⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________Yusuf mencari kunci mobilnya dan berniat untuk pergi dari ndalem sebentar. Hatinya benar-benar tidak memperdulikan Yesya yang sedang menangis. Yesya melihat Yusuf yang sedang mengeluarkan mobil miliknya dari garasi.
"Gus mau kemana?" Tanya Yesya yang masih bisa tersenyum kearah Yusuf. Yusuf menatap sinis kearah istrinya.
"Bukan urusan kamu." Yusuf memasuki mobilnya lalu pergi keluar dari pesantren.
Yesya terdiam, air mata yang tadi sempat mengering kini kembali membasahi pipi indahnya. Perempuan itu pergi menuju kamar, di sana dia menangis hebat karena sikap Yusuf yang tak kunjung berubah.
Rasanya saat ini Yesya ingin sekali menghubungi Husein. Namun dia takut karena Husein masih sibuk dengan urusan meeting bersama klien nya di Cirebon.
Begitu juga Aruna. Perempuan itu sekarang sedang mengurus perusahaan ayahnya diluar negeri sehingga tidak memungkinkan untuk menghubungi nya.
Terdengar alunan azan Dzuhur telah berkumandang merdu dari mesjid pesantren. Yesya segera mengambil air wudhu dan menunaikan shalat Dzuhur.
Didalam shalatnya Yesya tidak berhenti menangis. Selesai shalat dia mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Allah."Ya Allah lindungilah selalu Gus Yusuf dimana pun dia berada. Bukakanlah hati pintu Gus Yusuf agar bisa menerima Sya ya Allah."
°°°°
"Maafkan saya Diba. Saya sudah menikahi perempuan selain kamu. Saya benar-benar menyesal." Yusuf menangis di hadapan makam Adiba. Setelah shalat Dzuhur di salah satu masjid, laki-laki itu pergi ke tempat dimana Adiba di makamkan.
Selama Yusuf menikah dengan Yesya, laki-laki itu selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam Adiba. Masih belum ada kata ikhlas dari hati Yusuf. Padahal ada seorang perempuan yang rela berkorban dan berusaha mencintai nya dengan sepenuh hati.
Valdy baru saja selesai membersihkan makam ibundanya. Dari kejauhan dia melihat Yusuf yang sedang menangis di depan sebuah makam.
"Yusuf?" Gumam Valdy.
"Bunda, ipal pamit dulu ya. Bunda yang bahagia ya di sana. Assalamualaikum." Valdy meninggalkan makam ibundanya lalu pergi mendekat kearah Yusuf.
Dari jarak yang hampir dekat Valdy bisa melihat dengan jelas bahwa orang itu benar-benar Yusuf.
"Suf?" Tanya laki-laki itu sambil menyentuh pundak Yusuf. Yusuf pun melihat kearah Valdy yang sudah berada di dekatnya.
"Kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Yusuf dengan suara yang masih bergetar.
"Gua habis dari makam bunda."
"Saya mau ikut ke rumah kamu boleh?" Kedua alis Valdy tampak saling bertautan.
"Untuk?" Yusuf tidak menjawab pertanyaan Valdy dan malah balik bertanya.
"Boleh nggak?"
"Iya udah ayuk." Valdy tidak ingin banyak bertanya. Dia mengantisipasi supaya emosi Yusuf tidak meledak.
Mereka berdua pun langsung berangkat menuju ke rumah Valdy yang tidak terlalu jauh dari tempat pemakaman umum tadi.
Sesampainya di rumah, Valdy memberikan segelas air kepada Yusuf yang terlihat belum bisa mengendalikan dirinya. Yusuf pun menerima segelas air tersebut lalu meminumnya. Setelah di rasa sudah bisa diajak bicara, Valdy mulai bertanya kepada Yusuf.
"Suf. Ayolah, kendalikan diri lu. Kasian istri lu suf." Emosi Yusuf kembali memuncak mendengar perkataan Valdy.
"Kalau kamu suka dengan Yesya silahkan nikahi dia sekarang juga. Jangan suruh saya untuk mencintai nya. Saya hanya mencintai Adiba val." Rahangnya mengeras karena menahan emosi.
Melihat Yusuf yang semakin tidak terkontrol pun membuat Valdy melayangkan sebuah tamparan keras di pipi Yusuf.
"Sadar suf. Sejak kapan lu berubah drastis seperti ini. Ingat suf Yesya sudah berkorban demi lu. Ayah Lu sendiri yang ngomong ke gua kalau Yesya itu menerima perjodohan itu karena ingin menolong Lu." Yusuf menahan rasa sakit akibat tamparan Valdy.
"Saya nggak peduli." Sela Yusuf.
Valdy pun memutuskan untuk diam dan tidak menjawab apapun. Laki-laki itu sudah lelah berkali-kali mengingat kan kepada Yusuf tentang istri nya namun tidak pernah sedikitpun di cerna oleh Yusuf.
Waktu Maghrib telah masuk. Yesya semakin khawatir karena Yusuf belum juga pulang ke ndalem. Yesya mencoba menghubungi Yusuf.
"Ya Allah gus Yusuf dimana" wajah Yesya terlihat sangat mencemaskan keadaan Yusuf.
Beberapa kali ponsel Yusuf berdering namun laki-laki itu mendiamkan nya saja.
"ANGKAT TELPON LU SUF!!!" Valdy sudah kesal mendengar suara handphone Yusuf yang berdering sejak tadi.
"Nggak." Yusuf men-silent kan handphone nya lalu pergi menuju ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Handphone Yusuf masih saja berdering tanpa suara. Valdy mengambil handphone Yusuf lalu melihat di situ tertera nomor Yesya. Valdy pun menyimpan nomor tersebut di handphone nya lalu menghubungi Yesya.
0823xxxxx
______________________Assalamualaikum sya. Ini saya Valdy sekretaris nya Yusuf. Kamu jangan khawatir ya, Yusuf sedang berada di rumah saya.
Wa Alaikum salam. Tapi Gus Yusuf nggak apa-apa kan kak?
Yusuf nggak apa-apa kok.
Baiklah kalau begitu terimakasih atas informasinya kak. Assalamualaikum.
Sama-sama. Wa Alaikum salam.
Yesya menarik nafas lega karena sudah mengetahui bagaimana kondisi Yusuf. Dan syukur nya laki-laki itu baik-baik saja. Yesya pun pergi ke masjid pesantren untuk shalat Maghrib berjamaah sekaligus menerima laporan dari para asatidz dan asatidzah.
°°°°°°
Sudah pukul sepuluh malam. Yusuf belum juga kembali ke ndalem. Yesya semakin khawatir meskipun tadi Valdy sempat memberi tahukan keadaan Yusuf.
"Ya Allah dimana Gus Yusuf?" Batin Yesya semakin cemas.
Sedangkan di rumah Valdy, laki-laki itu sedang mengomeli Yusuf dan menyuruh atasan sekaligus sahabatnya itu untuk segera pulang.
"Pulang nggak, kasian istri lu." Yusuf terlihat semakin kesal.
"Nggak." Jawab Yusuf singkat.
Valdy menghela nafasnya melihat Yusuf yang terlalu keras kepala. Akhirnya Valdy mencoba jurus terakhir yang sudah pasti bisa membuat Yusuf menjadi penurut.
"Lu pulang atau gua bakal bilangin sama Ayah bunda sekarang." Ancam Valdy yang sudah menjadi jurus terakhir baginya. Yusuf segera mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan rumah Valdy pada waktu itu juga.
Valdy tertawa melihat Yusuf yang benar-benar takut dengan ancaman itu. Tidak lupa Valdy memberikan sedikit ledekan penutup untuk sahabatnya itu.
"Dadaa ucup. Langsung pulang ye suf."
Yusuf tidak menjawab apapun bahkan mengucapkan salam pun tidak. Setelah beberapa menit perjalanan Yusuf memberhentikan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)
Romanceبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Bagaimana perasaan kalian ketika di jodohkan dengan seseorang yang sama sekali tidak kalian cintai? Tentu sulit bukan? Itulah yang dialami oleh Yesya dan Yusuf. Hanya Yesya yang mau berusaha mencintai Yusuf unt...