14. Pertanyaan Maut

5.3K 570 98
                                    

Yang Saga ucapkan perihal tempat acara ternyata benar adanya. Adis baru menyadari setelah mereka sampai ke tujuan. Bahwa rutenya memang lebih singkat jika berangkat dari rumah Saga. Berarti pria itu tidak salah jika tadi menginginkan Adis ikut ke rumahnya agar tidak perlu putar balik jika harus menjemput Adis ke kost lagi. Ia sedikit merasa bersalah ketika menolak permintaan Saga dan berujung pria itu memilih menunggunya saja daripada pulang untuk bersiap.

"Kita mau hadir di acara apa, Mas?"

Senyum Saga terlihat sedikit misterius, menunjukkan bahwa dia tidak ingin segera menjawab melainkan ingin membuat Adis penasaran terlebih dahulu.

"Jangan berulah lagi ya, Mas!"

"Kapan gue berulah, Dis? Dan berulah apa?"

"Aku nggak lupa kalau Mas Saga bikin ulah yang membuat satu rumah sakit heboh. Bahkan sampai sekarang."

Saga tahu apa yang Adis katakan sehingga membuatnya tertawa. Dia juga tidak menutup mata dan telinga perihal keributan di rumah sakit yang terjadi sampai sekarang.

"Itu sebuah pengumuman secara perlahan-lahan."

"Pengumuman apanya?"

Saga menoleh ke arah Adis dan mengunci tatapan beberapa saat sebelum menjawab, "Pengumuman, lo dan gue."

"Memang kita ada apa sampai harus diumumkan?"

Setelah mendapat pertanyaan itu Saga tertegun bingung. Ia belum mengalihkan tatapan dari Adis. Dalam hatinya, Saga sedang melakukan pemberontakan terhadap diri sendiri. Dia sadar bahwa dirinya yang meminta Adis untuk memberi kesempatan agar dia berani memiliki keyakinan pada sebuah hubungan. Namun tak bisa ia pungkiri bahwa saat ini ia merasa terganggu dengan pertanyaan Adis. Ternyata hatinya masih belum siap. Ia takut tidak bisa membangun sebuah hubungan yang ideal untuk Adis.

Di lain perasaan, Adis sudah mengira bahwa Saga tidak bisa menjawab pertanyaannya. Dia merasakan segala perhatian kecil yang pria ini berikan, namun ia yakin bahwa Saga tidak semudah itu bisa membangun kepercayaan apalagi berkomitmen.

Daripada harus menunggu jawaban dari Saga, Adis memilih menepuk pipi pria itu dengan pelan agar tersadar dari lamunannya.

"Ayo turun! Kita sudah sampai kan?" ajaknya.

Saga tersenyum canggung lalu mengangguk. Buru-buru ia keluar dan sedikit berlari agar cepat sampai ke sisi kiri mobil untuk membukakan pintu bagi Adis.

Setelah mereka sama-sama di luar mobil, Saga hendak meraih tangan Adis namun gadis itu lebih dulu menunduk untuk membenarkan bagian bawah celananya yang sedikit lusuh. Yang mana itu hanya sebuah alasan saja karena ia juga butuh mengembalikan ketenangan.

"Jadi ini acara apa?" tanya Adis lagi di saat mereka berjalan bersisihan.

Kali ini Saga tidak ingin membuat Adis penasaran karena sejujurnya saat ini perasaannya sedang berantakan. Ia takut Adis menjauh dan tidak lagi memberinya kesempatan.

"Syukuran ulang tahun pernikahan orang tuanya Akmal."

Baru saja Adis akan melayangkan protes karena tidak tau akan menghadiri acara ulang tahun pernikahan sehingga ia tak membawa kado. Akan tetapi protesnya gagal tercurah ketika Saga mengulurkan sebuah papperbag kecil padanya.

"Nanti kasih aja sama sepasang suami istri yang biasanya kalau acara gini pakai baju couple."

"Kado nya cuma satu?"

"Kita datang sebagai pasangan, gue rasa satu kado sudah wajar. Lagipula mereka tidak begitu mengharapkan kado. Lebih senang karena kedatangan kita."

Adis ingin protes lagi namun tertahan. Tak ada gunanya. Lain kali selain tentang memantaskan kostum, Ia akan tanya dengan detil tentang tujuan mereka pergi agar tidak seperti malam ini.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang