Air Mata

275 13 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
__________________________________

Yusuf berlari menerobos masuk dan tidak memperdulikan polisi yang menghadangnya. Kemudian Yusuf bersimpuh melihat istrinya yang sudah berlumuran darah.

Dadanya nya terasa sesak dan sakit, nafasnya tersengal-sengal dia berharap semua ini adalah mimpi namun sayang ini semua adalah kenyataan yang begitu pahit. Air mata semakin deras dan akhirnya Yusuf meneriaki nama Yesya dengan keras.

"YESYAAAAAAAAA." Semua orang yang ada di sana merasa sedih mendengar teriakan Yusuf.

Kemudian Yusuf mengangkat tubuh kecil istrinya itu dan segera memanggil dokter yang ada disana dan meminta sesegera mungkin istrinya itu dibawa ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Yusuf di suruh untuk menunggu di luar karena Yesya akan di berikan tindakan secara intensif. Yusuf menunggu di tempat duduk yang berada persis di depan tempat Yesya dirawat.

Yusuf sekarang hanya bisa menunggu. Terlihat matanya terpejam namun terus mengeluarkan air mata, bibirnya terlihat bergerak terus melafalkan dzikir. Kemeja putihnya sudah terkena darah Yesya di beberapa bagian.

Saat Yusuf sedang fokus berzikir Azhar dan Zainab melihat putranya itu yang sedang duduk sendirian di sana. Azhar dan Zainab menghampiri putra mereka.

"Yusuf, bagaimana keadaan istri kamu nak?" Tanya Zainab dengan khawatir.
Azhar dan Zainab bisa melihat dengan jelas bahwa Yusuf sudah berlinangan air mata.

Yusuf membuka matanya lalu memeluk bunda dan ayahnya. Tangisan Yusuf pecah di pelukan Azhar dan Zainab. Bahkan laki-laki itu sampai sesegukan.

"N-nda, y-yah, sya banyak lukanya." Lirih Yusuf dengan sesegukan.

Zainab ikut menitihkan air mata namun dia berusaha menguatkan Yusuf begitu juga dengan Azhar. Mereka berusaha memberikan ketenangan untuk Yusuf.

"Sayang, kita berdoa ya supaya Yesya kuat." Ujar Azhar sambil mengusap rambut putranya.

"Iya sayang, jangan berfikiran yang negatif ya nak, jangan berhenti dzikir nya." Ujar Zainab pula sambil mengusap punggung Yusuf. Tiba-tiba ada seorang dokter keluar dari ruangan tempat Yesya tadi di beri pertolongan.

"Dengan keluarga pasien atas nama Yesya." Mereka semua berdiri.

"Iya dok, saya suaminya." Ujar Yusuf.

"Maaf pak, kami membawa berita buruk......., istri bapak mengalami keguguran karena terkena benturan dan istri bapak sekarang sedang membutuhkan banyak pasokan darah."

Dari ujung rambut hingga ujung kaki Yusuf terasa lemas seketika saat mendengar kabar itu. Begitu juga dengan Zainab dan Azhar.

Karena Husein juga sedang di rawat akhirnya Yusuf mencoba untuk mendonorkan darahnya dan ternyata cocok. Setelah mendonorkan darah Yusuf tampak lemas dan juga masih menangis.

"Nda, yah kenapa Allah mengambil calon anak Yusuf sama Yesya." Ujar Yusuf sambil menatap kosong. Dia benar-benar kehilangan arah.

"Sayang, yang ikhlas ya nak, mungkin ini adalah ujian dari Allah." Zainab berusaha menenangkan putranya meskipun sekarang dia juga sedang sedih karena kehilangan calon cucunya.

Sekitar pukul sembilan malam Yusuf di perbolehkan untuk melihat Yesya. Baru saja masuk, Yusuf kembali menangis melihat kondisi Yesya. Tampak perempuan itu sedang terbaring lemah di bangsal rumah sakit.

Matanya terpejam dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya, namun perempuan itu masih terlihat sangat cantik dimata Yusuf. Yusuf mendekati Yesya lalu duduk di sebelah nya. Yusuf meraih tangan kecil istrinya itu di kecup nya dengan lama.

"Assalamualaikum ya habibati, bangun yuk sayang." Yesya masih belum merespon. Lagi-lagi tangisan Yusuf pecah dia sekarang hanya berharap Yesya akan membuka matanya.

Perlahan ada beberapa pergerakan kecil dari Yesya. Matanya mulai terbuka, Yusuf mengucapkan hamdalah karena Yesya sudah sadar.

"Alhamdulillah kamu sudah bangun sayang." Yusuf mengecup kening istrinya itu.

"Mas, maafin sya nggak bisa jaga anak kita." Terlihat Yesya juga menitihkan air mata.

"Sayang jangan menangis, nggak apa-apa yang penting kamu sudah sadar sekarang." Ujar Yusuf.

"M-mas makasih ya udah mencintai sya dengan tulus, makasih udah jagain sya, perhatian, makasih untuk semuanya. Maafin semua kesalahan sya ya mas." Yesya merubah posisinya menjadi duduk. Kedua tangan Yesya memegang kedua tangan Yusuf.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu, mas nggak suka, kan mas udah bilang mas mencintai kamu dengan ikhlas karena Allah." Hati Yusuf terasa sangat perih.

"Terimakasih ya mas, maafin sya nggak bisa terus ada di samping mas. Sya rasanya udah kangen banget sama Allah, nanti mas nyusul ya kesana, tapi sekarang sya duluan yang kesana. Sya juga udah rindu sama mama papa. Sampaikan pesan sya kepada mas Husein, bunda, ayah mbak Zahra yaitu sya sayang mereka semua"

"Kamu ngomong apa sih jangan seperti ini kamu pasti sembuh kok, mas nggak mau kehilangan kamu baru saja mas kehilangan anak kita dan kenapa kamu sekarang ngomong seperti ini." Yusuf sudah benar-benar berderai air mata.

"Maafin sya mas, sya udah nggak kuat. Mas jangan lupain sya ya?"

"Kamu pasti kuat sayang, tolong kamu berjuang ya?" Yesya tidak menjawab dia mengulang pertanyaan.

"Mas jangan lupain sya ya?" Yusuf menarik tangan istrinya lalu diletakkan nya di dadanya.

"Kamu ada di sini sayang, mas nggak akan lupa sama kamu. Tolong berjuang temani mas sampai tua ya?" Lagi-lagi Yesya tidak menjawab.

"Doain sya terus ya mas. Peluk sya mas." Yusuf segera memeluk Yesya.

"Tolong talkin kan sya syahadat mas."

"Nggak jangan seperti ini sayang." Yusuf tidak sanggup rasanya untuk mentalkinkan Yesya syahadat.

"Tolong mas." Akhirnya dengan berat hati Yusuf menurutinya. Saat kata terakhir sudah di ucapkan Yesya, perlahan tubuh perempuan itu melemas.

"Sya tunggu disana ya mas. Ana uhibbu kafillah." Perlahan kedua mata indahnya mulai terpejam.

"SYAAAAAAAAA." Yusuf menjerit keras.

Dokter langsung masuk dan melakukan beberapa tindakan namun tidak berhasil. Perempuan itu sudah benar-benar kembali kepada sang pemiliknya.

Mau tidak mau Husein di beritahu kan tentang kabar duka ini. Zainab dan Yusuf sudah berada di dalam ruangan Yesya.

"Sya ayo bangun, kamu cuma becanda kan kamu nggak akan tega kan tinggalin mas sendiri. Baru saja mas kehilangan anak kita kenapa sekarang kamu menyusul nya." Zainab hanya bisa mengusap punggung Yusuf.

"Mas janji deh bolehin kamu jajan terus, tapi mas mohon kamu bangun." Azhar datang dengan mendorong Husein yang sedang berada di kursi roda.

Husein masih belum percaya kalau Yesya akan meninggalkan dirinya sendirian secepat ini. Husein juga menggenggam tangan Yesya.

"Dek, kenapa kamu tinggalin mas sendirian di sini." Husein tidak banyak berbicara karena badannya lemas dia hanya menangis sejadi-jadinya.

Malam itu jasad Yesya dibawa kembali ke ndalem untuk dimandikan. Semua santri menyambut Yesya dengan tangisan. Hampir semua santri senang dengan Yesya karena kebaikannya.

Malam ini Yusuf terus-menerus menangis di samping jasad Yesya yang telah pucat dan kaku. Yusuf memeluk jasad Yesya sembari berkata.

"Sya, mas disini, ayo bangun mas disini sayang." Azhar mengusap punggung Yusuf. Semua orang yang ada di sana menangis mendengar perkataan Yusuf.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang