"Lo kalau kena angin Jogja kenapa jadi tambah pendiam, Dis?"
"Nggak tau mau ngomongin apa."
"Kedatangan gue kayaknya nggak berkenan buat lo."
Adis langsung tersenyum getir. Sejujurnya iya, kedatangan Saga yang amat sangat mengejutkan ini menimbulkan pertanyaan dalam benak Adis. Kemudian lain hal lagi, Adis merasa bingung dengan hadirnya pria ini di rumahnya. Kalau bisa diungkapkan, Adis memang kesal.
"Mas Saga belum menjawab, ada tujuan apa ke Jogja dan sampai ke rumahku?"
Pria yang tengah fokus dengan kemudinya itu tidak langsung menjawab dan pandangannya lurus menatap jalanan depan. Jangankan Adis, Saga sendiri pun juga bingung dengan tindakan impulsif nya ini. Tiba-tiba resechedule agenda yang telah disusun rapi oleh Fendi. Lalu tiba-tiba memesan tiket pesawat ke Jogja, dan terakhir tiba-tiba terpikir rumah Adis yang secara mudah dia dapatkan alamatnya. Kalau ada yang menduga dari papanya, itu benar. Saga memanfaatkan papanya untuk mendapatkan alamat Adis.
"Gue ada perlu ke sini, dan kemarin gue dengar lo ambil cuti buat pulang. Nggak ada salahnya kan kalau gue mampir? Lo sendiri yang bilang kalau kita saling kenal, setidaknya untuk tau kabar tak masalah."
"Iya, tidak ada salahnya."
Sudahlah, Adis lelah jika harus menerka-nerka sikap Saga karena akhirnya perasaannya akan ikut terlibat.
Melihat Adis yang langsung diam mau tak mau membuat Saga melirik. Sejauh ia kenal, belum pernah ia melihat Adis mengekspresikan perasaan marah. Akan tetapi Saga bisa merasakan ketika gadis yang duduk di sampingnya ini sedang memendam rasa kesal ataupun marahnya.
"Tapi sayang nggak ketemu sama papanya."
Justru itu, hal yang Adis syukuri karena ayahnya sedang tidak di rumah sehingga Saga tidak sempat bertemu hanya dengan ibu dan kakaknya yang belum pulang ke rumahnya sendiri.
Adis tahu dan yakin bahwa selama ini Saga terbiasa menghadapi berbagai macam sifat klien. Terbiasa bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan bisnis yang menguntungkan. Namun, Adis tak yakin bahwa Saga bisa dengan mudah bernegosiasi dengan ayahnya. Pasalnya, Sang ayah memiliki sifat yang sedikit lebih kaku dari bapak-bapak pada umumnya.
Tapi tunggu dulu! Apa yang sebenarnya sedang Adis khawatirkan? Rasanya ada yang salah dengan pikiran Adis. Memang apa tujuan Saga datang? Bukan untuk melamarnya, lalu kenapa Adis harus khawatir jika ayahnya tidak menyukai Saga?
"Kenapa, Dis?"
"Nggak apa-apa, Mas. Lupa tadi ada pesan dari temen belum dibalas." Alibinya saat Saga melihatnya geleng-geleng kepala sendiri mengusir pikirannya yang terlalu berlebihan tentang ayahnya dan Saga.
Adis akhirnya memilih menyelami dunia maya untuk mengalihkan pikirannya sendiri. Benar ia membalas pesan dari Wina lalu setelahnya melihat-lihat berita yang sedang naik pekan ini. Hingga ia menemukan sebuah berita yang dirasa cukup menarik.
"Aku tebak Mas Saga udah punya tiketnya." ucap Adis lalu mengarahkan layar ponselnya pada Saga.
"Apa?" Dengan mata menyipit Saga melihat hal apa yang sedang Adis coba tunjukkan. "Konser apa itu? Belum jelas bacanya." lanjutnya, ia memang kesulitan membaca dengan jelas karena sedang menyetir.
"Avenged Sevenfold, akan konser di GBK. Udah dapat tiketnya pasti ya, Mas?"
Kerutan di wajah Saga memudar. "Oh itu, kemarin denger dari Rafa. Kayaknya mereka yang udah dapat tiket."
Yang mengherankan bagi Adis adalah Saga yang nampak santai menanggapinya. Bahkan terkesan tidak antusias padahal band kesukaannya akan mengadakan konser di daerahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...