Ditinggal Berdua

385 12 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Sudah seminggu lebih Yusuf memperlakukan Yesya seperti orang lain. Yesya pun sekarang sudah pasrah akan perlakuan Yusuf kepadanya. Bahkan Azhar, Zainab, dan Zahra hanya bisa menasehati Yusuf. Namun tidak ada satupun yang di dengarkan oleh laki-laki itu.

Husein pun telah mengetahui hal ini. Husein sempat terbawa emosi, namun Yesya mencoba untuk menenangkan kakak nya itu sehingga Husein tidak jadi memarahi Yusuf.

Seperti biasa setelah shalat Maghrib mereka makan malam. Setelah selesai makan Azhar dan Zainab menyampaikan suatu hal kepada Yusuf dan Yesya.

"Nak, besok sekitar tiga hari Ayah sama bunda akan menghadiri pertemuan pondok pesantren di Bandung. Ayah sama bunda minta tolong untuk kontrol pesantren ya. Tapi ingat kalian jangan berantem kalau bunda sama Ayah nggak ada di rumah." Ujar Azhar panjang lebar.

Sebenarnya bisa saja Zainab tidak ikut menghadiri acara tersebut. Namun ini semua Zainab dan Azhar lakukan untuk menyatukan Yusuf dan Yesya.

"Iya yah" jawab Yusuf pasrah. Sebenarnya Yusuf tidak mau di tinggal berdua dengan Yesya.

Zahra juga memberitahu bahwa besok dia akan liburan di Karawang selama dua hari bersama suami dan anaknya, dan Husein juga tiba-tiba ada proyek mendadak yang akan di adakan di Cirebon.

Di pagi Minggu ini Yusuf sedang membantu Ayah dan bundanya nya untuk mengangkat beberapa koper ke dalam mobil. Setelah semuanya telah selesai Azhar dan Zainab berpamitan kepada Yusuf dan Yesya.

"Yusuf antar ya nda, yah?" Tanya Yusuf.

"Nggak usah nak. Ayah sama bunda diantar pak Hasyim saja." Yusuf sudah tidak tahan untuk menahan air matanya.

Yusuf memeluk tubuh Zainab. Tiba-tiba saja laki-laki itu menangis di pelukan Zainab. Terbongkar sudah bahwa sesungguhnya Yusuf adalah seorang anak mami.

"Ndaaa, jangan lama-lama perginya." Zainab menangkup wajah Yusuf.

"Ih nggak malu kamu sama Yesya nangis begini" untuk Zainab sambil tertawa. Sebenarnya dia juga tidak tega melihat Yusuf yang menangis cuma ya bagaimana lagi.

"Udah jangan nangis. Kamu laki-laki suf." Ujar Azhar sambil menepuk pundak Yusuf.

"Yah, ucup nangis deh" ledek Zahra sedangkan Farhan hanya bisa terkekeh kecil.

Sampai akhirnya Yusuf tersadar bahwa Yesya memerhatikan dirinya sejak tadi. Terlihat perempuan itu sedang menahan tawanya. Lagi-lagi Yusuf menjadi kesal.

Setelah itu Zainab, Azhar, dan Zahra, Farhan dan Farid berangkat diantar oleh pak Hasyim. Setelah sampai di bandara mereka melakukan penerbangan menuju Bandung dan Karawang.

Yesya dan Yusuf di beri tugas untuk menyimak hafalan para santri, dan setelah itu mengajarkan ngaji kepada santri kecil.

Yesya sebenarnya juga sudah sering membantu Zainab dalam mengajar santriwati. Meskipun umurnya masih terbilang muda tapi ilmu agama Yesya juga cukup luas.

Yesya dan Yusuf pun langsung mengerjakan apa yang telah di tugaskan oleh Azhar dan Zainab. Sekitar pukul sembilan Yusuf dan Yesya selesai menyimak hafalan para santri, tugas kedua adalah mengajarkan santri kecil untuk mengaji.

Sekarang Yusuf dan Yesya duduk bersebelahan dan ada beberapa asatidz dan asatidzah yang juga ikut mengajar ngaji.

Yesya menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Perempuan itu memutuskan untuk menunggu Yusuf agar bisa pulang ke ndalem bersama-sama.

"Pulang sana." Yusuf berkata dengan ketus. Alif ternyata dari tadi memerhatikan sikap Yusuf kepada Yesya. Kemudian Alif berkata.

"Gus kenapa ketus sih dari tadi sama Kaka cantik?" Seketika Yusuf bingung harus menjawab apa.

"Nggak kok"

"Gus nggak boleh bohong. Kan sekarang Kaka cantik sudah jadi istri nya Gus. Papa Alif nggak pernah ketus ke mama. Kata papa kita harus berlaku lembut sama perempuan." Ujar anak itu.

Yusuf tertampar dengan perkataan Alif si anak kecil yang masih berusia lima tahun itu. Sedangkan Yesya merasa terpukau dengan Alif yang menurutnya sangat dewasa.

"Iya nak Gus Yusuf salah maaf ya. Gus nggak bakal ulangi lagi."

"Gus harus minta maaf juga sama Kaka cantik."

"Dih sama aja kayak bunda dasar bocil" Yusuf menggerutu dalam hatinya mengingat cerewet nya Alif sangat serupa dengan bunda nya.

"Yesya maafkan saya ya"

"Iya Gus" jawab Yesya yang sedari tadi terdiam.

Yusuf melanjutkan pelajaran dan Yesya menunggu Yusuf sambil bermain dengan para santriwati kecil. Para santriwati kecil sangat senang dengan Yesya. Hati dan perkataan nya yang lembut dan tulus membuat anak-anak itu nyaman berada di dekatnya.

Yusuf telah selesai mengajar, dia mulai keluar dari masjid dan melihat Yesya yang sedang bermain dan bertawa ria dengan para anak-anak kecil.

"Coba aja itu kamu Diba." Ujar Yusuf sambil memandang kearah Yesya. Dia masih berharap untuk bisa menjadi suami dari Adiba.

Yusuf berjalan kearah Yesya yang sedang bermain dengan anak-anak santri itu.

"Pulang" ucapnya tanpa melihat kearah Yesya lalu segera bergegas menuju ndalem.

"Ayuk. Adik-adik kalian kembali ke asrama masing-masing ya. Besok kalau ada waktu kita main lagi."

"Yaaaaa" semua santri kecil mengeluh saat mendengar Yesya akan kembali ke ndalem.

"Nggak apa-apa sayang. Besok-besok kita main lagi." Ucap Yesya dengan tulus.

Satu persatu pada santriwati kecil itu mencium tangan Yesya dan kembali ke asrama masing-masing. Yesya pun menyusul Yusuf yang sudah berjalan jauh.

Sesampainya di ndalem nafas Yesya tersengal karena mengejar Yusuf yang berjalan tanpa menunggunya.

"Hahh, Gus cepat banget sih jalannya." Ujar Yesya sambil mengatur kembali nafasnya.

"Nggak sudi saya nunggu kamu."

Untuk kali ini Yesya mencoba untuk tidak memasukkan perkataan Yusuf kedalam hati. Dia beristighfar untuk melapangkan hatinya.

Yusuf masuk ke kamar sebentar untuk menaruh sajadah dan pergi ke meja makan, dan disana terlihat ada Yesya yang sedang mencuci beberapa piring dan peralatan dapur yang kotor.

Yesya melihat kearah Yusuf. "Gus mau makan?" Yusuf tidak menjawab perkataan Yesya.

"Gus duduk aja ya. Biar Sya ambilkan."
Yusuf pun duduk di meja makan itu.

Hari ini Yesya memasak cumi goreng tepung dengan tumis kangkung. Menu ini adalah salah satu kesukaan Yusuf. Yesya mengetahui semua makanan kesukaan Yusuf dari bundanya.

"Ini Gus silahkan di makan." Yusuf meraih piring tersebut.

Terlihat Yusuf sedang memakan masakan buatan Yesya. Melihat itu Yesya bertanya kepada Yusuf.

"Enak Gus?" Tanya Yesya seraya tersenyum.

Maksud Yesya bertanya adalah untuk berusaha mendekati Yusuf yang selama ini bersikap dingin dan masih saja terus mengingat almarhumah Adiba.

"Ini kamu yang masak?" Yesya mengangguk.

"Lebih enak masakan Adiba." Yusuf segera meneguk air minum nya lalu meninggalkan makanan tersebut begitu saja.

Selama seminggu ini ketika Yesya masak, Yesya selalu meminta bunda untuk berkata bahwa ini bukanlah masakan nya, agar Yusuf ingin makan.

Sebenarnya masakan Yesya juga sangat enak. Bahkan mirip seperti punya bundanya. Namun laki-laki itu tidak mau mengakuinya. Rasa gengsi sudah benar-benar menguasai laki-laki itu.

Yesya masih duduk terdiam dengan cairan bening yang sudah membasahi pipinya. Dia tidak tahan lagi untuk menahan semua kesedihan yang telah di tahannya sejak tadi.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang