Semakin Parah

476 9 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Yesya panik melihat Yusuf yang batuk hebat. Yesya turun ke bawah untuk mengambil air hangat. Setelah Yesya kembali ke kamar dia melihat Yusuf yang masih batuk dan sudah mengeluarkan banyak keringat. Terlihat wajah laki-laki itu mulai pucat.

Yesya membantu Yusuf untuk minum. Setelah itu dia mencari alat uap agar Yusuf tidak sesak lagi.

Namun saat mengisi alat tersebut dengan obat, tiba-tiba saja Yusuf muntah. Yesya bergegas mengambil tisu dan membersihkan bekas muntahan Yusuf mulai dari mulut laki-laki itu dan juga baju nya tanpa ada rasa jiji.

"M-aaf, saya ngerepotin" Lirih Yusuf yang merasa kasian melihat Yesya yang kewalahan.

"Nggak apa-apa, Gus kan sakit." Ujar Yesya dengan suara lembut.

Setelah selesai membersihkan muntahan Yusuf, Yesya mencari baju kaos untuk mengganti baju Yusuf yang telah kotor. Mau tidak mau Yesya harus membantu Yusuf untuk mengganti pakaiannya meskipun rasanya sangat malu untuk melihat tubuh Yusuf.

Selesai dari mengganti pakaian Yusuf, Yesya mulai memasang alat uap pada suaminya itu. Namun ketika obat uap tersebut telah habis, batuk dan sesak nafas Yusuf belum juga berhenti. Yesya memutuskan untuk membawa Yusuf kerumah sakit saat itu juga.

Dengan sekuat tenaga Yesya memapah Yusuf menuruni tangga. Setelah itu Yesya memanggil pak Hasyim untuk menghantarkan mereka ke rumah sakit.

"Assalamualaikum pak, tolong anterin Gus Yusuf kerumah sakit pak" pak Hasyim terkejut melihat Yesya yang berlari dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Wa Alaikum salam baik Ning." Pak Hasyim pun datang dan membantu membawa Yusuf kedalam mobil. Saat di perjalanan Yesya membaringkan kepala Yusuf di pangkuan nya.

Nafas laki-laki itu masih terasa berat. Dan batuk nya belum juga reda. Yusuf merasakan dadanya semakin sakit. Sesekali Yesya membelai rambut Yusuf.

"Gus sabar ya, sebentar lagi kita sampai" Yusuf mengangguk kecil.

Sekitar sepuluh menit mereka telah sampai di rumah sakit. Yusuf segera di larikan menuju IGD dan Yesya di suruh untuk tetap menunggu di luar.

Yesya menangis karena khawatir akan kondisi Yusuf. Sedangkan di dalam sana Yusuf sedang di berikan pemeriksaan serta penanganan. Sekitar dua puluh menit seorang dokter datang.

"Dengan keluarga pasien atas nama Yusuf?" Yesya segera berdiri.

"Iya dok."

"Mari ikut saya mbak." Yesya menurut.

Disebuah ruangan dokter tersebut menjelaskan tentang kondisi Yusuf kepada Yesya.

"Jadi begini mbak. Penyakit paru obstruksi kronik yang di derita oleh suami mbak semakin parah, kondisi paru nya sudah banyak mengalami kerusakan.Dan sekarang suami mbak perlu segera mendapatkan transplantasi paru, karena kalau tidak semuanya akan memburuk dan mengancam nyawa suami mbak."

Yusuf adalah salah satu penderita penyakit berbahaya itu karena faktor genetik yang di turunkan oleh kakeknya. Penyakit ini sudah lama tidak kambuh dengan hebat, namun kemarin Yusuf meminum minuman beralkohol yang menyebabkan penyakit itu kembali kambuh.

Yesya terkejut mendengar pernyataan dokter tersebut. Dia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Yesya pun menanyakan tentang pendonor paru. Namun dokter tersebut berkata bahwa untuk sekarang pendonor paru-paru sedang tidak tersedia.

"Apakah saya bisa dok?" Yesya memutuskan untuk menawarkan diri untuk mendonorkan organ nya demi Yusuf.

"Kalau mbak betul-betul bersedia. Mbak harus melakukan beberapa prosedur pengecekan terhadap kecocokan paru-paru mas Yusuf dengan mbak sendiri."

Yesya meminta waktu sebentar kepada dokter untuk mengabarkan hal ini kepada kedua orang tua Yusuf dan juga Husein.

Semua orang terkejut mendengar penuturan Yesya yang menjelaskan tentang kondisi Yusuf. Pagi itu juga Azhar, Zainab, Husein, Zahra dan Farhan kembali ke Bogor untuk membicarakan hal ini.

Yesya memasuki ruang inap dan terlihat di Yusuf sedang terbaring lemah. Hati Yesya semakin sakit melihat Yusuf yang terbaring lemah dengan alat bantuan pernafasan.

"Gus" lirih Yesya yang sudah berlinangan air mata.

Ternyata laki-laki itu terbangun. "Ka-kamu jangan nangis ya" tangan Yusuf menghapus air mata Yesya dengan lembut.

Yesya pun memegang tangan besar Yusuf lalu di cium nya. "Gus cepat sembuh ya. Jangan sakit begini."

Yusuf berusaha untuk duduk Yesya pun membantunya. Yusuf memeluk Yesya dengan erat. "Maafkan saya. Terimakasih sudah menyayangi saya dengan tulus."

"Jangan ngomong gitu Gus. Sya ikhlas mencintai Gus karena Allah. Sya juga tau bahwa posisi Gus sangat berat."

"Boleh saya cium kamu?" Yesya pun menyetujuinya.

Yusuf mencium tangan Yesya lalu mengecup kening istrinya itu. Yusuf meminta agar Yesya selalu menemaninya.

Tepat pada pukul satu siang Azhar, Zainab, Zahra, Farhan dan Husein sudah berada di rumah sakit. Sedangkan Yusuf sudah tertidur karena efek obat.

"Kamu yakin nak akan mencoba untuk mendonorkan organ mu untuk Yusuf?" Tanya Azhar.

"Insyaallah kalau memang cocok sya siap yah. Boleh kan mas?" Tanya Yesya kepada Husein yang sedari tadi hanya diam.

Husein sebenarnya terharu dan senang melihat ketulusan Yesya kepada Yusuf. Namun di satu sisi dia belum rela adiknya melakukan hal itu. Yesya berjalan kearah Husein lalu memeluk laki-laki itu.

"Boleh ya mas. Ini demi Gus Yusuf." Husein luluh dengan perkataan Yesya.

"Baiklah dek. Semoga Allah memudahkan nya." Yesya mengucapkan kalimat hamdalah dan siang itu juga dia melakukan pengecekkan terhadap kecocokan paru nya dengan Yusuf.

Sebenarnya dulu Azhar dan Zainab sempat ingin melakukan hal ini. Namun tidak ada satupun organ mereka yang cocok dengan Yusuf. Zahra juga pernah ingin mendonorkan organ nya kepada Yusuf namun ternyata Zahra juga mempunyai asma.

Ternyata dokter yang menangani Yusuf adalah temannya, Zahra pun menanyakan penyebab Yusuf bisa seperti ini. Dokter itupun menjawab bahwa sepertinya Yusuf mengonsumsi alkohol,  Zahra tidak terima dengan pernyataan itu dan akhirnya mencoba menanyakan langsung kepada Yesya.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang