37. Resusitasi Jantung Hati

7.1K 712 127
                                    

"Mau kopi, Dok?"

Adis hanya bisa tersenyum lalu mengangguk. Membiarkan Raka yang membuatkan kopi untuknya.

Bonus  waktu istirahat yang Nova berikan nyatanya tidak Adis ambil dengan baik. Selain karena masih terpikir tentang Saga, dia juga memikirkan teman-temannya yang belum bisa istirahat. Rasanya tak adil jika di mendapat kompensasi dari Nova karena masalah pribadi.

Untuk itu, pukul setengah dua pagi setelah mencuci wajah ia memutuskan untuk keluar dan rencananya pergi ke pantry untuk membuat kopi.

"Aman nggak dari tadi?"

"Mandali, Dok." jawab Raka sambil mengaduk kopi. "Tapi ini sebenarnya sedang nunggu pasien rujukan datang. Kemungkinan butuh dibedah jadinya Mas Lana ke sana."

"Oh ya? Masih lama?"

"Sepertinya sebentar lagi mereka sampai karena teleponnya sudah sejak setengah jam yang lalu.

Raka selesai membuat kopi. Ketika Adis segera ingin membawanya, pria itu melarang.

"Biar saya bawakan, Dok. Ini sekalian bawa buat mas Lana."

Tak banyak cakap, Adis mengangguk saja lalu mereka berdua bersama menuju IGD.

Begitu tiba di IGD, hal pertama yang Adis lihat adalah Lana yang sudah tak sadarkan diri tapi bukan pingsan, melainkan tidur dengan posisi duduk dan kepalanya menempel pada meja administrasi. Sangat jelas terlihat kulit sekitar matanya lebih gelap.

"Nggak usah bangunin dia, biar aku aja yang nunggu pasien rujukannya."

Raka tersenyum. "Sebenarnya itu yang Mas Lana mau sih, Dok."

Adis balik tersenyum lalu ia pergi nurse station untuk bertanya perihal pasien rujukan yang katanya perlu dioperasi segera.

"Luka di kepala belakang karena sayatan senjata tajam, Dok."

Mendengarnya membuat Adis membayangkan betapa banyak darah yang keluar. Kemungkinan bisa butuh dokter bedah syaraf jika lukanya sampai merusak syaraf di kepala.

"Denger-denger korban klitih, Dok."

"Oh ya? Ya ampun kasihan sekali. Jogja kenapa akhir-akhir ini banyak banget kasus klitih ya?"

"Maka dari itu, Dok. Gimana nasib kita yang sering jaga kerja sampai malam."

Adis pun sebenarnya juga punya kekhawatiran sendiri terhadap kejahatan masif yang sering terjadi di Jogja itu.

Tak lama dari obrolan mereka, terdengar suara sirine ambulans yang kian dekat. Lantas mereka dengan sigap menyambut pasiennya.

Adis membiarkan para petugas dan dokter IGD untuk lebih dulu menangani pasien. Akan tetapi langkahnya terhenti sempurna. Jantungnya pun serasa ikut berhenti dibarengi dengan sekujur tubuh yang tiba-tiba terasa dingin. Pun dengan napasnya, tiba-tiba saja ia merasa kekurangan oksigen sehingga dadanya sesak.

"Mas Saga!!" Reflek Adis berteriak ketika sudah sadar sepenuhnya bahwa pasien yang sedang terbaring tak berdaya itu adalah pria yang beberapa jam lalu menemuinya.

Teriakan Adis membuat beberapa sejawatnya sempat terkejut. Namun itu hanya berlangsung beberapa detik saja karena selanjutnya mereka kembali fokus memberi pertolongan pada Saga.

"Bagaimana kondisi vital nya?" Lana yang entah sejak kapan terbangun, kini sudah ikut memeriksa kondisi Saga.

"Masih stabil, Dok, tapi perdarahannya belum berhenti."

Lana membuka gulungan kain kasa tebal yang digunakan untuk menutup luka di kepala bagian belakang. Terlihat luka yang cukup panjang dan dalam, menganga sehingga darah terus mengalir. Segera ia minta gulungan kasa baru untuk menutup lukanya lagi agar darah tidak semakin terkuras.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang