20. Dr. Laras, Ya?

4.3K 471 31
                                    

"Sudah lama aku tidak mendengar kabar Mas Saga."

Satu pernyataan yang benar-benar membuat Saga berdecih pelan sambil tersenyum geli. Rasanya ada yang aneh dengan pernyataan itu.

"Bukankah kamu yang memblokir nomor ku?" jawab Saga santai.

Balasan yang membuat Laras mencoba tersenyum.  Waktu itu dirinya memang memutuskan untuk menutup semua komunikasi dengan Saga.

"Bagaimana kabar Lila? Aku dengar dia sudah memiliki anak."

"Kalian kan saling berteman di sosial media. Lila sering update anaknya."

Laras mengangguk sembari tersenyum canggung. Sebenarnya dia memang sudah tahu kabar Lila karena sesekali bertukar kabar lewat sosial media. Hanya saja tak pernah ada bahasan tentang Saga.

Setelahnya, mereka saling diam. Duduk berdampingan tapi tidak ada obrolan memang cukup membuat suasana serba canggung.

"Aku minta maaf, Mas."

Dan pada akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Laras. Kalimat yang sudah ingin ia katakan sejak lama namun tertahan.

"Untuk?" balas Saga.

"Semuanya." Laras menyahut dengan yakin. "Untuk aku yang tiba-tiba menghilang di saat Mas Saga membutuhkan dukungan. Untuk segala urusan kita yang mungkin saja belum selesai hingga saat ini. Aku punya alasan untuk itu semua."

Seandainya ada yang bisa mendengar suara hati Saga, saat ini ia mengatakan ingin sekali mendengar apa alasan Laras yang tiba-tiba menjauhinya setelah tahu dirinya dicurigai memiliki penyakit serius. Padahal, saat itu Saga sedang jatuh cinta dan berharap besar pada Laras. Namun tiba-tiba Laras menghilang perlahan setelah menyatakan penolakan secara halus, hingga menutup semua akses komunikasi mereka dan pada akhirnya menyisakan asumsi negatif di pikiran Saga.

"Mas Saga di sini sampai kapan? Bisa kita bertemu lagi? karena untuk sekarang aku harus segera pergi."

Saga menatap Laras beberapa saat sebelum menjawab. Entah kenapa tiba-tiba ia melihat mata Laras berkaca-kaca seolah banyak sekali hal yang belum terungkap selama ini.

Hal itulah yang membuat Saga akhirnya mengangguk. "Nomorku masih sama. Atur saja kapan dan di mananya."

Dan tanpa Saga duga, Laras tersenyum dibarengi dengan air mata yang jatuh ke pipinya. Kemudian dengan cepat diusap oleh wanita itu.

"Terimakasih, Mas Saga. Nanti aku hubungi."

Saga hanya menjawabnya dengan anggukan. Lantas Laras kembali tersenyum, senyum yang dulu menjadi candu bagi Saga. Sebelum beranjak, Laras menepuk lengan Saga. Sesuatu yang dulu sering dilakukan wanita itu pada Saga.

"Aku pergi dulu, Mas Saga selalu hati-hati ya."

Bahkan kalimat dan cara berpamitan Laras tidak berubah.

Saga memperhatikan Laras yang berjalan semakin menjauh hingga tak terlihat. Sementara itu, di lain sisi dari gedung IGD rumah sakit, Adis duduk dengan perasaan yang sulit ditenangkan. Sengaja dia hanya singkat menemui Wina karena khawatir Saga menunggu terlalu lama. Namun ketika ia kembali beberapa menit lalu, Saga terlihat duduk bersama seorang wanita. Menyaksikan ketika wanita itu tersenyum sambil mengusap pipinya sendiri, menyaksikan juga ketika wanita itu mengusap lengan Saga sebelum pergi.

Seorang dokter, bertempat tinggal di Gunung Kidul. Dua ciri yang membuat Adis yakin bahwa wanita itu adalah wanita masa lalu Saga. Wanita yang sama dengan yang ia temui saat bersama Wina kemarin dan sempat ia kagumi juga. Dunia memang tidak terlalu luas ternyata. Lama Adis merasa penasaran siapa wanita masa lalu Saga, dan sekarang bahkan dia sudah tahu nama dan wajahnya.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang