Dia pergi, namun tidak dengan senyumnya

343 12 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
________________________________

Tepat pada pagi harinya jasad Yesya dimandikan, di kafan kan dan juga di shalatkan. Yusuf mengikuti semua proses ini ditemani oleh air matanya yang tidak berhenti mengalir. Jasad Yesya mengeluarkan wangi kasturi yang sangat harum. Saat pengafanan Yusuf mencium Yesya untuk yang terakhir kalinya.

Yusuf sendiri yang menjadi imam dalam menyolatkan Yesya. Dan kini sampailah pada prosesi pemakaman. Yesya di makam kan di tanah pemakaman keluarga ndalem yang masih di lingkungan pesantren. Husein yang masih sakit hanya bisa melihatnya dari kursi roda.

Yusuf menerima jasad istrinya itu lalu mengazani nya. Tubuh dan suara nya benar-benar bergetar, air mata pun tidak mengenal kata lelah untuk keluar. Azhar yang juga di sana, terus menghapus air mata Yusuf agar tidak mengenai kafan Yesya. Setelah selesai Yusuf kembali naik ke atas.

Saat makam Yesya mulai di tutupi dengan tanah, Yusuf merasa tubuhnya melemas, padangan nya mulai kabur dan akhirnya dia jatuh pingsan. Azhar dan Valdy membantu untuk membawa Yusuf ke ndalem.

Tubuh Yusuf di baringkan di kasur yang ada di kamar Azhar dan Zainab. Di sana Zainab melepaskan peci Yusuf dan melonggarkan pakainya. Zainab menitihkan air mata dia benar-benar merasa hancur karena Yesya yang pergi meninggalkan nya dan juga Yusuf yang kehilangan arah.

Zainab mencoba untuk menyadarkan Yusuf dengan bantuan aroma terapi. Zainab juga tidak berhenti mengusap kepala putranya itu. Perlahan kedua mata Yusuf mulai terbuka.

"Ndaa." Lirih Yusuf.

"Iya sayang bunda di sini nak." Yusuf mencoba untuk duduk.

"Nda, tadi Yusuf cuma mimpi kan? Sekarang sya dimana nda, Yusuf rindu." Hati Zainab terasa sesak mendengar perkataan putranya itu. Zainab pun memeluk tubuh Yusuf dan mengusap punggung nya.

"Nak, kamu yang ikhlas ya, Yesya udah nggak sakit lagi di sana." Tangisan Yusuf semakin pecah. Zainab ikut merasakan sakit saat mendengar tangisan Yusuf.

Tidak lama Azhar datang kembali ke kamar dengan membawakan segelas air minum. Azhar melihat putranya yang sedang menangis di pelukan Zainab. Azhar juga menitihkan air matanya.

Tepat pukul sembilan pagi, Azhar, dan Zainab, mengurus beberapa keperluan untuk pengajian nanti malam. Valdy sedang menghantarkan Husein ke rumah sakit untuk memeriksa luka, dan beberapa tulangnya yang patah.

Yusuf sedari tadi masih di kamar kedua orangtuanya. Kemudian Yusuf mulai beranjak dari sana dan berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Dengan langkah yang lemah Yusuf mulai menaiki anak tangga dan akhirnya dia sampai di depan pintu kamar nya.

Kemudian dia membuka pintu kamar nya itu. Baru saja dua langkah masuk Yusuf kembali menangis karena melihat foto nya bersama Yesya yang Terpajang rapi di dinding dan meja belajarnya.

Kemudian Yusuf berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil sebuah benda yang sempat ia minta kepada dokter kemarin. Benda itu adalah tabung darah Yesya saat Yesya menjalani beberapa pemeriksaan kemarin.

Kemudian di sana dia juga melihat mukena yang selalu di gunakan oleh istrinya itu. Diraihnya lalu di peluknya benda itu dan terasa aroma wangi parfum Yesya yang masih melekat di
sana.

"Kenapa kamu tega tinggalin mas sendirian sayang." Lirih Yusuf.

Dadanya semakin sesak karena kebersamaan dirinya dengan Yesya kembali berputar di dalam ingatannya. Masih teringat bagaimana senyuman indah, dan juga sikap manja dari istrinya itu.

Yusuf merasa tidak kuat untuk berlamaan di kamarnya karena Yesya yang terus-menerus terbayang. Akhirnya dia ingin kembali ke kamar orangtuanya namun beberapa detik setelah menuruni tangga Yusuf merasakan pusing. Lagi-lagi tubuhnya melemas, dan akhirnya laki-laki itu jatuh pingsan.

Azhar dan Zainab baru saja kembali ke ndalem. Mereka mendapati Yusuf yang sudah terbaring di lantai dekat tangga. Segera Azhar mengangkat tubuh putranya itu dan membawanya kembali ke kamar. Setelah beberapa saat akhirnya Yusuf tersadar dari pingsannya.

"Sayang, makan dulu ya nak" bujuk Zainab dengan lembut. Yusuf tidak menjawab dia hanya menggelengkan kepalanya.

Tidak biasanya rayuan Zainab tidak berhasil membuat Yusuf luluh. Azhar yang turut membujuk anaknya itu pun tidak berhasil.

"Nak, dengerin bunda sayang, ayo makan. Nanti Yesya juga sedih melihat kamu yang belum bisa ikhlas seperti ini." Akhirnya Yusuf menurut.

Zainab mulai menyuapi putranya itu. Hanya lima suapan yang masuk, Yusuf sudah menggelengkan kepalanya.

"Nggak mau lagi nda"

"Satu lagi ya sayang?" Yusuf tetap menolak. Akhirnya Zainab menyudahi lalu Azhar memberikan Yusuf minum.

Tidak lama kemudian, Valdy dan Husein sudah sampai di ndalem. Azhar dan Valdy membantu membawa Husein ke kamar tamu yang ada di ndalem. Setelah itu Valdy datang ke kamar Yusuf.

"Assalamualaikum suf, gua boleh masuk?" Ujar Valdy sambil mengetuk pelan pintu kamar yang terlihat sedikit terbuka itu. Yusuf dengan cepat menyembunyikan tabung darah yang selalu di genggamannya itu.

"Waalaikumsalam, masuk aja val." Valdy pun langsung masuk. Valdy duduk di pinggir kasur Yusuf.

"Suf, yang sabar ya. Jangan nangis terus, kasian Yesya suf." Valdy mengusap pundak Yusuf.

"Wajahnya selalu terbayang val." Lirih Yusuf.

"Yang sabar ya suf, doain terus." Yusuf mengangguk.

°°°°°°°

S

etelah isya semua santri di kumpulkan di ndalem dan juga ada beberapa orang kerabat yang datang untuk menghadiri pengajian untuk mendoakan Yesya.
Terlihat Yusuf sedang duduk, dengan tatapan kosong. Terlihat matanya sudah sembab karena terus menangis. Setelah pengajian selesai Aruna mendatangi Yusuf yang sedang duduk di teras ndalem.

"Gus, saya turut berdukacita ya, seandainya besok kesedihan Gus sudah hilang, apa boleh saya menjadi pengganti Yesya?"

"KURANG AJAR, berani-beraninya kamu datang ke sini dan berkata seperti itu. DASAR PEREMPUAN GILA, PERGI KAMU DARI SINI!!!" Mendengar bentakan Yusuf, Valdy Azhar dan Zainab Keluar dan melihat apa yang terjadi.

"Ya Allah nak, ada apa ini?"

"Dia yah, bisa-bisanya dia ada di sini dan menawarkan diri dan meminta Yusuf untuk menikah dengannya." Aruna pergi melenggang begitu saja.

Sedangkan Zainab mengusap-usap punggung Yusuf agar putranya itu dapat mengontrol kembali emosinya. Akhirnya mereka membawa Yusuf untuk masuk.

Setelah menenangkan Yusuf, Azhar dan Zainab membawa Husein untuk ke kamar dan sekalian memberikan Husein makan malam, karena sedari tadi laki-laki itu tidak mau makan.

"Husein, makan dulu ya nak, kamu perlu makan biar cepat sembuh."

"Husein kangen Yesya yah, nda." Azhar memeluk tubuh Husein dan membujuk nya kembali untuk makan. Dan Alhamdulillah nya Husein nurut dan Zainab menyuapi Husein untuk makan.

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang