11. Permintaan Saga

8K 788 64
                                    

"Mas, apa tandanya kalau sedang menyukai seseorang?"

"Pertanyaan mu membuatku cemas, Dek!"

Sambil memandangi layar macbook nya Adis tertawa. Nampak wajah sang kakak yang benar-benar menunjukkan raut cemas.

"Jangan macam-macam kamu di sana! Nggak usah mikir-mikir hal seperti itu!"

"Ya ampun, Mas. Aku cuma nanya lho!"

"Adis, orang bertanya itu pasti karena sedang tertarik dengan suatu hal. Kamu bertanya tentang tanda menyukai seseorang, itu artinya kamu sedang tertarik dan ingin tahu tentang topik itu lebih dalam."

Tawa Adis semakin lebar. Dipta, kakak keduanya yang saat ini sedang bertugas di Lebanon benar-benar serius menanggapi padahal Adis hanya asal bertanya karena ingin lebih lama mengobrol dengan pria itu setelah sempat bertukar kabar dan saling menanyakan aktivitas masing-masing. Mumpung kakaknya itu juga sedang mempunyai waktu untuk menghubunginya.

"Suka sama siapa kamu?"

"Ada deh!!"

"Adis!! Siapa? Aku punya kenalan di sana, kalau kamu masih terus bikin cemas. Sekarang juga aku minta tolong Adrian buat nyeret kamu pulang ke Jogja."

Adis sampai harus menutup wajahnya dengan bantal agar suara tawanya tidak terdengar ke luar kamar.

"Habis ini aku telepon ayah biar mindahin tempat tinggal kamu ke yang lebih privat. Jangan di kost itu, bebas keluar masuk!"

Adis merasa lucu dengan reaksi sang kakak. Namun ia juga senang karena meski tinggal jauh, kakaknya masih saja perhatian, walau memang agak berlebihan.

Bukan hanya kakak keduanya yang seperti itu. Melainkan semua anggota keluarganya memperlakukan Adis bagai barang terbuat dari kaca yang harus benar-benar dijaga agar tidak pecah. Padahal usianya sudah melebihi seperempat abad, namun bagi mereka Adis adalah gadis kecil yang masih harus esktra dijaga. Maka dari itu, beberapa bulan lalu ia harus berjuang keras mendapat izin dari orang tua dan kakak-kakaknya untuk bisa bekerja di sini.

"Di sini khusus putri, juga nggak boleh sembarangan orang keluar masuk kali, Mas."

"Kamu suka sama siapa, Adis?" ulang Dipta tegas.

"Ya ampun nggak ada, Mas. Cuma asal nanya aja tadi. Buat ngetes Mas Dipta tahu nggak tanda-tandanya orang jatuh cinta, biar aku tenang kalau Mas Dipta itu juga bisa jatuh cinta."

Terdengar jelas decakan dari mulut Dipta. "Beneran?"

Adis mengangguk pasti.

"Ingat, kamu ke sana buat cari ilmu dan pengalaman. Nggak usah mikirin hal nggak penting apalagi kalau ada cowok-cowok nggak jelas yang deket-deket ke kamu. Cowok yang jelas mau sama kamu itu yang serius dan langsung ketemu sama ayah ibu. Bukan yang hanya ngajak seneng-seneng aja!"

"Iya...Iya!"

Meski wajah Dipta sudah menghilang setelah berpamitan, Adis masih setia memandangi layar elektroniknya. Termenung mendengar ucapan kakaknya sebelum pamit.

Sebenarnya, pertanyaan randomnya itu bukan hanya pertanyaan asal yang keluar dari mulut seperti ucapannya pada Dipta. Dia memang sedang merasa tertarik dengan topik 'menyukai seseorang'.

Adis bukan gadis polos ataupun naif. Dia menyadari ada perasaan aneh yang kini memenuhi hatinya. Perasaan aneh yang diawali dari kejadian tidak keren di pertemuan pertamanya dengan pria itu. Lalu berlanjut kenal lebih akrab dan mengetahui sedikit cerita patah hati pria itu. Dia tidak sepolos itu untuk menyadari ada perasaan lain yang kini menghinggapi hatinya meski selama ini belum pernah merasakan memiliki seorang kekasih.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang