Kembali Bersama

374 14 0
                                    

⚠️ cerita ini sedang di revisi terimakasih
________________________

Setelah beberapa saat Aruna bertemu dengan Yesya. Di sana Yesya benar-benar masih tidak percaya kenapa sahabatnya itu bisa berbuat hal sekeji itu. Elena juga sudah di proses oleh polisi.

Setelah meminta beberapa keterangan akhirnya Aruna di tetapkan sebagai tersangka. Yesya meminta waktu untuk mengobrol sebentar dengan Aruna.

"Na, kenapa kamu berbuat seperti ini?" Aruna hanya menangis dan menjawab.

"Jawab na" Aruna akhirnya membuka semua alasan dirinya memfitnah Yusuf.

"Aku iri sama kamu sya, kenapa kamu selalu beruntung, sedangkan aku sudah berkali-kali di khianati oleh laki-laki. Aku ingin kamu menderita juga." Yesya merasa terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya sendiri.

Melihat Aruna yang emosi membuat para polisi segera membawa perempuan itu untuk masuk ke penjara. Sedangkan Yesya hanya bisa menangis melihat seseorang yang selama ini selalu bersahabat baik dengan nya ternyata menjadi seorang pengkhianat.

Yusuf segera memeluk tubuh Yesya dan mengusap punggung istrinya itu. Ibu dan ayah Aruna melihat Yesya yang sedang menangis di pelukan Yusuf. Kemudian mereka mendekat kearah Yesya dan Yusuf.

"Sya, tante sama om minta maaf ya atas perlakuan Aruna kepada mu nak. Kami juga tidak menyangka Aruna akan berbuat seperti ini kepada mu." Ujar Nadin dengan derain air mata.

"Iya nak om juga minta maaf atas kejadian ini, terutama kamu nak." Halim melihat kearah Yusuf.

"Iya tante, om, sya dan suami sya, insyaallah sudah memaafkan perlakuan Aruna." Nadin dan Halim benar-benar berterima kasih kepada mereka berdua.

Kedua orang tua Aruna juga meminta maaf kepada Husein dan juga keluarga Yusuf. Dan mereka semua menerima permintaan maaf tersebut.

Sepulangnya dari kantor polisi, Yusuf mengajak Yesya untuk kerumah pak Darso dahulu untuk membawa anaknya ke rumah sakit. Karena Yusuf yang baru sembuh, pak Hasyim lah yang menyetir mobil tersebut.

Sesampainya di rumah pak Darso mereka langsung membawa anak tersebut untuk ke rumah sakit. Setelah dari rumah sakit mereka pun pulang ke rumah mereka tepat di pukul dua belas siang. Mereka berdua istirahat sebentar di kamar sambil bermanjaan dan menunggu waktu shalat Dzuhur.

"Masyaallah 'ant jamilat jidaa, ya zawjati."

"Artinya apa mas"

"Artinya kamu sangat cantik wahai istriku."

"Ih mas mau gombal Mulu" Yesya salah tingkah dan pipinya memerah membuat Yusuf menjadi gemas.

"Ih jadi tomat lagi, cium bisa kali ya." Goda Yusuf, Yesya menghindari ciuman Yusuf sengaja untuk kembali menjahili suaminya itu.

Yesya menggelitik tubuh Yusuf yang membuat Yusuf menjadi geli. Namun akhirnya Yesya kalah, Yusuf akhirnya menggerayangi pipinya dengan ciuman.
Puas sudah saling mengerjai, Yusuf mendaratkan kepalanya di pangkuan Yesya.

"Nanti kalau dedek udah lahir kamu mau di panggil apa?" Tanya Yusuf sambil menghadap ke perut Yesya yang masih datar.

"Apa ya, sya juga bingung. Kalau mas mau di panggil apa?" Yusuf tampak berfikir.

"Hmmm ayah, mas mau di panggil ayah. Kamu setuju nggak?" Yesya merasa sangat setuju dengan pendapat Yusuf karena menurut nya panggilan itu sederhana namun sangat berarti.

"Kalau sya apa?" Tanya Yesya dan Yusuf kembali berfikir.

"Buna, gimana cocok nggak?"

"Ih lucu banget panggilan nya, sya mau mas."

"Dedek, sehat-sehat ya di sana, jangan bikin Buna sakit, jangan nakal jugaa." Yesya terkekeh melihat Yusuf yang sedang mengajak calon buah hati mereka untuk bicara.

"Ciapp, ayahhh, aku nggak nakal kok." Ujar Yesya sambil menggunakan suara layaknya anak kecil. Yusuf mencubit gemas hidung Yesya karena menurutnya itu sangat menggemaskan.

Tidak lama azan Zuhur berkumandang dan akhirnya mereka shalat dan setelah itu makan siang bersama. Sore harinya Yusuf mengajak Yesya untuk pergi ke sebuah alun alun kota Bogor di sana mereka menikmati indahnya langit sore di temani oleh dua buah es krim.

"Kamu mau cobain punya mas nggak?" Yusuf menawarkan es krim vanilla yang sedang ia makan.

"Boleh?"

"Ya boleh dong." Yusuf menyuapi es krim tersebut namun dengan jahil Yusuf mengenakan nya di hidung Yesya.

"Massss, hidung sya jadi kena es krim." Yesya kesal dengan perbuatan Yusuf yang selalu jahil.

"Mas kan bercandaaa" Yusuf terkekeh sambil membersihkan hidung Yesya dari es krim yang menempel. Yesya tidak merespon yang membuat Yusuf menjadi panik.

"Sayanggg, maafin dong jangan ngambek." Dengan cepat Yesya membalas perbuatan Yusuf dengan mengenakan es krim nya di hidung Yusuf. Lalu lari.

"Rasain makanya jangan jahil." Yusuf pun mengejar Yesya.

"Sayang jangan lari-lari, kamu lagi hamil loh." Yesya pun teringat bahwa dia sedang mengandung.

"Hehe maaf mas sya lupa." Ujar Yesya.

"Jangan di ulangi lagi ya." Yesya mengangguk.

"Sayang, kita keliling sambil main sepeda yuk" ajak Yusuf.

"Ayuk." Yusuf menggandeng tangan istrinya untuk pergi ke tempat penyewaan sepeda tersebut.

Setelah membayar Yusuf menaiki sepeda tersebut dan membonceng yang di belakang. Mereka pun akhirnya mengitari taman itu sambil menikmati pemandangan. Yesya pun juga merasa sangat senang.

"Kamu suka sayang?" Tanya Yusuf.

"Iya mas sya suka, Syukron mass."

"Afwan cinta kuuuu." Setelah puas mengitari taman tersebut akhirnya mereka kembali pulang dan tidak lupa membeli jajanan sebentar.

Singkat cerita azan dan Iqamah isya telah berlalu. Mereka berdua baru saja selesai shalat. Tidak lupa Yusuf mengecup kening istrinya dan Yesya mencium tangan Yusuf.

"Sya banggaaa banget punya suami kayak mas." Ujar Yesya sembari tersenyum manis kearah suaminya itu.

Yusuf terheran mendengar pujian yang diberikan Yesya secara tiba-tiba dan dia sendiri juga tidak tahu maksud dari perkataan istrinya itu.

"Kenapa kamu bangga punya suami yang pernah menyakiti istri seperti mas?"

"Massss, jangan di pikirkan yang telah lalu. Banyak hal lain yang ada di diri mas yang membuat sya sangat bangga." Hati Yusuf tersentuh mendengar perkataan Yesya.

"Apa itu sayang?" Tanya Yusuf sambil menarik Yesya dalam pelukannya.

"Mas itu selalu ngajarin sya berbagai hal, suka ngingetin sya kalau salah, selalu sayang sama sya, pokoknya menjadi suami yang sangat baik menurut sya." Yusuf memeluk Yesya dan tidak terasa air mata lagi-lagi menetes.

"Mas juga bangga bisa memiliki mu sayang. Kamu udah membawa mas kembali ke jalan yang benar." Yesya membalas pelukan Yusuf.

"Ana uhibbu kafillah, ya zauji." Yesya semakin mengeratkan pelukannya. Tidak tau mengapa rasanya sangat tenang di dalam pelukan suaminya itu.

"Ahabbakalladzi ahbabtani ilahuu wa ana uhibbuki fillah ya zaujati." Yusuf mengecup kening Yesya.

Setelah itu Yusuf mengajak Yesya untuk segera tidur dan mereka pun sudah memasuki alam mimpi.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang