Hari Pernikahan

403 9 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

H-1 akad pernikahan telah tiba. Semua perlengkapan serta pakaian sudah di selesaikan oleh Zainab dan Azhar dari beberapa hari yang lalu.

Akad nikah ini dilaksanakan secara sederhana. Tamu undangan pun hanya keluarga, beberapa orang penting, dan para santri pondok Al-falah. Namun sampai sekarang belum ada komunikasi diantara Yesya dan Yusuf. Bahkan Yusuf masih bersikap dingin kepada perempuan itu.

"Masss, Yesya masih jadi adik mas kan besok?" Tanya Yesya yang sedang berbaring di pangkuan Husein.

"Iya dong adik mas yang paling cantik. Sampai kapan pun kamu tetap adik mas. Besok kalau sudah nikah jangan lupain mas ya?" Ujar Husein seraya mengelus puncak kepala adiknya.

Yesya mengangguk. Setelah itu dia bangun dan memeluk Husein dengan dengan sebuah ketulusan. Dan Husein pun membalas pelukan tersebut.

Pagi itu Husein dan Yesya pergi menuju ke makam kedua orang tua mereka. Di sana mereka merapikan makam Hasan dan Azizah. Tidak lupa mereka mengirimkan sebuah bacaan surah Yasin.

Setelah selesai mereka menengadah kedua tangan dan mulai berdoa. Tidak terasa air mata sudah membasahi pipi kakak dan adik itu. Setelah berdoa Husein mendekati makam tersebut sambil membersihkan nisan nya.

"Papa, mama, besok Yesya akan menikah. Husein mohon doain Yesya dari sana ya. Doain juga semoga cinta Yusuf akan tumbuh kepada putri kalian ini." Husein menyeka air matanya.

Sedangkan Yesya sudah menangis di pelukan Husein. Setelah itu mereka kembali pulang ke rumah. Hari ini Yesya sangat manja dengan Husein. Dia masih tidak menyangka bahwa besok dia akan menjadi istri dari kakak angkat nya sendiri.

°°°°°

Zahra baru saja selesai membantu bundanya untuk membersihkan rumah. Saat ingin ke kamar untuk melihat Farid yang sedang tidur, Zahra salah fokus ketika melihat adiknya yang sedang membersihkan beberapa mainan.

Yesya pun mendekat kearah Yusuf dengan jiwa jahil yang sudah menggebu-gebu.

"Ih udah mau nikah juga, masih aja sibuk sama robot-robotan" Yusuf hanya diam tidak menanggapi.

"Ucupp, kenapa cemberut aja kamu" ujar Zahra sambil mencubit pipi Yusuf.

Lagi-lagi Yusuf tidak merespon apapun. Laki-laki itu masih tetap diam sambil membersihkan sebuah robot yang ada di tangannya.

"Cup, jawab dong mbak kangen sama kamu." Tangan Zahra masih tetap sibuk menjahili pipi Yusuf.

Zahra meraih paksa mainan itu dari tangan Yusuf yang mengakibatkan kepala mainan itu terlepas dari tubuhnya.

"Yahhh, mbakkk" keluh Yusuf dengan wajah dan intonasi nada yang terdengar sangat kesal.

"Rasain copot kan" ledek Zahra kembali.

"Bundaaaaa, mainan Yusuf dirusakin mbak Zahra." Zahra bukannya takut dia malah semakin tertawa mendengar teriakkan Yusuf. Zainab dan Azhar menghampiri kedua anak mereka.

"ada apa sih nak?" Tanya Zainab.

"Mbak Zahra ndaa" ucap Yusuf sambil menunjukkan mainannya yang.

"Dasar anak bunda. Di depan Yesya aja sok dingin kamu." Bukannya membela Azhar dan Zainab ikut mentertawakan Yusuf. Yusuf menjadi semakin kesal.
kemudian dia beranjak dari sofa tersebut.

"Ulululu. Jangan ngambek dong tayanggg nda."Zainab menarik lengan Yusuf dan langsung memeluk serta mengusap punggung Yusuf.

"Tapi yang dibilang mbak Zahra ada benarnya juga sih" ujar Zainab kembali.

"Ndaaa" kesal Yusuf.

"Bercanda nak." Azhar menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putranya yang sangat manja itu.

"Mana mainnya sini Ayah perbaiki" Yusuf pun memberikan mainan itu kepada ayahnya.

"Ya Allah nak, kamu udah dua puluh tiga tahun masih aja main beginian." Azhar memberikan mainan tersebut kembali kepada Yusuf.

"Syukron bah"

"Afwan anak manja"

°°°°°°

Tidak terasa malam hari telah menyapa. Husein dan Yesya segera masuk kamar kemudian tidur menyiapkan energi untuk besok.

Waktu sepertiga malam sudah masuk. Husein dan Yesya melaksanakan shalat tahajjud berjamaah. Setelah itu mereka hanyut dalam doa masing-masing.

"ya Allah lapangkanlah hati hamba untuk melihat adik hamba satu-satunya yang sebentar lagi akan menjadi istri Yusuf ya Allah. Hamba mohon lancarkan lah akad pernikahan Yesya dan Yusuf. Berikanlah juga keberkahan di dalamnya ya Allah."

Husein menangis di dalam doanya. Tidak lupa dia juga mendoakan kedua orangtuanya yang sudah tiada.

"Ya Allah, lancarkan lah pernikahan hamba dengan Gus Yusuf meskipun pernikahan ini tidak di dasari oleh cinta. Lancar juga niat baik hamba yang ingin membantu Gus Yusuf untuk bangkit dari keterpurukannya."

Setelah berdoa Husein dan Yesya mengaji bersama. Dan setelah subuh mereka berangkat ke pesantren. Sesampainya di pesantren, Yesya mulai di make up tipis-tipis. Dan mulai mengenakan sebuah gaun sederhana namun terkesan mewah berwarna putih.

Yesya ditemani oleh Zahra, dan Aruna.

Begitu juga dengan Yusuf. Laki-laki sedang bersiap. Setelah semua selesai tepatnya pada pukul delapan pagi, akad pun segera di mulai.

Husein sudah duduk berhadapan dengan Yusuf, dan ada Azhar dan kakeknya Yusuf diantara mereka. Setelah membaca doa yang di pimpin oleh kakeknya Yusuf, akad pun segera di mulai. Husein mulai menjabat tangan Yusuf.

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Yesya Hanin Azalea binti Hasan Umais allati wakkalani waliyuha bi mahri wamajmueat min 'adawat alsalati, wmshfaan, waeishrin milyun rubiatan nqdaan hallan" ucap Husein dengan nada bergetar.

"Qabiltu nikâḫahâ wa tazwîjahâ bil mahril madzkûr hallan."

Kalimat hamdalah menggema di pesantren tersebut. Sedangkan Yesya menangis di pelukan Zainab.

Perlahan Yesya di tuntun menuju ke hadapan Yusuf oleh Zainab, Zahra dan Aruna. Setibanya Yesya di hadapan Yusuf, laki-laki itu terpukau dengan kecantikan Yesya yang terlihat sangat natural.

Namun cepat-cepat Yusuf memalingkan wajahnya. "Silahkan nak" ucap Azhar kepada Yusuf dan Yesya.

Tidak ada satupun diantara mereka berdua yang berani untuk memulai berjabatan tangan. Sampai akhirnya Azhar kembali menegur mereka.

"Ayo"

"Tapi Yusuf nggak bisa yah"

"Dia sudah menjadi istri mu nak"

Yusuf tidak pernah bersentuhan langsung dengan wanita manapun selain ibu, dan kakaknya. Begitu juga dengan Yesya, hanya Hasan dan Husein laki-laki yang pernah di sentuh oleh perempuan itu.

Sampai pada akhirnya Yusuf menjulurkan tangan kanannya kearah Yesya. Dengan suruhan Zainab akhirnya Yesya menerima jabatan tangan dari Yusuf lalu menciumnya.

Darah mereka berdua sama-sama berdesir ketika tangan yang selama ini mereka jaga sudah bersentuhan dengan lawan jenis yang tidak ada hubungan darah.

Setelah itu Yusuf mulai meletakkan tangan kanannya diatas puncak kepala Yesya dan mulai melafalkan doa. Sedangkan Yesya hanya diam mematung, dengan pandangan tertunduk.

Setelah itu Yusuf mendaratkan sebuah ciuman tepat di kening Yesya hingga membuat pipi Yesya menjadi merah layaknya buah tomat. Namun saat pemasangan cincin, ternyata Yusuf masih memakai cincin pertunangan nya dengan Adiba.

"Yusuf lepas cincin mu itu" ujar Zainab. Mau tidak mau Yusuf melepaskan benda lingkaran itu dari jarinya, dan di ganti dengan cincin baru yang dikenakan langsung oleh Yesya.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang