Sikap Aneh Aruna

298 13 0
                                    

⚠️ Cerita ini sedang di revisi ulang. Terimakasih untuk yang sudah bacaa, jangan lupa vote dan komen yaa terimakasih 🙏🥰
____________________________________

"kenapa ya Yusuf selalu terbayang di pikiran ku." Ujar Aruna yang sedang duduk di sofa rumahnya.

"AAAAAA YUSUFFFFF." Teriak Aruna sambil membayangkan paras tampan suami sahabatnya itu.

"Nggak mungkin aku ngerebut dia dari Yesya." Aruna benar-benar pusing dengan pikirannya sendiri.

Saat jam istirahat Yusuf membuka bekalnya sedangkan Valdy membuka bungkusan makanan yang dibeli nya di kantin.

"Tumben bawa bekal lu?"

"Iya tadi di bikinin Yesya."

"Wah kayaknya enak banget tu. Lu nggak mau kan buat gua aja yaa" Yusuf menepis tangan Valdy yang ingin mengambil bekalnya.

"Siapa bilang saya nggak mau."

"Lah kan lu pernah bilang kalau lu nggak suka masakan istri lu." Goda Valdy.

"Itu dulu sekarang saya udah nyesal."

"Nah kan rasainn bucin kan lo" Valdy menjitak kepala Yusuf.

"Iya val saya menyesal." Yusuf mengakui semuanya.

Akhirnya mereka berdua makan bersama dan setelah itu Yusuf mengajak Valdy untuk menemaninya mencari sesuatu untuk Yesya.

"Val, ke mall yuk. Saya pengen nyari sesuatu untuk istri saya."

"Kalau nemenin doang gua nggak mau." Yusuf sudah mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

"Iya, iya saya traktir." Valdy pun menyetujuinya. Merekapun pergi ke salah satu mall yang ada di sana dan Yusuf pergi ke toko boneka, bunga, dan juga coklat.

Setelah mendapatkan apa yang laki-laki itu inginkan, giliran Yusuf untuk menemani Valdy untuk ke toko sepatu dan mentraktir sahabatnya itu.

Setelah semuanya di dapatkan, Valdy izin sebentar untuk ke toilet dan Yusuf menunggu laki-laki itu. Namun saat Yusuf fokus ke ponselnya, ada seorang perempuan yang datang mendekat, dan ternyata itu Aruna.

"Gus Yusuf suaminya Yesya kan?" Tanya perempuan itu.

Yusuf menoleh kearah perempuan itu dan Yusuf mengetahui bahwa itu sahabat Yesya.

"Ya" jawabnya singkat sambil mengalihkan pandangannya kemudian menunduk.

"Makan bareng yuk disana, kebetulan saya dapet voucher makan untuk berdua nih." Yusuf terheran dengan tawaran perempuan itu. Bisa-bisanya dia mengajak lawan jenis yang bukan mahram nya untuk makan berdua.

"Maaf, nggak bisa." Setelah mengucapkan tiga kata itu Yusuf bangkit dari duduknya lalu segera pergi dari tempat itu.

"Ihhhh, kenapa dia nggak mau sihh." Aruna kesal karena dia gagal mengajak Yusuf untuk makan berdua.

Yusuf menjelaskan semua yang dialaminya tadi dengan Valdy. Laki-laki itu pun terkejut.

"Gila kali tu orang." Respon Valdy.

Sepulangnya dari kantor, Yusuf menjemput Yesya di ndalem dan tidak lupa memberikan oleh-oleh untuk bunda dan ayahnya.

Setelah sampai di rumah, Yusuf memberikan suprise yang dibelinya tadi untuk Yesya. Yesya benar-benar senang dengan suprise yang diberikan oleh suaminya.

"Lucu banget bonekanya, bunganya juga cantik. Makasih banyak mas cintaaaaa lupyu." Yesya mengecup pipi Yusuf.

"Sama-sama istlikuuuu lupyu tuuuuu." Yusuf pun mencium juga dahi Yesya.

Rasa lelah Yusuf setelah bekerja benar-benar terbayarkan dengan melihat senyuman dari istrinya itu. Setelah shalat Maghrib Yusuf menceritakan semua yang dialaminya tadi kepada Yesya. Yesya pun juga ikut terheran mendengar cerita Yusuf tentang Aruna.

"Sya juga nggak tau mas, biasanya dia bakal ngajakin sya atau teman-teman yang lain."

"Entahlah kamu nggak ngerti mas lebih nggak ngerti lagi. Ah sudahlah nggak penting." Ujar Yusuf yang sebenarnya malas untuk membahas sahabat istri nya itu.

Singkat cerita waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Yesya baru saja selesai menggosok giginya dan melihat Yusuf yang sedang senyum penuh arti.

"Sayanggggggggg." Panggil Yusuf.

"Ada apa mas cinta?" Yesya sebenarnya sudah tau maksud Yusuf.

"Nggak usah langsung tidur kita......." Yusuf menggantung perkataan nya.

"Mas mau?" Yusuf mengangguk.

"Ya sudah Ayuk." Yusuf pun senang bukan kepalang karena Yesya menuruti kemauannya. Yesya pun tidak mungkin tega menolak kemauan suaminya itu.

°°°°°°°

Malam ini Aruna tidak bisa tertidur karena selalu terbayang dengan sikap dingin Yusuf kepadanya siang tadi. Aruna memikirkan segala cara agar Yusuf mau berbicara dengan nya.

Sebuah ide terbesit di benak perempuan itu. Dia berniat untuk datang ke rumah Yesya dengan membawakan beberapa barang untuk Yusuf.

Di pagi Minggu ini Yusuf sedang membantu Yesya untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

"Nggak usah di cuci pakai tangan sayang, kan ada mesin cuci udah mas beliin." Yesya tidak mau menurut.

"Sya lagi pengen nyuci pake tangan mas, boleh ya plisss." Yesya mengeluarkan jurus untuk merayu suaminya itu.

"Yaudah tapi mas bantuin ya." Yesya pun menyetujuinya.

Mereka mulai mencuci bersama, tidak Yusuf namanya kalau tidak jahil. Busa dari kain itu di tiup kan oleh Yusuf kearah istrinya itu.

"Ihh mas malah main bubble." Yesya membalas perbuatan Yusuf.

Tidak ada satupun yang mau mengalah dan pada akhirnya mereka malah bermain siram-siraman dan berujung basah kuyup.

"Kannn cuciannya nggak jadi di cuciii."

"Jangan ngambek dong, ayo kita cuci lagi." Akhirnya mereka melanjutkan kegiatan mencuci dan setelah itu menjemur semua pakaian tersebut.

Selesai menjemur mereka pun segera mengganti pakaian dan hari ini Yusuf berencana untuk membawa Yesya berjalan-jalan di tempat wisata yang ada di Bogor.

"Masyaallah kamu cantik sekali." Yusuf terpesona dengan penampilan Yesya yang menurutnya sangatlah cantik.

Seketika pipi istrinya itu cosplay menjadi tomat yang berwarna kemerahan.

"Ih gemas kalau pipi nya udah merah gini." Yusuf menguyel-nguyel pipi istrinya itu dengan gemas.

"Massss, udaaahhh donggg." Yusuf pun menghentikan perbuatannya itu.

"Hehehe maaf sayang, soalnya kamu lucu." Yesya pun membalas perbuatan Yusuf.

"Ini juga lucuuuuuuu." Yesya mencubit pipi Yusuf sambil di main-main kan olehnya.

Setelah puas saling menjahili satu sama lain akhirnya mereka berangkat ke salah satu objek wisata yang ada di Bogor. Sesampainya di sana mereka berdua menikmati indahnya pemandangan alam di sertai dengan hiasan telaga yang indah.

"Mas makasih ya udah selalu bikin sya bahagia." Yesya memeluk tubuh Yusuf dengan erat.

"Sama-sama ya zaujati, terimakasih juga sudah hadir di hidup mas." Yesya mengangguk seraya tersenyum.

Puas menikmati indahnya tempat tersebut mereka segera pulang dan singgah sebentar di rumah Husein karena Yesya rindu dengan kakaknya itu.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang