Perkara Dasi

408 11 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

"Assalamualaikum, kami pulang" Zainab Yesya, dan Zahra pun menjawab salam tersebut secara bersamaan.

Yusuf langsung melenggang kearah kamarnya untuk segera bersiap untuk berangkat ke kantor. Padahal baru semalam dia menikah dengan Yesya. Biasanya orang-orang akan menikmati indahnya masa pengantin baru.

Setelah selesai dengan setelan kerjanya Yusuf turun kebawah sambil membawa sehelai dasi.

"Ndaaaa tolong pasangin dasi Yusuf" Zainab, Azhar, dan Zahra menatap heran kearah Yusuf.

"Kamu mau kerja nak?" Tanya Azhar.

"Iya yah." Azhar menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Yusuf.

"Kamu nggak mau nikmatin masa pengantin baru kamu. Kan kemarin kamu baru saja menikah nak." Ujar Zainab.

Yesya sedari tadi hanya terdiam. Dia juga sudah tidak berharap banyak dengan Yusuf setelah mendapatkan perlakuan seperti tadi malam.

Yesya sibuk menata makanan yang telah matang diatas meja makan sambil mengambil beberapa peralatan untuk makan.

"Yusuf banyak kerjaan nda."

"Yasudah kalau begitu bunda nggak mau pasangin kamu dasi. Pasang aja sendiri." Ujar Zainab sambil beralih untuk menolong Yesya.

"Bunda ku sayang plisssssss" rayu Yusuf supaya bundanya mau memasangkan dasi kepadanya.

"Nggak."

Tidak ada seorang pun dari Azhar dan Zainab yang ingin menolong Yusuf. Akhirnya Yusuf mencoba untuk meminta tolong kepada kakak nya.

"Mbak tolongin aku dong" Zahra melihat kearah Yusuf.

"Males, mbak mau suapin Farid" jawab Zahra.

"bang bisa tolong aku nggak?" Tanya Yusuf pulsa kepada Farhan yang baru saja selesai bersiap untuk berangkat kerja.

"Abang juga nggak bisa pakein dasi suf, Abang kan kerja nggak make begituan." Jawab Farhan seraya terkekeh.

Akhirnya Yusuf duduk di meja makan sambil berusaha memasang dasinya.
Bukannya terpasang rapi, dasi itu malah terlilit kemana-mana. Yesya lagi-lagi berusaha menahan tawanya melihat Yusuf yang sedang kesusahan.

Setelah beberapa saat laki-laki itu menyerah. "Makan dulu" ujar Azhar kepada Yusuf.

Yusuf menurut dan memakan makanan yang telah di siapkan oleh Yesya. Setelah makan, Yusuf kembali mencoba merayu bunda dan ayahnya namun untuk kali ini tidak ada yang peduli.

°°°°°

Sedangkan Husein di rumahnya sarapan sendiri hanya dengan roti bakar yang dioleskan dengan selai coklat yang di buatkan oleh bi Hani. Husein merasakan rumah nya sangat sepi.

Hanya ada Ciko yang senantiasa duduk di pangkuan Husein. Kucing itu pun juga seperti sedang merindukan Yesya yang sedari tadi malam tidak terlihat.

"Maaf den, aden kangen sama nak Yesya ya?"

"Iya bi, rasanya rumah ini hampa kalau Yesya nggak ada." Lirih Husein.

"Jangan sedih ya den, mungkin nanti Yesya bakal kesini. Di habisin ya sarapannya bibi mau nyuci dulu."

"Iya bi makasih."

°°°°°

"Bunda, Ayah, mbak Zahra Sya izin ke kamar dulu ya. Sya mau ngumpulin pakaian kotor yang mau di cuci." Ucap Yesya yang mengingat bahwa kain kotor sudah lumayan banyak di dalam keranjang.

"Iya nak. Nanti nyucinya bareng ummi ya." Ujar Zainab seraya tersenyum kearah menantunya itu.

Yesya mengangguk seraya tersenyum lalu pergi menuju kamarnya. Yusuf diam-diam mengikuti Yesya dari belakang.

Saat Yesya sedang sibuk dengan pakaian kotor, Yusuf masih mempertimbangkan apakah dia harus meminta tolong kepada Yesya atau tidak. Sejujurnya dia sangat gengsi, apalagi tadi malam dia sudah memarahi perempuan itu.

Sebenarnya bisa saja dia tidak mengenakan dasi tersebut. Namun Yusuf adalah tipe orang yang semuanya harus terlihat perfect. Tanpa Yusuf sadari ternyata Yesya sudah mengetahui bahwa dirinya sedang berada di sana.

"Ngapain di situ. Ada yang perlu Sya bantu?" Yusuf terkejut mendengar suara Yesya.

"E-eee bi-bisa t-tolong saya?" Tanya Yusuf gugup dan tanpa melihat kearah Yesya.

"Sini, insyaallah Sya bisa bantu." Panggil Yesya dan Yusuf pun mulai mendekati Yesya dengan jantung yang berdebar.

Yusuf pun memberikan dasinya kepada Yesya, dan Yesya mulai mendekati Yusuf untuk memasangkan dasi itu. Sekarang posisi mereka sudah saling berhadapan dengan jarak yang hanya beberapa senti.

Yesya berjinjit untuk memakai kan dasi itu karena perbedaan tinggi diantaranya dengan Yusuf cukup jauh. Yusuf memiliki tinggi badan seratus delapan puluh, sedangkan Yesya hanya seratus lima puluh delapan.

Jantung Yusuf berdegup kencang ketika berhadapan dengan Yesya. Yesya pun bisa merasakan degupan kencang itu. Tidak sampai dua menit dasi tersebut pun terpasang rapi.

Untuk yang kedua kalinya Yusuf terpesona akan wajah indah milik istrinya. Cukup lama Yusuf menatap wajah Yesya tanpa berkedip.

Yesya terheran melihat Yusuf yang tiba-tiba diam dan tidak berkedip sedikitpun. Yesya mencoba melambaikan tangannya di depan muka Yusuf.

"Gus?"

"Astaghfirullah" ucapnya dan terlihat Yusuf menjadi salah tingkah sendiri.

"Eeee, saya pamit dulu." Yusuf langsung turun ke bawah untuk menyembunyikan wajah nya yang  memerah.

"Gus es batu itu kenapa sih, aneh banget. Mana nggak bilang makasih lagi." Batin Yesya kesal dengan perbuatan Yusuf.

Yusuf menghampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk di ruang tengah. Terlihat kedua orangtuanya sedang asyik mengobrol bersama.

"Ayah, bunda, bang, mbak, Yusuf berangkat dulu ya" Yusuf mengulurkan tangannya kearah Zainab dan Azhar.

"Siapa yang pakein?" Tanya Zainab yang melihat dasi Yusuf telah terpasang rapi.

"Yesya."

"Udah bilang terima kasih belum." Yusuf teringat bahwa dia belum mengucapkan terimakasih kepada Yesya.

"Eeee, be-lum" Zainab dan Azhar menggelengkan kepalanya.

"Nggak tau diri banget. Udah di tolongin juga" ujar Zahra yang ikut kesal dengan kelakuan Yusuf.

"Bilang makasih dulu sana. Baru bunda izinin kamu pergi."

Tiba-tiba Yesya turun dengan membawa sekeranjang pakaian kotor. Zainab pun memanggil Yesya agar Yusuf mengucapkan terimakasih kepada perempuan itu.

"Sya, sini dulu nak." Yesya melihat kearah suara tersebut.

"Iya nda" jawab perempuan itu.

"Bilang terimakasih sana" ujar Zainab dengan nada ketus kepada Yusuf.

"Sya, m-makasih ya udah pas-sangin dasi saya." Ucap Yusuf dengan pandangan yang tertunduk kebawah.

"Sama-sama Gus." Setelah itu Zainab bertanya kepada Yesya.

"Nak, nggak apa-apa Yusuf ke kantor? Soalnya dia nggak mau nurut." Yesya sudah tidak keberatan dengan kemauan Yusuf.

"Nggak apa-apa nda."

Setelah itu Yusuf menyalami kedua orangtuanya dan setelah itu Yesya. Ini kali kedua Yesya bersentuhan dengan Yusuf. Sebenarnya laki-laki itu tidak ingin berpamitan dengan Yesya, tapi sudah bisa di tebak bahwa konsekuensi nya akan diomeli oleh Ayah dan bundanya.

Setelah Yusuf berangkat, Zahra, dan Farhan berpamitan untuk segera pergi ke tempat kerja.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang