Hanya Karena Donat

388 14 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

"Kenapa teriak sih. Nanti bunda ayah mikir yang nggak-nggak." Ujar Yusuf sambil melepaskan tangannya dari mulut Yesya.

Bagaimana Yesya tidak teriak, ternyata laki-laki itu belum mengenakan bajunya dan hanya menggunakan handuk sepinggang sebatas lutut

"G-gus kenapa n-nggak pak-ke baju?" Tanya Yesya gugup dan masih memejamkan matanya.

"Tadi saya lupa bawa pakaian ganti." Setelah mengucapkan kalimat itu Yusuf dengan segera meraih pakainya dan masuk kedalam kamar mandi.

Sedangkan Yesya masih shock dengan apa yang baru saja dia lihat. Tubuh Husein saja tidak pernah di lihat oleh Yesya apalagi Yusuf yang membuat nya sampai berkeringat dingin.

Singkat cerita waktu Maghrib telah masuk. Yusuf memilih untuk shalat di masjid pesantren. Laki-laki itu masih tidak mau mengimami Yesya.

Sudah menjadi kebiasaan rutin keluarga ndalem untuk makan malam setelah sholat Maghrib. Beberapa saat setelah mereka selesai makan malam, Husein datang sesuai dengan janji nya tadi siang.

Baru saja Husein sampai Yesya sudah menghamburkan sebuah pelukan kepada kakak nya itu.

"Masssss, Sya kangen" Husein membalas pelukan Yesya.

"Mas juga kangen sama kamu dek."
Sedari tadi Yusuf hanya diam sambil memperhatikan kehangatan antara Yesya dan Husein.

Tidak tau mengapa saat melihat Yesya memeluk Husein hati Yusuf semakin merasa bersalah karena telah berlaku kasar kepada Yesya. Terlihat perempuan itu sangat lembut, bahkan Husein saja tidak pernah melukainya.

Setelah itu Husein di persilahkan duduk oleh Zainab dan Azhar. Zahra dan Farhan juga turut bergabung bersama.

"Ayah, bunda ini ada pisang coklat kesukaan Ayah sama bunda sama ada untuk bang Farhan sama mbak Zahra juga." Husein menyodorkan sebuah plastik yang berisikan beberapa kotak pisang coklat.

"Dan ini untuk adik mas yang cantik" ujar Husein pula sambil memberikan sekotak donat kepada adiknya.

"Yeiiiii. Donatttt, makasih masss" Yesya terlihat sangat girang hanya karena sekotak donat.

Semua orang tertawa melihat tingkah laku Yesya kecuali Yusuf yang sedari tadi hanya diam dengan ekspresi datar dan sinis.

"Nak, besok nggak usah pesan sama Husein lagi. Kan sekarang kamu sudah punya suami. Minta aja sama si itu tu" ujar Zainab menyindir Yusuf.

"Iya bener banget Sya. Kan sekarang dia udah jadi suami kamu. Tapi sebenarnya kalau mbak jadi kamu mbak bakal protes sih, udah lah nggak pekaan cuek sok dingin lagi." Telinga Yusuf menjadi panas mendengar sindiran dari Zahra.

Sedangkan yang lain menjadi tertawa mendengar sindiran Zahra.

"Apaan sih, orang dia nggak minta juga." Kesal Yusuf.

"Sudah, sudah, anak manja kalau sudah merajuk susah membujuk nya." Sekarang Azhar juga ikut-ikutan meledak Yusuf.

"Ayahhhh."

Setelah puas meledek Yusuf mereka mengganti topik. Banyak hal yang mereka bicarakan bersama namun Yusuf malam ini tidak banyak bicara karena kesal dengan ledekan keluarga nya tadi.

Sekitar pukul sembilan malam Husein pamit kepada semua nya. Husein mulai mencium tangan Azhar Zainab dan Farhan. Dan menangkupkan kedua tangan nya saat berpamitan dengan Zahra.

Saat berpamitan kepada Yusuf Husein berpesan. "Jagain Yesya ya suf. Jangan sakiti dia" Yusuf tercekat tiba-tiba laki-laki itu teringat kalau tadi malam dia sudah menyakiti Yesya.

"I-ya mas" setelah itu Husein memeluk Yesya dengan erat dan kemudian dia pulang menuju ke rumah nya. Setelah Husein pamit Yusuf dan Yesya di suruh untuk segera tidur oleh Zainab.

Saat dikamar Yusuf malah melampiaskan semua rasa kesalnya kepada Yesya yang tidak bersalah apapun.

"PUAS KAMU PUAS?, sudah menjatuhkan harga diri saya dihapan yang lain terlebih lagi mas Husein." Yesya terkejut melihat Yusuf yang tiba-tiba saja marah.

"Gus kenapa? Sya nggak ada jatuhin harga diri Gus di depan mas Husein." Lirih Yesya yang terlihat bingung.

"Terus apa maksud kamu minta mas Husein untuk membelikan kamu makanan?" Yusuf terlihat benar-benar sudah diliputi oleh amarah yang membuat Yesya ketakutan.

"Istighfar Gus. Makanan tadi memang mas Husein yang mau bawain, Sya nggak ada minta" suara Yesya bergetar ketakutan.

Yusuf meraih dompetnya kemudian meraih sebuah black card dan melemparkannya kearah Yesya.

"Ambil kartu itu. Beli kebutuhan mu sendiri dan jangan pernah sekali lagi kamu merendahkan diri saya di depan yang lain."

Yesya menangis setelah Yusuf melemparkan kartu itu kearah nya. Dan untuk kali ini Yesya mencoba untuk membela diri nya.

"Gus, demi Allah sya nggak pernah ada maksud untuk merendahkan diri Gus di depan yang lain. Sya juga nggak butuh kartu itu Gus. Sya hanya butuh perlakuan yang baik dari Gus." Yusuf semakin muak.

"Jangan menangis. Dan jangan pernah berharap saya akan berlaku baik kepada mu." Yusuf berjalan kearah meja kerjanya dan meninggalkan Yesya yang masih menangis sesenggukan.

"Tidur. Jangan sampai orang rumah mengetahui kalau mata kamu sembab." Ujar Yusuf dengan suara dingin yang mengalahkan dinginnya angin malam.

"Dan jangan tidur di bawah, kalau kamu sakit lagi-lagi saya yang dimarahi bunda sama ayah nanti."

Tidak mau membuat Yusuf semakin marah, Yesya pun menurut dan tidur diatas kasur milik Yusuf.

Waktu telah menunjukkan pukul dua belas. Yusuf pun mulai membaringkan tubuhnya di atas karpet yang sama seperti malam kemarin.

Tidak berapa lama Yusuf tertidur. Yesya sebenarnya dari tadi belum memejamkan matanya. Setelah Yusuf sudah di pastikan benar-benar tertidur Yesya mulai turun dari kasur.

Perempuan itu meraih sebuah selimut dan juga bantal. Yesya menyelimuti tubuh Yusuf dan memberikan Yusuf bantal agar kepala suaminya itu tidak sakit.

Setelah selesai Yesya pelan-pelan keluar dari kamar. Saat kondisi dirasa aman Yesya pergi keluar dari ndalem.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang