Tidak Punya Hati

413 10 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Yusuf membawakan makanan dan minuman tersebut ke kamar. Namun perasaan nya masih terasa sangat kesal dan bergemuruh. Padahal dia hanya di suruh oleh bunda untuk menghantarkan makanan.

Saat tiba di kamar, Yusuf melihat Yesya yang masih terbaring lemas.

"Bangun, ada makanan dari bunda" ketus Yusuf tanpa ada rasa bersalah.

Yesya terkejut saat mendengar suara Yusuf. Perempuan itu merasa sangat takut. Perlahan dia bangun dari tidurnya. Tanpa di sadari ternyata Yesya sudah menangis. Bukannya merasa kasihan Yusuf kembali membentak Yesya.

"JANGAN CENGENG. Saya sudah peringatkan kepada kamu jangan tidur di bawah. Tidak punya telinga kamu?"

"M-aaf Gus" lirih perempuan itu sambil menghapus air matanya.

"Dasar keras kepala. Kalau tidak terpaksa saya tidak akan menikahi kamu, saya jauh lebih baik menikah dengan Adiba."

"Plak..."

Sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipi kanan Yusuf.

"Kenapa kamu semakin kurang ajar Yusuf. Sejak kapan bunda mengajari mu untuk berkata kasar seperti itu."

Yusuf terdiam, dia tidak menyangka kalau Zainab akan mendengar perkataannya. Dan ini kali pertama Zainab menampar putranya sendiri.

"Sekarang turun dan temui Ayah kamu."

Zainab menyuruh Yusuf untuk menemui Azhar karena Zahra telah menceritakan semua permasalahan malam tadi. Zahra memberi tahu karena tidak tega melihat Yesya yang selalu di sakiti oleh Yusuf.

Yusuf hanya tertunduk diam lalu segera turun untuk menemui ayahnya yang sudah menunggu di lantai bawah.

"Duduk" ujar Azhar dengan suara yang dingin.

Yusuf pun menurut dan mulai duduk berhadapan dengan ayahnya. Zahra juga sudah ada di situ. Sedangkan di kamar Yesya memohon kepada Zainab agar tidak memarahi Yusuf.

"Bunda, sya mohon jangan marahin Gus Yusuf." Zainab menghapus air mata Yesya.

"Sayang, bunda sudah tau semuanya. Bunda hanya ingin Yusuf menghargai keberadaan kamu. Bunda juga nggak mungkin membiarkan Yusuf menjadi seperti ini nak." Zainab mencoba memberikan pengertian kepada Yesya.

"Udah sekarang makan dulu, habis itu minum obat." Zainab mulai menyuapi Yesya dengan sepenuh hati dan kemudian memberikan Yesya obat.

Tidak lama dari itu Yesya tertidur, dan Zainab menyusul ke bawah untuk menemui Yusuf.

"Kenapa kamu selalu berlaku kasar kepada Yesya?" Tanya Azhar.

"Yusuf nggak ada apa-apain dia yah." Yusuf mencoba untuk berbohong.

"Yusuf, sejak kapan Ayah mengajarkan kamu untuk menjadi pembohong." Nada bicara Azhar mulai meninggi.

Zainab pun duduk disamping Azhar dan mengusap punggung Azhar untuk memberi kode agar tidak larut dalam emosi nya.

Mendengar bentakan dari Azhar membuat hati Yusuf terasa sakit. Sebelumnya dia tidak pernah mendapatkan perlakuan ini dari Azhar dan Zainab.

Karena sudah tidak tahan, Yusuf akhirnya mengeluarkan segala emosi yang telah di pendamnya sejak beberapa hari terakhir.

"Kenapa sih nggak ada yang mau ngertiin Yusuf. Dari dulu selalu Yesya Yesya Yesya. Sebenarnya anak kalian siapa sih? Yusuf juga nggak suka sama Yesya, sampai kapanpun Yusuf hanya cinta dengan Adiba."

Ternyata alasan Yusuf selama ini selalu sinis dan tidak suka kepada Yesya karena terkadang dia merasa Azhar dan Zainab perhatian kepada Yesya. Padahal dahulu rasa sayang Azhar dan Zainab kepada nya dirinya sedikit lebih besar daripada ke Yesya dan Husein.

"Istighfar kamu Yusuf. Rasa sayang kami sama kamu dan Yesya tidak pernah dibedakan. Sekarang Adiba juga sudah kembali kepada sang pencipta nak. Sekarang Yesya sudah berjuang mencintai kamu ingat itu Yusuf." Azhar berusaha mengontrol emosi.

"Kenapa kalian selalu membela perempuan itu. Kenapa perempuan itu bisa menggantikan posisi Yusuf sebagai anak kalian."

"Bunda, dan Ayah tetap menyayangi kamu nak. Tapi kamu sendiri yang berubah." Zainab mencoba memberi pengertian kepada Yusuf.

"Nggak, Yusuf sudah nggak peduli. Kalian urus saja perempuan itu." Laki-laki itu segera meninggalkan ruang keluarga itu lalu mengambil kunci mobilnya dan pergi tanpa pamit kepada siapapun.

Yusuf melajukan mobilnya menuju makam Adiba. Sesampainya di sana Yusuf langsung memeluk erat nisan Adiba. Yusuf menangis sejadi-jadinya. Tangisan yang sama saat Yusuf pertama kali ditinggalkan oleh perempuan itu.

"Saya hanya mencintai kamu Diba." Lirih Yusuf. Air matanya sudah membasahi nisan milik Adiba.

Azan Dzuhur berkumandang, Yusuf segera mencari masjid untuk melaksanakan shalat. Selesai shalat dia menuju ke suatu taman.

Tepat pukul dua siang Yusuf kembali ke ndalem. Ternyata bunda dan Ayah nya sedang ada rapat dengan para pengurus pesantren. Begitu juga dengan Zahra yang pergi bekerja.

"Gus udah pulang?" Tanya Yesya sedikit berbasa-basi.

Yusuf tidak menjawab apapun. Dan kemudian pergi ke dapur untuk segera makan. Yesya hanya menarik nafasnya dalam-dalam.

Dari sore hingga malam Yusuf menghabiskan waktunya bersama para santri. Saat jam makan malam saja laki-laki itu memilih untuk makan di dapur santri dari pada di ndalem.

Azhar dan Zainab tau kalau amarah Yusuf belum redam sehingga dia memilih untuk berada di sana. Malam ini mereka makan hanya bertiga yaitu Azhar, Zainab dan Yesya. Zahra dan keluarga kecilnya sedang ada di ndalem lain.

"Kamu sudah sembuh sayang?" Tanya Zainab kepada Yesya.

"Alhamdulillah sudah nda." Jawab Yesya sembari tersenyum.

"Nak, maafkan kelakuan Yusuf ya, ayah merasa bersalah sudah menjodohkan Yusuf dengan kamu." Yesya menggelengkan kepalanya.

"Jangan merasa seperti itu yah, mungkin belum waktunya Gus Yusuf menerima Sya. Ayah sama bunda bantu Sya berdoa ya, supaya Gus Yusuf bisa menerima Sya." Zainab memeluk tubuh Yesya dengan air mata yang sudah mulai membasahi pipi.

"Bunda sama ayah akan selalu mendoakan kebaikan untuk kalian berdua. Terimakasih sudah berjuang nak." Azhar juga turut mengusap punggung Zainab.

Tepat pukul sebelas malam Yusuf kembali ke ndalem. Saat ia masuk ke kamarnya, dia melihat Yesya tertidur dalam posisi duduk dan bertumpu pada meja belajar.

"Arrrkkhh, kenapa sih keras kepala sekali, sudah disuruh tidur di kasur juga." Geram Yusuf kesal.

Lagi-lagi Yusuf mengangkat tubuh kecil Yesya menuju kasur lalu menyelimuti nya. Saat melihat kearah wajah perempuan itu, lagi-lagi hati Yusuf bergemuruh dengan perasaan bersalah.

Untuk mencoba menghilangkan kegelisahan itu, Yusuf pergi ke kamar mandi lalu mencuci mukanya. Yusuf juga merasa kepalanya sakit saat menghadapi permasalahan hari ini.

Setelah mencuci mukanya, Yusuf pergi ke meja belajarnya. Disana Yusuf masih terbayang wajah Yesya saat di marahi tadi. Yusuf kesal kepada dirinya sendiri yang begitu terasa aneh.

Perlahan ngantuk menyerang laki-laki itu dan akhirnya Yusuf tertidur di meja tersebut.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang