Tidak Menemukan Bukti

275 14 3
                                    

⚠️ Cerita ini sedang di revisi ulang. Terimakasih untuk yang sudah bacaa, jangan lupa vote dan komen yaa terimakasih 🙏🥰
____________________________________

Pagi ini Valdy sedang mengintrogasi semua tim keamanan kantor Yusuf. Yusuf juga berada di sana.

"Saya mau tanya sama kalian semua, apakah kalian ada yang berani berkhianat dengan bos kalian sendiri. Karena tidak mungkin semua rekaman cctv di beberapa titik hilang begitu saja."

Semuanya membela diri masing-masing termasuk Darso, satpam yang bekerja sama dengan Aruna dan elena kemarin. Interogasi tersebut menghasilkan apa-apa sampai akhirnya Valdy mencoba mengusut permasalahan ini.

Valdy juga mengancam kalau sampai ada yang terbukti berkhianat maka akan langsung di proses hukum. Dari tadi Valdy salah fokus dengan pak Darso yang terlihat gelisah sejak tadi.
Namun di satu sisi Valdy tidak mau salah sangka karena Yusuf sering membantu pak Darso dari segi apapun.

Hari ini tidak berhasil apapun, Valdy tidak dapat menemukan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai barang bukti. Sampai waktu makan siang Yusuf hanya diam tidak mau makan.

"Suf ayo dimakan makanan nya." Yusuf hanya diam tidak menanggapi perkataan Valdy.

Sudah berkali-kali Valdy meminta Yusuf untuk makan namun laki-laki itu menolak. Valdy pun akhirnya menyerah.

Pada jam empat sore Yusuf ingin pulang, namun Yusuf merasa sangat rindu dengan Yesya. Sampai akhirnya Yusuf singgah di salah satu toko donat kemudian dia melajukan mobilnya ke rumah Husein. Selama di perjalanan Yusuf berdoa semoga Yesya mau bertemu dengan nya. Sesampainya di sana, Yusuf mulai menekan bel dan mengucapkan salam dari batas pagar.

"Assalamualaikum sya sayang, mas bawain donat untuk kamu." Yesya melihat dari kaca kamarnya yang ada di lantai dua.

Rasanya Yesya tidak tega melihat Yusuf yang selalu berusaha untuk menemuinya. Namun Yesya belum sanggup untuk melakukan hal itu.

"Sayang mas kangen sama kamu." Yesya melihat Yusuf yang menangis.

Tiba-tiba petir besar datang, Yesya sempat terkejut dan ketakutan. Biasanya dia akan bersembunyi di pelukan Yusuf apa bila ada petir.

"Sayang sebentar saja, izinkan mas bertemu kamu. Maaf mas belum bisa mendapatkan bukti." Pintu tidak kunjung di bukakan oleh Yesya.

Hujan mulai turun dengan derasnya. Yusuf mulai basah karena terkena air hujan yang lumayan deras. Namun laki-laki itu tetap setia menunggu Yesya untuk membukakan pintu pagar rumah tersebut.

Husein yang baru saja pulang dari kantor nya melihat seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu pagar rumah nya. Sesampainya di depan rumah Husein bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah Yusuf.

Karena Husein juga memegang kunci cadangan pagar dia segera membukakan pintu lalu membawa Yusuf ke tempat yang teduh.

Tubuh Yusuf terlihat lemas karena dari sore kemarin dia susah makan dan wajahnya sudah pucat karena terlalu lama terkena air hujan dan tubuhnya juga mulai kedinginan.

"Yusuf kenapa kamu hujan-hujanan seperti ini." Tanya Husein yang terlihat khawatir.

"Yusuf cuma mau antar ini mas, maaf Yusuf belum bisa dapatin bukti." Yusuf menyerahkan sekotak donat kepada Husein.

"Ayo masuk dulu ganti baju, kamu udah pucet banget ini."

"Nggak usah mas terimakasih, Yesya sepertinya belum mau bertemu Yusuf. Yusuf pulang dulu ya mas Assalamualaikum."

"Kamu yakin bisa nyetir?" Yusuf hanya menjawab pertanyaan Husein dengan anggukan.

Kemudian Yusuf masuk ke dalam mobilnya dan mulai menempuh perjalanan menuju ndalem. Sesampainya di ndalem Zainab dan Azhar terkejut melihat Yusuf yang basah kuyup.

"Ya Allah nak, kamu ke kenapa?" Yusuf memberitahu apa yang telah dialaminya tadi.

Hati Zainab dan Azhar terasa tersayat melihat keadaan Yusuf. Bahkan ini lebih parah dari pada saat Adiba pergi meninggalkan nya.

Di keesokan hari nya Valdy memberitahu kepada Yusuf bahwa dia masih belum bisa menemukan sebuah bukti. Yusuf pergi ke taman kantor tersebut untuk menyendiri.

"Ya Allah, ini hari terakhir hamba di kasih kesempatan untuk mencari bukti. Tolong tunjukkan hamba ya Allah, dan janganlah engkau pisahkan hamba dengan istri hamba ya Allah."

Disana pak Darso tidak sengaja melihat Yusuf yang menyendiri. Rasa bersalah terus menghantuinya saat melihat Yusuf yang benar-benar hancur.

Pak Darso pun juga di tipu oleh Aruna dan elena. Dia tidak di berikan uang sesuai dengan apa yang di janjikan oleh mereka kemarin.

°°°°°

"Dek kamu kenapa?" Tanya Husein yang panik melihat Yesya yang muntah-muntah.

"Nggak tau mas perut sya nggak enak, kepala sya juga pusing" muka perempuan itu sudah pucat karena sedari tadi dia muntah terus.

"Kita ke dokter ya dek." Awalnya Yesya menolak namun dia dipaksa oleh Husein sehingga dia menurut.

Sesampainya di sana Yesya segera di periksa oleh dokter. Setelah beberapa menit Husein dan Yesya menghadap dokter yang baru saja selesai memeriksa Yesya.

"Pak, kondisi istri bapak ini sangat wajar dan normal." Husein terkejut saat dokter tersebut mengiranya adalah suami Yesya. Yesya memberi kode agar Husein diam saja.

"M-maaf dok, maksudnya?"

"Selamat ya pak, istri bapak sedang mengandung buah hati kalian dan usia kandungan nya baru berusia seminggu, saya harap istrinya di jaga ya pak." Husein dan Yesya mengucapkan hamdalah. Husein pun memeluk Yesya.

Namun di satu sisi Yesya memikirkan Yusuf. Yusuf pasti sangat bahagia saat mendengar kabar bahwa dirinya sedang mengandung. Karena beberapa hari yang lalu Yusuf selalu menanyakan kapan mereka akan di berikan seorang buah hati.

Saat keluar dari ruangan dokter tersebut Yesya sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Husein membawa adiknya itu untuk duduk sebentar di sebuah kursi yang ada di sana.

"Mas, sya rindu mas Yusuf, tapi hati sya masih sakit." Husein memeluk erat tubuh Yesya. Hatinya juga terasa sesak melihat adiknya yang mengandung tanpa ada Yusuf di sampingnya.

Tiba-tiba ada seorang bapak dan ibuk yang terlihat panik dan juga menangis sambil membawa seorang anak yang berusia sekitar delapan tahun yang terlihat sedang sakit. Anak itu terlihat pucat dan juga lemah di dalam gendongan ayah nya.

Yesya merasa kasihan melihat kondisi anak tersebut. Ketika suasana hatinya sudah sedikit tenang. Husein mengajak Yesya untuk pulang.

"Pak lihat uang yang bapak gunakan kemarin tidak berkah, bukannya sembuh anak kita malah semakin sakit pak. Lebih baik kemarin bapak tidak ikut campur dalam urusan itu. Sekarang kita sudah terjerumus di dalam dosa pak"

"Iya buk, bapak menyesal sudah menerima tawaran mereka. Apa bapak jujur saja dengan bos Yusuf?"

"Ibuk ikhlas pak, asal jangan kita terjerumus di dalam dosa." Untuk menenangkan dirinya pak Darso pergi ke parkiran.

"Mas, itu bapak yang tadi ya?"

"Iya dek, kayaknya dia sedang kesusahan." Jawab Husein.

"Kita coba tanya yuk mas" Husein menyetujui perkataan Yesya.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang