-seneng."
Saga tertawa sumbang. Tak ingin kalah jumawa dengan dokter di depannya ini. Baru saja ia ingin membalas ucapan Nova namun sayangnya Adis lebih dulu menyela.
"Maaf, Dokter Nova, masih ada tiga pasien lagi yang perlu Dokter periksa."
Lana, para koas dan perawat yang mengasisteni Nova langsung melirik Adis. Gadis itu sungguh bernyali besar karena berani menyela Nova yang mana selama ini belum ada yang berani.
Adis terpaksa melakukannya karena merasakan suasana di ruangan VVIP itu sudah tidak kondusif. Dia juga tak lolos dari lirikan Nova namun beruntung kali ini Nova tidak menegurnya melainkan mengangguk.
"Baik. Kamu ikut terus, saya membutuhkan kamu." ucap Nova, sengaja.
Kedua mata Saga langsung membeliak mendengar ucapan Nova yang ambigu. Ingin protes karena tidak terima namun tidak jadi saat melihat Adis yang memperingatkannya lewat tatapan mata. Sungguh, Saga berjanji akan mendukung penuh apapun yang Adis lakukan terkait cita-citanya menjadi spesialis. Namun untuk urusan Nova, rasanya sulit sekali.
"Pak Saga, saya harap Anda bersedia kembali tiga hari lagi untuk kontrol."
"Pasti!" jawab Saga tegas, jangan lupakan tatapan tak terimanya karena sekarang Adis lebih memilih ikut Nova daripada tinggal bersamanya.
Sial sekali karena harus merelakan Adis menjalani pendidikan dengan dokter sok ganteng itu. Begitulah yang sedang Saga pikirkan.
Saga berdecak kesal ketika rombongan orang-orang medis itu satu persatu meninggalkan kamarnya. Bahkan Adis pun juga turut pergi tanpa pamit kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...