Ini apa?

292 14 2
                                    

⚠️ cerita ini sedang di revisi ulang terimakasih
__________________________________

Tepat setelah Maghrib Husein pulang untuk mengurus kasus yang dialami Yusuf melalui pihak berwajib. Sedangkan Yesya membawakan makan malam ke kamar Yusuf.

"Mas bangun dulu yuk, makan malam dulu." Ujar Yesya sambil mengusap-usap lengan Yusuf. Tidak lama Yusuf terbangun dari tidurnya.

"Mas nggak laper." Tolak Yusuf yang sedang tidak berselera untuk makan.

"Nggak boleh gitu, mas makan dulu ya sya suapin. Bunda udah capek-capek masakin ayam kecap kesukaan mas." Akhirnya Yusuf menurut. Yesya mulai menyuapi suaminya itu dengan telaten.

"Pesawat datanggg." Yesya mendaratkan sendok tersebut di dalam mulut Yusuf dan terukir sedikit senyuman indah dari bibir Yusuf.

Baru saja tiga suapan, Yusuf sudah tidak mau makan lagi. Dia merasa perutnya mual.

"Sayang, mas nggak mau lagi." Yesya mencoba untuk kembali merayu Yusuf.

"Satuuuu lagi, mau ya?" Yusuf menggelengkan kepalanya.

"Pahit." Jawab Yusuf. Akhirnya Yesya menyudahinya.

Yesya menaruh semua alat makan tersebut diatas sebuah meja yang ada di samping kasur Yusuf. Kemudian Yesya meraih tangan kanan Yusuf.

"Mas, maafin sya udah nurutin ego sya sendiri. Gara-gara sya mas kemarin hujan-hujanan dan sekarang mas sakit. Sya menyesal mas." Tidak terasa tetesan air mata lolos dari pelupuk matanya.

Tangan Yusuf bergerak kearah wajah indah milik istrinya itu, kemudian dihapus nya air mata yang sudah menetes.

"Jangan bicara seperti itu, kamu nggak salah sayang. Mas tau pasti waktu itu hati kamu sedang tidak baik-baik saja. Udah ya jangan nangis nanti cantiknya hilang." Yesya tersenyum mendengar perkataan Yusuf.

"Oh iya mas sya ada kabar bahagia untuk mas, mas mau tau nggak?"

"Mau sayang, kabar apa itu?" Meskipun kondisinya masih lemas Yusuf tetap antusias saat mendengar pertanyaan istrinya itu.

"Tutup mata dulu." Yusuf menurut.

Kemudian Yesya meraih tangan kanan Yusuf dan meletakkannya sebuah alat tes kehamilan diatas nya. Kemudian Yesya kembali meminta Yusuf untuk membuka matanya.

"Sekarang mas buka mata." Yusuf membuka matanya dan melihat sesuatu yang ditaruh oleh Yesya di tangannya.

Bukannya senang Yusuf menatap heran kepada alat itu. Yusuf tidak tau benda apa yang sedang dia pegang dan menurutnya bentuk benda itu aneh.

"Ini apa?" Yesya tercengang melihat suaminya yang sangat polos dan tidak mengetahui benda itu.

"Mas nggak tau itu apa?" Yusuf menggelengkan kepalanya sambil masih menatap heran kearah benda itu.

"Mas, ini namanya alat tes kehamilan, liat, di sini ada dua garis merah yang warnanya jelas itu artinya...." Yesya meraih dan mengarahkan tangan Yusuf ke perutnya.

"Di sini udah ada dedek bayi." Yusuf menatap tidak percaya bahwa Yesya sekarang sedang mengandung buah hatinya.

"K-kamu hamil?" Yesya mengangguk seraya tersenyum kearah Yusuf.

"Alhamdulillah ya Allah terimakasih engkau telah meng-karuniakan kami seorang buah hati." Yusuf memeluk Yesya, dan tidak terasa air mata Yusuf mulai menetes.

Menyadari bahwa Yusuf sedang menangis, Yesya menangkup wajahnya lalu menghapus air mata Yusuf dengan lembut.

"Mas jangan nangis terus, nanti mata mas sembab." Yusuf mengangguk, kemudian azan isya berkumandang.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang