Tidak Tau Berterimakasih

414 9 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Yesya merasa bahwa perilaku Yusuf yang berubah drastis seperti ini adalah karena dirinya. Lelah menangis Yesya akhirnya tertidur dalam posisi masih duduk.

Sekitar pukul empat pagi Yesya terbangun karena mendengar suara batuk-batuk dari Yusuf.

"Uhuk...uhuk..uhuk"

Yesya pun segera menghampiri Yusuf. Yesya mengambil segelas air dan berusaha mengubah posisi Yusuf menjadi duduk.

Laki-laki itu masih dibawah pengaruh alkohol, dan belum sepenuhnya sadar. Meskipun tubuh Yusuf terasa berat Yesya tetap berusaha sekuat mungkin.
Setelah berhasil Yesya membantu Yusuf untuk minum.

"Minum dulu Gus" Yusuf menenggak air minum tersebut.

Namun setelah minum Yusuf kembali meracau tidak jelas. "Jangan sentuh saya. Saya nggak sudi nikah sama kamu. Dibaaaa, kenapa kamu meninggalkan sayaaaa."

"Istighfar Gus" lirih Yesya namun laki-laki itu tidak menanggapi apapun.

Terdengar suara azan subuh berkumandang. Yesya meninggalkan Yusuf sebentar untuk mengambil wudhu untuk segera shalat.

Ketika Yesya selesai mengambil wudhu, Yusuf sudah kembali tertidur. Yesya memulai shalat dan selesai shalat dia mengangkat kedua tangannya.

"Ya Allah.... Kenapa Gus Yusuf menjadi seperti ini. Apakah tindakan yang Sya ambil ini salah. Apakah Sya harus berhenti agar Gus Yusuf kembali seperti dulu ya Allah. Tunjukkan lah jalan yang terbaik."

Selesai berdoa Yesya mengambil Qur'an dan mulai membaca kitab suci tersebut agar hatinya kembali tenang. Selesai mengaji Yesya turun ke bawah untuk memasak sarapan dan mencuci beberapa pakaian. Setelah selesai, Yesya kembali mengecek keadaan Yusuf dan ternyata suami nya itu sudah bangun.

Yusuf terlihat sedang duduk di atas kasurnya. Namun Yusuf terlihat linglung, mungkin masih dalam pengaruh alkohol.

"Gus makan dulu yuk?" Ajak Yesya dan Yusuf hanya merespon dengan menggelengkan kepalanya.

"Dada saya sakit" lirih Yusuf kepada Yesya.

Yesya mendekati Yusuf terdengar nafas Yusuf berbunyi. Sudah bisa di pastikan kalau penyakit yang diidap nya selama ini kembali kambuh. Yesya sudah mengetahui mengenai hal itu dari kedua orang tua Yusuf. Yesya segera mencari alat nebu supaya Yusuf bisa kembali bernafas dengan normal.

Yesya mulai memasukkan obat kedalam alat medis itu, setelah selesai Yesya langsung memasangkan alat tersebut kepada Yusuf.

Yusuf pun merasakan rasa sesak nya mulai berkurang. Setelah sekitar dua puluh menit Yusuf melepaskan alat tersebut.

"Gus mau kemana?" Tanya Yesya yang melihat Yusuf beranjak dari tempat tidurnya.

Lagi-lagi Yusuf tidak menjawab. Dia segera masuk kedalam kamar mandi. Yesya menghela nafasnya dan Yesya pun menyiapkan pakaian Yusuf.

Setelah selesai Yesya pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah beberapa menit Yusuf turun ke bawah dan terlihat laki-laki itu sudah rapi dengan baju kerjanya.

Yesya mengira bahwa Yusuf belum bisa kerja sehingga hanya menyiapkan setelan rumahan. Ternyata Yusuf malah ingin berangkat ke kantor nya.

"Gus yakin udah bisa nyetir?" Tanya Yesya dengan lembut namun Yusuf sedikit pun tidak merespon.

Yesya mencoba untuk mengajak Yusuf untuk sarapan. "Gus, kita sarapan dulu yuk. Dari tadi malam Gus belum makan."

"Masakan kamu nggak enak." Ujar Yusuf dengan suara dingin nya.

Tanpa berpamitan, Yusuf segera keluar dari ndalem dan langsung melajukan mobilnya untuk menuju ke kantor.

"Ya Allah. Apakah Sya memang seharusnya melakukan itu?" Gumam Yesya dalam hatinya yang sedang menatap kepergian Yusuf dengan air mata yang berlinang.

°°°°°

Untuk mengisi waktu senggangnya Yesya membantu para asatidzah untuk mengajar para santri yang ada di pondok itu.

Sedangkan Yusuf telah sampai di kantor. Valdy melihat Yusuf yang sudah masuk ke dalam ruangan nya. Laki-laki itupun berniat untuk memberikan pelajaran kepada Yusuf.

"Bugh"

Sebuah pukulan keras mengenai rahang Yusuf. Laki-laki itu meringis kesakitan. Tidak cukup sampai di situ, Valdy menarik kerah baju Yusuf dengan kuat.

"Heh Lo tau nggak apa yang sudah lu perbuat tadi malam." Yusuf mendorong tubuh Valdy. Untungnya laki-laki itu bisa menahan tubuhnya.

"Kamu nggak tau perasaan saya val. Tolong jangan campuri hidup saya." Ucap Yusuf dengan nada tinggi.

Valdy pun menampar pipi Yusuf dengan kuat. Terlihat telapak tangan Valdy membekas di wajah Yusuf. Valdy memang merasa sangat kesal dengan semua yang telah di perbuat oleh Yusuf.

"Gua tau perasaan Lo. Bahkan lebih. Lo hanya kehilangan tunangan Lo suf. Gua udah pernah ngerasain kehilangan perempuan yang paling gua cinta. Perempuan itu bunda gua sendiri suf."

Perkataan Valdy sempat terjeda, dadanya  terasa sesak karena mengingat bunda nya yang telah tiada.

"Suf, banyak orang yang sayang sama lu. Bahkan Yesya sudah mau berusaha mencintai diri Lo. Tolong jangan berbuat hal bodoh seperti tadi malam." Lanjut Valdy menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Yusuf tidak menjawab apapun.  Laki-laki itu pergi meninggalkan Valdy sendiri di sana. Yusuf memutuskan untuk pergi ke sebuah taman yang ada di belakang kantor.

Yusuf berfikir tentang apa yang diucapkan oleh Valdy. Yusuf sebenarnya juga mengetahui bahwa Yesya tulus dalam mencintai dan menerimanya. Namun laki-laki itu tetap menurut kepada egonya sendiri.

Yusuf merasa dadanya kembali sesak. Dengan cepat dia menghirup inhaler yang selalu dibawa nya kemana pun. Setelah sedikit tenang Yusuf kembali ke ruangan tempat dia bekerja.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Yesya kembali mengkhawatirkan keadaan Yusuf karena Yusuf belum juga kembali.
Ternyata Yusuf memang sengaja pulang lama. Dia merasa bahwa Yesya adalah pembawa kesengsaraan di dalam hidupnya.

Ternyata Valdy mengawasi Yusuf. Valdy berniat untuk mengawasi Yusuf sampai dia benar-benar pulang dan tidak kembali berbuat seperti tadi malam. Tidak lupa Valdy menghubungi Yesya untuk memberitahu kan bahwa Yusuf baik-baik saja.

Karena sudah terlalu lama di kantor, akhirnya Yusuf pun pulang. Valdy mengikuti Yusuf diam-diam sampai ke pesantren dan Alhamdulillah nya Yusuf benar-benar langsung pulang.

Yesya merasa lebih tenang karena telah diberikan kabar tentang kondisi Yusuf dari Valdy. Yesya merasa bosan dan akhirnya memutuskan untuk membersihkan meja belajar Yusuf yang terlihat berantakan dengan beberapa buku yang berada tidak di tempatnya.

Saat merapikan buku tersebut, Yesya menemukan Al-Quran yang terlihat ada sebuah foto yang terselip di sana dan juga sebuah kotak berwarna merah yang disimpan secara bersamaan.

Kedua alis Yesya saling bertaut melihat benda itu. Yesya memberanikan diri untuk membuka Alquran itu dan menemukan foto pertunangan Yusuf dan Adiba. Terlihat senyum Yusuf yang sangat tulus di foto tersebut.

"Sya aja belum pernah liat senyum Gus yang seperti ini. Sya pengennnn banget lihat senyum Gus seperti ini." Lirih Yesya sambil memegang foto tersebut.

Kemudian kedua netra nya beralih ke sebuah kotak berwarna merah. Dibukanya kotak itu, dan menemukan sebuah cincin perempuan yang terukir nama Yusuf dan Adiba di dalamnya.

Yesya juga tersadar bahwa cincin yang di kenakan Yusuf bukanlah cincin pernikahan mereka, tapi adalah cincin pertunangan milik nya dan Adiba.

"LEPASKAN TANGANMU DARI CINCIN ITU."

____________________________________


Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang