Adis merasa lelah sekali hari ini. Tapi bukan hanya fisik saja, melainkan lebih lelah menghadapi sapaan orang-orang yang mengenalnya.Bukan sembarang sapaan, karena rata-rata mereka mengucapkan selamat atas pernikahannya dengan Saga, sekaligus bertanya-tanya tentang keberadaannya di rumah sakit padahal baru beberapa jam lalu ia menikah.
"Susah ya, Dok, punya konsulen yang masih jomblo, jadinya nggak pengertian sama pengantin baru. Baru juga sah, eh udah disuruh ikut operasi."
Adis tersenyum saja mendengar penuturan salah satu perawat senior yang sedang mencocokan obat dari farmasi untuk pasien yang rawat inap.
"Bukan dokter Nova yang maksa kok, tapi saya nya aja yang emang pengin ikut."
Perempuan bernama Hesti itu menatap Adis. "Dokter yang mau?" Setelah mendapatkan anggukan dari Adis, perempuan itu kembali berkata, "Wah, suaminya pengertian banget ya, Dok! Bisa legowo gitu ditinggal. Tapi ya emang konsekuensi sih, nikahi residen."
Hesti tertawa sendiri tapi justru Adis terdiam memikirkan tindakannya. Tadi ia cukup kesal karena baru tahu tentang Vian. Lalu tanpa peduli bagaimana perasaan Saga sebenarnya, Adis langsung saja pergi ke rumah sakit.
"Salah nggak sih, Bu Hesti?"
Sambil tetap melanjutkan aktivitasnya, Hesti yang usianya sudah mendekati empat puluh tahun itu tersenyum penuh arti.
"Salah, nggak salah sih, Dok." tuturnya.
Adis bersiap mendengarkan pendapat wanita yang jauh lebih banyak pengalamannya dalam berumah tangga dibandingkan dirinya yang baru beberapa jam saja menyandang status sebagai istri.
"Mungkin ada salahnya karena seharusnya kan hari ini Dokter masih dapat libur. Seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin waktunya bersama suami. Tapi, nggak salah juga karena Dokter emang nikahnya disaat masih punya tanggungan begini. Apalagi jika suaminya udah ikhlas, ya nggak apa-apa banget, malah bagus."
Masalahnya Adis tidak tahu apakah Saga ikhlas atau tidak dengan tindakannya kali ini. Pasalnya, keputusan Adis untuk datang ke rumah sakit bukan semata karena ingin ikut operasi pasien anak yang sudah ia rawat sejak beberapa waktu lalu. Tapi, ada alasan lain juga yaitu karena ia kesal dengan Saga.
"Kalau dalam hatinya nggak ikhlas gimana, Bu?"
"Ya gimana, Dok, namanya pengantin baru pasti masih ingin berduaan, saya kira ada sedikit rasa tidak relanya. Apalagi dokter akan ikut operasi besar yang biasanya lebih dari enam jam, artinya malam ini dokter nggak pulang. Tapi kan balik lagi, sebelum menikahi Dokter kan seharusnya beliau sudah paham apa konsekuensinya. Yang penting kita sebagai istri sudah izin."
Adis menggigit bibirnya sendiri karena merasa gundah. "Masalahnya, tadi saya pergi pas suami saya sedang di kamar mandi. Terus pas saya di jalan dia telepon mencari saya. Dari situ baru tahu kalau saya akhirnya jadi ke rumah sakit."
Hesti yang sudah hampir selesai crosscheck obat, tepaksa menundanya karena ingin menoleh ke Adis, mencari kepastian.
"Beneran? Kabur dong?"
Adis menghela napas lalu menunduk sesal. "Masa kayak gitu disebut kabur sih, Bu Hes?"
Hesti menertawakan penyesalan Adis. "Ya apa kalau bukan kabur, Dok? Sengaja pergi pas suaminya mandi. Dokter takut malam pertama?"
Hesti semakin tergelak melihat Adis menutup wajahnya karena malu. Jangankan takut, kepikiran saja tidak bagaimana akan menjalani malam pertama karena dia benar-benar merasa kesal pada Saga. Padahal biasanya, dia bisa sabar menghadapi kelakuan pria itu.
Bukan Adis ingin berlebihan, tapi dia benar-benar tidak bisa untuk tidak khawatir jika menyangkut keselamatan Saga. Apalagi sejak melihat sendiri Saga pernah mengalami henti jantung di meja operasi, rasanya jantung Adis ikut berhenti juga. Lalu dengan tenangnya Saga tidak pernah bercerita apa-apa tentang Vian. Jelas Adis kesal sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resusitasi Jantung Hati
General Fiction"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya a...