Malam Pertama

431 9 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Sesampainya di ndalem Yesya langsung membantu Zainab, dan Zahra untuk menyiapkan makan malam. Setelah semua makanan terhidang, Yesya mulai mengambil nasi untuk Yusuf.

"Mau lauk apa Gus?" Tanya Yesya dengan lembut kepada Yusuf yang sedari tadi masih bermuka datar.

"Terserah."

Mendengar jawaban Yusuf, Azhar langsung menarik telinga Yusuf hingga laki-laki itu meringis kesakitan.

"Bisa nggak jangan ketus, Yesya itu sekarang sudah jadi istri kamu" Azhar semakin kuat menarik telinga Yusuf.

"Iya yah, maaf, lepasin sakit yah."

Zahra tertawa puas melihat adiknya sedangkan Yesya berusaha menahan senyumnya melihat Yusuf yang memohon kepada Azhar.

"Rasain tu. Makanya jangan kayak es batu" batin Yesya bersorak ria.

"Minta maaf dulu sama Yesya."

"Maaf" singkat padat dan jelas. Jawaban Yusuf membuat Azhar tidak jadi melepaskan jeweran nya dari telinga laki-laki itu.

"Yang ikhlas Yusuf. Atau mau bunda tambahin" Zainab juga ikut kesal kepada kelakuan Yusuf.

"Iya ampun Ayah bunda ku sayang. Yesya Hanin Azalea maafin saya Yusuf Zuhaydi Al-abrar karena sudah ketus pada mu."

"Iya Gus" rasanya tawa Yesya ingin lepas. Sebisa mungkin dia menahan hal itu supaya Yusuf tidak memarahinya.

Perlahan Azhar melepaskan jeweran nya. "Jadinya Gus mau makan apa?" Yesya mencoba memberanikan diri untuk kembali bertanya.

"Mau itu."

Yusuf menunjukkan kearah sepiring ayam goreng. Wajah Yusuf mirip seperti seorang anak kecil yang sedang meminta sesuatu.  Lagi-lagi hal itu membuat Yesya merasa gemas.

Yesya mengambilkan ayam goreng tersebut bagian sayapnya. Perempuan itu tidak mengerti kalau Yusuf sebenarnya ingin paha ayam bukan sayapnya.

"Nggak mau itu. Mau pahanya" Yesya tersenyum. Lalu memindahkan sayap ayam tersebut ke dalam piringnya.

"Silahkan Gus"

"Terimakasih"

"Sama-sama Gus"

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Selepas makan Yesya membantu Zainab, dan Zahra untuk mencuci piring sedangkan Yusuf sedang hafalan bersama ayah nya. Setelah waktu isya masuk mereka pun shalat di ndalem.

°°°°°

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Yusuf dan Yesya di perintahkan untuk segera masuk ke kamar lalu beristirahat.

"Tunggu apalagi tidurlah. Nanti kamu sakit malah saya yang di marahi ayah bunda." Tegur Yusuf yang sedang sibuk di depan laptopnya dan kesal melihat Yesya yang sedari tadi belum tertidur

"Gus sendiri?" Tanya Yesya.

"Saya bukan anak kecil. Saya bisa tidur kapan saja, nggak usah sok peduli. Sekarang naik ke atas kasur dan tidurlah." Nada bicara Yusuf membuat Yesya takut.

Yesya yang ketakutan pun langsung menurut dan mulai naik keatas kasur king size milik Yusuf. Sedangkan Yusuf masih sibuk dengan laptopnya.

Setelah beberapa saat Yusuf melirik kearah Yesya yang tertidur. Padahal sebenarnya perempuan itu masih sibuk berperang dengan pikirannya sendiri.

Yusuf mematikan laptopnya lalu meraih sebuah kotak kecil berwarna merah yang selalu di simpan nya dengan baik. Dia melepaskan cincin nikah nya dengan Yesya dan mengganti nya dengan cincin tunangannya bersama Adiba.

"Maafkan saya Diba. Saya terpaksa menikah dengan perempuan lain." Yusuf kembali menangis untuk yang kesekian kalinya.

Ternyata semua perkataan Yusuf didengar oleh Yesya yang belum tidur.
Perempuan itu memberanikan diri untuk mendekati laki-laki itu.

"Gus, Sya tau mungkin Gus masih mencintai kak Diba. Tapi sekarang waktunya Gus untuk bangkit. Jangan sedih terus ya?" Yesya berusaha berkata selembut mungkin supaya Yusuf mau mengerti.

"Apa urusan mu dengan ini semua. Saya hanya terpaksa menikah dengan mu. Saya sama sekali tidak mencintai mu. Kamu sendiri juga kan yang mau menerima perjodohan ini. Jangan berani-berani nya menyebutkan nama perempuan yang saya sangat cintai itu, dan jangan ikut campur." Yusuf menekan semua perkataan yang diucapkan olehnya.

"Dan satu lagi, saya tidak akan pernah mencintai kamu sampai kapanpun. Dan jangan berharap itu akan terjadi" Lanjut nya dengan nada tinggi yang membuat Yesya tertunduk dengan menahan air matanya.

Pertahanan perempuan itu mulai runtuh. Air mata yang sedari tadi di tahan mulai menetes. Hatinya terasa sakit mendengar ucapan Yusuf yang sangat tajam itu. Yesya pergi meninggalkan Yusuf dan kembali keatas kasur.

"Mas Husein, Yesya mau pulang" lirih perempuan itu didalam hatinya.

Karena kelelahan menangis Yesya menjadi tertidur. Sedangkan Yusuf mulai mendekati Yesya. Dia melihat kearah istrinya itu, terlihat wajahnya lelah karena menangis.

Ada sedikit rasa bersalah ketika melihat Yesya yang tertidur lelap. Namun laki-laki itu segera menepis pikirannya.
Yusuf merebahkan tubuhnya di sebuah karpet bulu yang ada di kamarnya.

Yesya terbangun sekitar jam setengah satu pagi. Yesya melihat Yusuf yang sedang tertidur dengan alas hanya sebuah karpet tanpa bantal, dan juga selimut.

Meskipun Yusuf telah melukai hatinya, Yesya tetap masih merasa kasian melihat Yusuf yang tidur hanya dengan beralaskan karpet. Yesya mengambil sebuah selimut dan juga bantal.

Yesya memberanikan diri untuk mengangkat sedikit kepala Yusuf, lalu meletakkan bantal di bawahnya. Untung laki-laki itu tidak terbangun. Kemudian dia menyelimuti tubuh Yusuf dengan sebuah selimut.

Yesya merasa tidak enak hati melihat Yusuf yang tidur di bawah. Perempuan itu juga ikut merebahkan dirinya di karpet tersebut dengan jarak yang sedikit berjauhan.

Perlahan mata Yesya mulai terpejam. Yusuf adalah tipe orang yang tidak bisa diam ketika tidur. Hingga dia memeluk tubuh Yesya yang sedang tertidur di dekatnya.

Namun tiba-tiba dia terbangun. "Astaghfirullah" ucapnya sambil mengumpulkan nyawanya.

Cepat-cepat dia melepaskan pelukannya dari Yesya. Namun tiba-tiba saja kedua netra nya terfokus di wajah indah milik perempuan itu.

Cukup lama Yusuf menatap wajah Yesya.

"Astaghfirullah, sadar suf" ucap nya sambil menepuk pipinya sendiri.

Yusuf tersadar bahwa tubuhnya sudah ditutupi oleh selimut dan sudah ada sebuah bantal di dekat kepalanya. Rasa bersalah kembali menghantuinya, sehingga dia memberanikan diri untuk mengangkat tubuh kecil Yesya untuk kembali ke kasur.

Yusuf juga mencari sebuah selimut dari lemarinya untuk menyelimuti tubuh Yesya agar tidak kedinginan. Namun karena masih mengantuk Yusuf malah tertidur disebelah Yesya.

Tepat pukul tiga pagi, Yesya terbangun. Dia mulai membuka matanya. Dia terkejut melihat Yusuf yang telah tertidur di dekatnya.

"ASTAGHFIRULLAH" teriak Yesya.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang