Rencana Aruna

207 7 0
                                    

⚠️ Cerita ini sedang di revisi ulang. Terimakasih untuk yang sudah bacaa, jangan lupa vote dan komen yaa terimakasih 🙏🥰
____________________________________

"permisi pak, bisakah saya bertemu dengan pak Yusuf siang ini?" Tanya Aruna kepada resepsionis kantor milik Yusuf itu.

"Maaf sebelumnya apakah ibu sudah membuat janji dengan pak Yusuf?" Tanya resepsionis itu.

"Belum, tapi saya hanya ingin menghantarkan ini." Jawab Aruna.

"Maaf bu tidak bisa karena ibu belum membuat janji dengan pak Yusuf." Aruna tidak terima dengan pernyataan resepsionis itu.

"Pak saya hanya ingin menghantarkan ini."

"Maaf bu tidak bisa." Akhirnya terjadi perdebatan antara Aruna dengan resepsionis itu.

Baru saja resepsionis itu ingin memanggil satpam, Yusuf bersama Valdy turun karena mereka ingin membeli minuman di kantin.

"Ada apa ini?" Tanya Yusuf yang melihat perdebatan antara karyawan nya dengan seorang perempuan.

"Maaf pak, ibu ini memaksa untuk bertemu dengan bapak." Resepsionis itu menjelaskan semuanya kepada Yusuf.

"Gus, saya hanya ingin memberikan ini" ujar Aruna sambil menyodorkan goodie bag kearah Yusuf.

"Apa ini, dan untuk apa?" Tanya Yusuf dengan suara yang dingin.

"Ini ada kemeja sama jas untuk kerja gus." Yusuf mengerutkan dahinya.

"Dalam rangka?" Tanya laki-laki itu kembali.

"Nggak dalam rangka apa-apa Gus, kebetulan saya tadi melihat kemeja dan jas yang bagus."

"Maaf saya tidak bisa menerimanya." Kemudian Yusuf mengajak Valdy untuk lanjut berjalan menuju kantin.

Bukan tanpa alasan Yusuf menolak, dia takut Yesya akan salah paham apabila dia menerimanya. Namun Aruna tetap mengejar Yusuf dan meminta Yusuf untuk dapat menerima barang-barang tersebut.

"Gus, tunggu, saya mohon terima lah pakaian ini Gus." Risih dengan Aruna yang selalu mengikutinya, Yusuf sedikit menaikkan nada bicara nya.

"Maaf saya tidak bisa menerimanya." Meskipun Yusuf sudah mulai marah, Aruna tidak putus asa. Aruna menarik lengan Yusuf.

"Gus saya mohon." Yusuf menarik lengannya kasar.

"Lancang sekali anda." Aruna masih tetap memaksa Yusuf.

Akhirnya Yusuf menerima barang tersebut dan memberikannya kepada Valdy.

"Sudah saya terima, silahkan pergi dari sini."

"Jangan lupa di pakai ya Gus" Yusuf tidak menjawab apapun.

Perasaan Aruna campur aduk antara senang karena Yusuf menerima barang tersebut dan sedikit kesal dengan sikap Yusuf yang dingin.

Kemudian perempuan itu pun pergi meninggalkan tempat itu. Di kantin Valdy bertanya kepada Yusuf mengenai Aruna.

"Perempuan tadi bukannya sahabat istri lu ya?" Tanya Valdy mengingat Aruna pernah hadir di pernikahan Yusuf dan Yesya.

"Iya, tapi sekarang saya bingung kenapa dia akhir-akhir ini suka aneh tingkah lakunya. Masak iya dia bela-belain kesini cuma buat ngasih beginian." Valdy juga ikut merasa aneh dengan Aruna.

"Val, semua barang-barang itu buat kamu aja ya."

"Yaudah, makasih banyak ya."

"Iya sama-sama."

Setelah itu Yusuf dan Valdy kembali ke ruangan masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan.

Sesampainya di rumah Yusuf mengadukan semua perbuatan Aruna kepada Yesya. Yesya semakin bingung dengan sikap Aruna yang seperti selalu berusaha mendekati Yusuf.

Yesya pun bingung harus berbuat apa. Akhir-akhir ini pun Aruna jarang menghubungi nya dan Yesya tidak mungkin menanyakan maksud dari sahabatnya itu.

°°°°°

Hari ini tanggal merah, Valdy sedang santai di rumahnya. Saat Valdy sedang asyik menonton televisi di ruang tengah, seorang pria paruh baya datang menghampiri nya.


"Nak, papa pergi dulu ya sebentar ke rumah sakit, ada teman papa yang dari kemarin udah dirawat di sana." Biasanya saat libur Valdy akan qualitytime bersama ayahnya.

Waktu mama Valdy masih ada, saat hari libur mereka bertiga selalu pergi berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu bersama.

"Iya pa, tapi nanti beliin ipal jajanan ya pas pulang."

"Siap bos kecil, nanti papa beliin jajanan kesukaan kamu." Ujar Haris sambil berbuat sikap hormat kepada putra satu-satunya itu.

"Makasih paaa, hati-hati di jalan ya." Valdy mencium tangan ayahnya dan kemudian Haris pergi ke rumah sakit.

Sekitar tiga puluh menit sejak ayah nya pergi, Valdy merasa bosan di rumah. Kemudian dia berniat ingin jalan-jalan ke mall dan singgah di rumah Yusuf, karena beberapa hari yang lalu Yusuf mengajaknya untuk datang ke rumah.

Karena tidak tau harus mengenakan baju apa, Valdy akhirnya mencoba kemeja yang di berikan Aruna kepada Yusuf kemarin. Karena dia merasa cocok, akhirnya dia mengenakan pakaian itu.

Sesampainya di mall Valdy mencari sesuatu yang cocok untuk dibawa ke rumah Yusuf. Namun saat sibuk mencari barang yang cocok seorang perempuan datang menghampirinya.

"Mas ini temannya Gus Yusuf kan?" Tanya perempuan itu yang ternyata Aruna.

"Iya mbak, saya temannya Yusuf." Jawab Valdy.

"Lah ini kan baju yang saya kasih sama Gus Yusuf kemarin kok bisa mas yang pake?" Nada Aruna terdengar ngegas.

"Ini saya yang punya kok mbak." Valdy berbohong karena tidak mau Aruna semakin marah.

"Bohong, ini kemeja yang saya belikan untuk Gus Yusuf. Lepas nggak." Kedua mata Valdy membulat sempurna saat mendengar perkataan Aruna.

"Yang bener aja mbak, ini di mall loh masak iya saya nggak make baju."

"Saya nggak mau tau."

Valdy segera melarikan diri dari Aruna. Aruna menjadi kesal karena Valdy yang kabur darinya.

Sesampainya di rumah Aruna kesal sendiri. "Ih kenapa sih Yusuf nggak mau terima barang dari aku." Kesalnya.

Saat di rumah Yusuf, Valdy menjelaskan semua yang dialaminya kepada Yusuf dan Yesya. Merekapun semakin kebingungan dan apa yang sebenarnya terjadi pada Aruna.

"Lo kenapa, pusing banget kayaknya." Tanya seorang teman Aruna yang merupakan anak berandalan.

"Gue jatuh hati sama suami sahabat gue sendiri." Elena tertawa mendengar pernyataan Aruna.

"Jangan ketawa Lo, mending bantuin gue buat dapetin tu cowok, gua udah berkali-kali gagal dalam percintaan. Nanti gue bakal bayar lo." Mendengar kata bayaran elena pun langsung menyetujuinya.

Elena berfikir keras untuk mencari ide untuk menolong Aruna untuk mendapatkan Yusuf. Saat ide tersebut sudah dirasa sempurna mereka pun berencana untuk memulai ide itu di waktu yang tepat.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang