Lagi-lagi Menolak

402 7 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Yusuf pun ikut terkejut reflek dia mengucapkan takbir. "Allahuakbar."

Yusuf pun segera duduk dan berusaha menjelaskan semuanya meskipun nyawanya belum terkumpul sempurna.

"Maaf, saya nggak berbuat macam-macam kok. Saya hanya berniat memindahkan kamu keatas, tapi saya malah tertidur di samping mu." ucap laki-laki itu panjang lebar.

"I-ya Gus, Sya juga minta maaf sudah bikin kaget" Yusuf hanya mengangguk kecil.

Yesya melihat kearah jam dinding. Waktu sepertiga malam telah masuk, perempuan itu memberanikan diri untuk mengajak Yusuf shalat tahajud.

"Eeee, g-gus, kita tahajjud dulu yuk" laki-laki itu hanya mengangguk seraya mengucek - ngecek matanya.

Sebenarnya Yesya sedikit berharap kalau Yusuf akan mengimami nya untuk shalat tahajud. Karena tidak ada perempuan yang tidak mau shalatnya di pimpin oleh suami sendiri.

Mereka bangun dari tempat tidur dan bergantian untuk mengambil air wudhu. Yusuf masih tidak mau mengimami Yesya.

Tanpa mengucapkan kalimat apapun, Yusuf langsung melaksanakan shalat tahajjud sendiri, sedangkan Yesya masih mengambil air wudhu.

Saat keluar dari kamar mandi, Yesya melihat Yusuf yang sudah shalat duluan. Tidak tau mengapa hati perempuan itu menjadi sedih karena perlakuan Yusuf kepadanya.

Mau tidak mau Yesya membentangkan sebuah sajadah di belakang Yusuf lalu memulai shalatnya. Yusuf telah selesai shalat terlebih dahulu. Dia langsung mengambil sebuah tasbih dan mulai berdzikir.

Setelah beberapa menit Yesya selesai dari shalatnya. Meskipun sedikit takut perempuan itu memberanikan diri untuk mendekati Yusuf lalu mengulurkan tangannya.

"G-gus." ucapnya gugup.

Yusuf membuka sedikit matanya yang sedari tadi terpejam. "Tidak perlu." Lagi-lagi Yesya merasa sakit dengan perkataan Yusuf.

Yesya perlahan mundur kembali ke belakang tidak terasa air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. Dia menghapus air matanya dan kemudian berdoa kepada Allah.

"Ya Allah bukakan lah pintu hatinya agar dia bisa menerima Sya ya Allah. Lapangkanlah juga hati Sya dalam menghadapi sikap nya."

Setelah berdoa Yesya membuka sebuah Al-Qur'an dan mulai membacanya tanpa suara.

Sedangkan Yusuf masih sibuk berdzikir. Azan subuh pun berkumandang. Yusuf beranjak dari sajadahnya. Laki-laki itu mulai melipat dan mengembalikan semua perlengkapan ibadah kembali ke tempat semula.

Setelah itu dia berniat untuk pergi ke masjid pesantren untuk melaksanakan shalat subuh. Saat posisi Yusuf sudah di depan pintu, Yesya memutuskan untuk bertanya kembali.

"Gus mau kemana?"

"Mesjid" lagi-lagi hanya jawaban singkat yang di berikan oleh laki-laki itu.

Yesya mencoba untuk kembali bertanya kepada Yusuf, yang semoga direspon lebih baik.

"Nggak mau jamaah bareng Sya?"

"Nggak" jawabnya lalu segera membuka pintu dan turun untuk segera pergi ke masjid.

Yesya menarik nafasnya dalam-dalam melihat sikap Yusuf yang begitu dingin kepadanya.

"kamu mau ke mesjid nak?" Tanya Zainab yang melihat Yusuf turun dari kamarnya.

"Iya nda."

"Istri kamu gimana, kok nggak sholat bareng aja?" Yusuf menghela nafasnya saat mendengar pertanyaan Zainab.

"Males."

"Yusuf, bunda nggak pernah ngajarin kamu begitu. Yesya sekarang istri kamu nak. Kamu tidak boleh terus-terusan begini. Allah juga nggak suka nak."

Yusuf tercekat mendengar perkataan Zainab. Untuk menghindari kemarahan bunda nya Yusuf menjadi berbohong kepada Zainab.

"Yusuf udah izin kok nda."

"Awas saja kalau kamu berbohong." Ucap Azhar yang telah berada di dekat mereka sambil membenarkan pecinya.

"I-ya yah, Yusuf nggak bohong."

Sebenarnya Zainab dan Azhar tau kalau Yusuf sedang berbohong. Dari sorot matanya sudah terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Yusuf bukan tipe orang yang suka bohong. Jadi terlihat betul bagaimana gugup nya dia saat menyembunyikan sesuatu.

Setelah itu Yusuf dan Azhar pergi menuju masjid, sedangkan Zainab, dan Zahra pergi menuju ke kamar Yesya.

Di dalam kamar Yesya sedari tadi tidak berhenti menangis. Hatinya benar-benar terasa sakit karena kata-kata Yusuf. Perempuan itu berusaha tenang, namun tidak bisa.

"Ya Allah lapangkanlah hati Sya." Batin Yesya yang sedang duduk di pinggir kasur milik Yusuf.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu bersamaan dengan suara seorang perempuan yang terdengar sangat lembut.

"Tok..tok...tok"

"Assalamualaikum Yesya sayang. Shalat bareng bunda sama mbak Zahra yuk nak." Yesya yang panik segera menghapus air matanya.

"Wa Alaikum salam iya bunda, mbak Zahra sebentar." Yesya beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu.

Zainab terkejut melihat mata Yesya yang sudah sembab karena dari tadi malam dia menangis akibat kelakuan Yusuf. Spontan Zainab menangkup wajah Yesya yang sekarang sudah berstatus sebagai menantunya.

"Kamu habis nangis nak?" Tanya Zainab dengan tatapan khawatir kepada Yesya.

"Nggak kok nda."

"Jangan bohong. Pasti ini gara-gara Yusuf kan." Seka Zahra.

Yesya tidak mungkin sampai hati untuk jujur kepada Zainab. Perempuan itu takut kalau nanti Yusuf akan dimarahi oleh Zainab apalagi Azhar, yang kalau sudah turun tangan.

"Sya cuma kangen mas Husein nda, Mbak."

"Yakin?" Yesya mengangguk seraya tersenyum dan segera memutar topik.

"Kita shalat yuk nda, mbak." Zainab sebenarnya masih ingin bertanya banyak, namun Iqamah subuh telah berkumandang.

Akhirnya Zainab, Yesya dan Zahra pun melaksanakan shalat subuh hanya di ndalem. Setelah selesai Zainab pergi ke dapur untuk segera menyiapkan sarapan.

Zahra dan Yesya pun turut membantu Zainab untuk memasak makanan. Mereka pun membagi tugas agar masakan cepat selesai. Terdengar suara pintu yang di buka dari arah ruang tamu bersamaan dengan ucapan salam.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang