Nasehat Alif

299 8 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Selesai mengajar ngaji, Yusuf tidak langsung pulang ke ndalem. Laki-laki itu merasa pikiran nya sangat suntuk karena bayangan Adiba masih terus terekam jelas di benak nya.

Di tambah lagi dengan masalah perjodohan yang membuat kepalanya semakin terasa pusing. Akhirnya Yusuf memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju saung bambu yang ada di belakang pesantren.

Setelah beberapa menit Yusuf telah berada di saung. Dia mulai mendudukkan dirinya di saung itu dan kemudian meraih sebuah kotak berwarna merah dari sakunya.

Kotak itu berisi cincin milik Adiba yang menjadi bukti pertunangan anatara dirinya dengan perempuan pujaan hatinya itu. Inisial nama mereka berdua juga terukir indah di cincin tersebut.

"Ya Allah kenapa engkau sampai hati mengambil nya. Saya tidak bisa hidup tanpanya ya Allah. Dan mengapa engkau mentakdirkan saya untuk di jodohkan dengan perempuan yang sama sekali tidak saya cintai."

Yusuf masih saja menyalahkan takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Ternyata tanpa Yusuf sadari semua perkataan nya di dengar oleh seorang anak kecil yang berusia sekitar lima tahun.

"Gus kenapa nangis?" Tanya anak itu sembari berusaha naik ke atas saung itu. Yusuf tercekat melihat Alif yang ternyata mendengar semua perkataan nya.

Yusuf menghapus air matanya. "Nggak kok, Gus nggak nangis." Jawab Yusuf menutupi semua nya.

Tangan kecil Alif mulai menghapus sisa air mata Yusuf.

"Gus nggak boleh bohong, nanti Allah marah Lo. Alif tadi juga dengar kalau Gus nyalahin takdir. Kata kiai kita harus menerima takdir dari Allah meskipun kita nggak suka. Alif dulu nggak suka tinggal di sini. Tapi Alif lama-lama jadi betah di sini karena banyak teman-teman, dan ada Gus juga."

Yusuf semakin tercekat mendengar ucapan Alif yang terdengar sangat dewasa. Yusuf menjadi malu dengan Alif. Dan seketika dia tersadar bahwa dia telah menyalahkan takdir yang telah di tentukan oleh Allah kepada Adiba.

Laki-laki itu mulai memeluk tubuh kecil Alif.

"Syukron" lirih Yusuf.

"Afwan Gus" tangan kecil Alif mengelus punggung Yusuf seakan mengerti dengan perasaan Yusuf.

Setelah itu Alif di gendong Yusuf untuk kembali ke asrama. Alif bisa ada di saung karena anak itu sedang merasa bosan dan memutuskan untuk pergi ke saung tersebut.

Sebelum kembali ke asrama Yusuf singgah sebentar di minimarket pesantren untuk membelikan Alif jajanan.

"Alif, kamu mau jajan apa nak?" Tanya Yusuf yang masih menggendong Alif.

"Uang Alif tinggal di kamar Gus" jawaban Alif membuat Yusuf terkekeh kecil.

"Gus Yusuf yang traktir sayang" Yusuf menoel pipi kecil Alif.

Ekspresi Alif menjadi sangat senang mendengar Yusuf akan mentraktir dirinya. Alif mengambil sebuah es krim, lalu menunjukkan nya kearah Yusuf.

"Gus, Alif mau ini" Yusuf mengangguk tanda setuju.

°°°°°

"Ayah, bunda, Yusuf dimana, Zahra udah nggak sabar pengen jailin anak manja itu." Ujar Zahra yang sedari tadi menunggu Yusuf pulang ke ndalem.

Zahra adalah kakak dari Yusuf. Zahra adalah seorang Dokter di salah satu rumah sakit yang ada di Jawa Timur. Dan hari ini Zahra pulang ke pesantren karena dia telah di pindahkan kerja ke tempat yang lebih dekat dengan pesantren, begitu juga dengan suaminya yang juga kebetulan pindah kerja.

"Sepertinya adik kamu itu masih ngajar nak. Atau mungkin dia sedang bermain dengan anak-anak santri." Ujar Zainab kepada Zahra.

Namun beberapa saat setelah itu terdengar ucapan salam dari seorang laki-laki dari luar ndalem. Cepat-cepat Zahra bersembunyi.

"Assalamualaikum Yusuf, udah balik kamu?" Tanya Farhan yang sedang menggendong Farid di teras ndalem.

"Wa Alaikum salam bang, iya barusan habis ngajar santri." Yusuf menjabat tangan Farhan dan setelah itu dia masuk.

"Assalamualaikum."

"Wa Alaikum salam. Dari mana saja kamu nak?" Tanya Zainab.

"Yusuf habis main sama Alif nda. Kalau gitu Yusuf pamit dulu ke kamar ya." Zainab sebenarnya sudah tau kalau Yusuf habis menangis. Terlihat dari kedua netra nya yang sudah sembab.

Baru saja Yusuf ingin menaiki anak tangga terasa ada seseorang yang memeluknya dari belakang dengan sangat erat.

"Ucuppppp. Apa kabar kamu dek. Mbak kangen banget sama kamuuuuuu" reflek Yusuf melepaskan pelukan Zahra.

"Apa sih mbak." Zahra terheran melihat respon Yusuf. Yusuf memang tidak terlalu suka apabila Zahra menjahili nya. Tetapi Yusuf tidak pernah merespon kakak nya itu seperti ini.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Yusuf langsung bergegas menuju kamarnya, dan tidak menyambut Zahra sedikit pun.

"Masih belum ya nda?" Tanya Zahra yang ternyata mengetahui bahwa Yusuf belum bisa melupakan Adiba.

"Iya nak. Makanya bunda sama ayah merencanakan hal itu. Kamu jangan masukin hati perlakuan Yusuf tadi ya, Zahra, Farhan." Ujar Zainab tidak enak hati kepada putri dan menantunya.

"Iya Bun nggak apa-apa" jawab Farhan begitu juga dengan Zahra.

Di kamar Yusuf hanya duduk diam dengan tatapan kosong. Pikiran nya masih tidak terlepas dari Adiba.

Flashback on.

"Wahai Adiba Azka Amani. Maukah kamu menjadi makmum dan teman hidup saya dunia dan akhirat?"

Adiba yang sebenarnya juga sudah lama mencintai Yusuf. Namun selama ini dia hanya diam. Dan hari ini dia akan menjawab pertanyaan Yusuf sesuai dengan apa yang dia harapkan selama ini.

"Insyaallah Gus. Saya bersedia untuk menjadi makmum dan hidup dunia akhirat bersama Gus."

Mendengar jawaban Adiba membuat Yusuf merasa sangat senang karena sudah lama dia mengharapkan perempuan itu.

Namun beberapa Minggu sebelum akad dilaksanakan Adiba jatuh sakit dan mengharuskan dia untuk dirawat.

Namun takdir berkata lain semakin hari kondisi perempuan itu kian memburuk dan akhirnya Allah memanggil nya untuk pulang.

°°°°°

Yusuf merasa muak dengan pikirannya sendiri. Yusuf memejamkan matanya, kedua tangan nya mengepal kuat, rahangnya mengeras rasanya laki-laki itu merasa beban di dadanya semakin berat.

Air mata mulai menetes dari kedua netra indah nya. Sampai akhirnya Yusuf meninju meja yang ada disana untuk melampiaskan segala beban yang ada. Tidak terasa darah sudah mengalir dari tangan nya itu.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang