Kata-kata yang menyakitkan

467 13 0
                                    

⚠️ cerita ini direvisi ulang ya guys. Terimakasih sudah baca, jangan lupa vote dan komen. Terimakasih🙏🥰
____________________________________

Seperti biasa saat waktu tahajud tiba, Yesya terbangun dari tidurnya. Yesya terheran ketika tersadar bahwa sekarang dirinya sudah diatas kasur.

Kemudian Yesya terfokus pada seseorang yang terlihat sedang tertidur di meja belajarnya. Yesya pun berjalan kearah Yusuf lalu membangunkan laki-laki itu.

"Gus, bangun dulu yuk kita tahajjud" Yusuf masih tetap tertidur lelap, dia tidak merespon ucapan Yesya.

Yesya memberanikan diri untuk menyentuh lengan Yusuf. "Gus, bangun yuk" ujar Yesya kembali

"Ntar lagi nda Yusuf capek" lirih laki-laki itu dengan suara seraknya.

Yesya terkekeh mendengar perkataan Yusuf, Yesya membiarkan Yusuf tertidur, dan dia langsung bergegas ke kamar mandi.

Selesai membersihkan diri dan juga mengambil wudhu yesya kembali mencoba untuk membangunkan Yusuf tahajud dan untuk kali ini berhasil.

Mata Yusuf perlahan terbuka dan melihat Yesya yang sedang berada di sebelahnya. Tanpa mengucapkan apapun Yusuf segera masuk ke kamar mandi untuk bebersih dan mengambil wudhu. Sedangkan Yesya menunggu Yusuf.

Setelah beberapa menit Yusuf keluar dari kamar mandi. Lagi-lagi Yusuf hanya diam dan langsung memulai shalat sendiri. Yesya pun menarik nafas untuk mengendalikan dirinya.

Setelah tahajjud Yusuf pergi keluar kamar dan pergi menuju asrama para santri. Yesya hanya bisa diam dan mengisi waktu dengan mengaji. Tidak terasa shalat subuh telah masuk, Yesya hanya shalat sendirian di kamar.

Selesai itu Yesya turun untuk mencuci pakaian kotor. Di bawah Yesya bertemu dengan Zainab. "Assalamualaikum, anak bunda rajin banget sih pagi gini sudah mau nyuci aja. Nyuci bareng bunda yuk?" Ujar Zainab kepada menantunya.

"Waalaikumsalam bunda, terimakasih nda tapi ini sudah kewajiban sya nda." Ujar Yesya pula yang masih memegang keranjang pakaian kotor.

"Oh iya Yusuf mana?" Yesya terdiam mendengar pertanyaan Zainab.

"G-gus Yusuf di masjid nda"

"Maaf ya nak Yusuf belum bisa menjadi imam mu sepenuhnya." Yesya menurunkan keranjang kain tersebut lalu menggenggam lembut kedua tangan Zainab.

"Jangan berbicara seperti itu nda, sya bersyukur bisa memiliki Gus Yusuf" Zainab seketika memeluk tubuh Yesya sambil menitihkan air mata.

Selesai mencuci pakaian, Yesya kembali ke kamar untuk menyiapkan pakaian Yusuf untuk ke kantor. Setelah itu dia kembali untuk membantu Zainab memasak.

Beberapa saat kemudian Yusuf kembali bersama ayahnya. Yusuf segera mandi dan mengenakan pakaian, kemudian dia turun untuk sarapan.

Pagi ini Yusuf sarapan dengan sangat lahap. Yusuf merasa makanan lagi ini sangat lezat. Melihat Yusuf yang makan dengan lahap membuat Azhar dan Zainab terkekeh.

"Lahap banget makanya nak" ujar Azhar yang kemudian dijawab oleh Yusuf.

"Soalnya masakan bunda enak banget sih, Yusuf suka"

"Itu bukan bunda yang masak nak, itu istri kamu yang masak" perkataan Zainab seketika membuat ekspresi Yusuf berubah sembilan puluh derajat.

Wajahnya yang semula terlihat manis tiba-tiba berubah menjadi datar dan dingin. Yusuf segera meraih gelas lalu minum dan tidak menghabiskan sarapannya.

"Yusuf, kamu kenapa lagi nak?" Ujar Zainab yang melihat Yusuf meninggalkan sarapannya. Yesya juga ikut bingung dengan Yusuf yang tiba-tiba berubah menjadi seperti itu.

"Yusuf pamit dulu yah, nda, sarapan nya nggak enak" seketika hati Yesya terasa sakit.

"Yusuf kapan kamu akan berubah, tolong hargai istri kamu. Dan ayah nggak pernah ajarin kamu untuk membuang-buang makanan" ujar Azhar.

"Yusuf nggak peduli, Yusuf nggak mau makan kalau dia yang masak." Laki-laki itu pergi begitu saja.

Yesya hanya bisa menahan air matanya yang sudah terasa memenuhi pelupuk matanya. Namun usaha nya gagal, cairan bening itu mengalir keluar membasahi pipinya. Zainab pun segera memeluk Yesya.

"Sya nggak apa-apa nda" ujar Yesya menyembunyikan air matanya.

°°°°°°°

"Tumben lu sarapan di kantin?" Tanya Valdy sambil menatap Yusuf yang sedang memakan sebungkus nasi kuning.

Wajar saja Valdy bertanya-tanya, Yusuf memang sangat jarang untuk membeli makanan di kantin saat jam sarapan. Biasanya Yusuf hanya makan di kantin saat jam istirahat.

"Bunda nggak masak?" Valdy kembali bertanya.

"Nggak, yang masak Yesya" jawab Yusuf singkat.

"Kenapa nggak di makan istri lu udah capek-capek masak juga"

"Nggak peduli." Valdy hanya menghembuskan nafasnya kasar.

"Kita liat sampai kapan lu tahan begini."

°°°°°°

Ya Hayatirruh (Wahai Belahan Jiwaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang