Menerima Tapi Terpaksa

324 6 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

"Yusuf?" Tanya laki-laki itu sambil menunjuk kearah dirinya sendiri. Wajahnya terlihat bingung dan tidak percaya akan pertanyaan ayahnya.

"Iya nak" jawaban Azhar semakin membuat Yusuf tercengang.

"Kenapa Yusuf yah?" Azhar menghela nafasnya.

"Insyaallah ini bisa membuat kamu menjadi kembali bahagia nak."

"Tapi Yusuf nggak mau. Yusuf hanya cinta dengan Adiba. Kok Ayah sama bunda tega menjodohkan perempuan lain dengan Yusuf." 

Yusuf berisih keras untuk menolak perjodohan ini. Namun Azhar dan Zainab memohon agar Yusuf bisa menerima permintaan mereka.

"Ayah mohon nak" lirih Azhar sambil menatap Yusuf. Zainab pun juga turut memohon. Karena tidak tega akhirnya Yusuf pasrah akan semua ini.

"Yaudah terserah Ayah sama bunda saja" nada bicaranya terdengar pelan namun menusuk.

Yusuf pergi meninggalkan ruangan tamu itu lalu menuju ke kamarnya tanpa sepatah kata apapun. Melihat hal itu Azhar kembali mengobrol dengan Husein dan Yesya.

"Maafkan Yusuf ya nak" lirih Zainab.

"Iya nggak apa-apa nda." Jawab Yesya dan Husein.

Mereka melanjutkan pembicaraan. Saat jam telah menunjukkan pukul sembilan malam Husein dan Yesya pamit untuk segera pulang karena besok Husein ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal.

°°°°°

"Masyaallah, mas kagum dengan rasa empati kamu dek." Ujar Husein yang sedang menyetir dan satunya lagi mengelus kepala Yesya.

"Syukron mas. Tapi sya sebenarnya takut sama Gus Yusuf. Tadi aja dia sampai marah-marah gitu sama bunda, ayah."

Husein terkekeh kecil melihat gaya bicara Yesya yang seperti anak kecil. Yesya memang sangat manja dengan Husein. Karena hanya Husein lah yang ia punya.

"Insyaallah dek, pasti suatu saat Yusuf akan berubah atas izin Allah. Tapi kamu ikhlas kan membantu dia?"

Husein bertanya kembali karena dia takut kalau Yesya akan merasa terpaksa dan menjadi berat hati akan perjodohan ini.

"Insyaallah Sya ikhlas mas."

"Alhamdulillah."

Setelah itu mereka sampai ke rumah, bebersih sebentar lalu tidur.

°°°°°

"Yusuf bunda mohon buka pintunya nak" lirih suara Zainab membuat hati kecil Yusuf tidak sanggup untuk mendiami bundanya itu.

Yusuf pun membuka pintu kamarnya tanpa suara dan tanpa senyuman. Ekspresi wajah laki-laki itu terlihat sangat datar.

"Maafkan ayah sama bunda nak. Kami hanya ingin kamu bangkit dari keterpurukan mu" lirih Azhar.

Sedangkan Zainab sudah menangis. Hati Yusuf semakin tidak tega untuk menolak permintaan kedua orangtuanya. Yusuf pun memeluk Azhar dan Zainab.

"Maaf" hanya satu kata itu yang dapat Yusuf ucapkan. Azhar dan Zainab membalas pelukan tersebut lalu Yusuf juga berkata bahwa dia siap menerima perjodohan ini.

Azhar dan Zainab mengucapkan hamdalah bersamaan saat Yusuf mau menerima permintaan mereka. Setelah itu Yusuf di suruh untuk istirahat oleh Azhar dan Zainab.

Saat di kamar Yusuf masih berfikir tentang perjodohan yang dia sama sekali tidak inginkan. Namun dia juga tidak sanggup melihat bunda nya memohon seperti tadi. Yusuf juga tidak memiliki perasaan apapun kepada Yesya.

"Diba maafkan saya. Saya terpaksa menerima perjodohan ini. Tapi saya hanya tetap mencintai kamu" ucap Yusuf sambil menggenggam sebuah cincin pertunangan milik Adiba.

Karena sudah lelah dalam memikirkan hal ini membuat Yusuf terlelap dan mulai memasuki alam mimpinya.

Tepat pada pukul setengah tiga subuh Yusuf terbangun. Laki-laki itu mulai bangkit dari tempat tidurnya dan langsung menuju ke kamar mandi.

Yusuf mulai menggosok giginya lalu mengambil air wudhu. Setelah itu ia mulai mengambil sebuah sarung dan juga Koko tidak lupa dengan peci kesayangan nya.

Setelah selesai Yusuf langsung melaksanakan shalat tahajjud dilanjutkan dengan murajaah hafalannya yang sudah cukup lama tidak di ulang karena kemarin pikiran laki-laki itu terfokus pada Adiba.

Saat murajaah lagi dan lagi Yusuf menangis. "Ya Allah saya masih mencintai nya" lirih Yusuf.

Tidak mau terlalu berlarut Yusuf memutuskan untuk segera mandi agar tubuhnya menjadi segar begitu juga dengan pikirannya.

Waktu subuh telah masuk, Yusuf dan ayah nya pergi ke masjid milik pesantren. Sesampainya di sana Yusuf dan Azhar disambut oleh para santri.

Apalagi santri kecil, mereka semua sudah datang menagih janji Yusuf kepada mereka.

"Gus, jangan lupa janjinya ya?" Yusuf tersenyum kearah anak tersebut.

"Iya nak, Gus nggak bakal lupa kok" Yusuf mengelus rambut santri kecil itu dan mereka semua bersorak gembira.

Yusuf diminta Azhar untuk menjadi imam. Yusuf pun memenuhinya. Selesai shalat subuh Azhar memberikan ceramah singkat dan setelah itu para santriwan dan santriwati mulai mengaji pagi.

°°°°°

"Aku dulu yang ngaji..."

"Nggak aku dulu"

"AKUUUUU!!!" teriak seorang santri kecil bernama Alif.

Reflek Yusuf menutup telinganya karena lengkingan suara Alif yang sangat keras.

"Alif, kita harus tertib ya. Kan tadi habib dulu yang pertama baris" ucap Yusuf dengan nada yang sangat lembut.

"Tapi Alif udah kangen ngaji sama Gus" jawab Alif.

"Kan nanti pasti kebagian, tertib ya?"

Perlahan Alif mengangguk sehingga membuat hati Yusuf merasa lega. Dan kegiatan belajar mengaji pun dimulai. Tepat pada pukul tujuh pagi kegiatan itu pun selesai.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang