Bab 2 - Wasiat ✓

8.7K 318 32
                                    

"Pernikahan yang tidak di awali dengan perasaan Cinta. Belum tentu, tidak akan bisa bahagia."
-smileegirlss

~Happy Reading~


Malam berganti pagi. Sinar bulan digantikan dengan sinar mentari yang mulai menampakkan diri. Namun, seorang gadis masih saja tertidur di dalam balutan selimutnya. Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Gretha.

Tak berapa lama kemudian, gadis itu terbangun dari tidurnya. "Udah pagi aja," ucap gretha ketika melihat ke arah jendela yang terlihat terang, sambil mengucek matanya menggunakan tangan kanan.

Gretha meringis kala merasakan perih ditangannya. "Shhh, sakit banget. Oh iya, tangan ini, kan, semalam kena kaca. Kok bisa lupa, sih?" kesalnya, menahan perih di telapak tangannya.

Kemarin Gretha tak sengaja memecahkan gelas kesayangan Rina. Ia sudah meminta maaf, tetapi ibunya itu malah membentak dan mendorongnya sehingga telapak tangan kanannya terkena serpihan kaca yang berhamburan di lantai.

Gretha bangkit dari tempat tidur, lalu membereskan selimut dan bantal yang di pakainya. Setelah itu, ia mengambil handuk untuk segera mandi. Dirinya harus segera menyiapkan sarapan untuk semuanya.

Kalau kalian bingung kenapa tidak pakai pembantu? Alasannya, karena ibu tirinya mengatakan bahwa itu hanya pemborosan uang saja. Jadinya semua pekerjaan di rumah ini dia yang melakukannya.

Setiap pagi, ibu tirinya selalu membantunya menyiapkan sarapan agar ayahnya tidak mencurigai wanita itu. Namun, untuk makan siang dan makan malam, semua tugas dialihkan kepadanya.

Gretha pun, memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi.

🥀🥀🥀

"Sayang kamu pasti sembuh, aku yakin itu. Kamu ingat! Aku dan Alex akan tetap menunggumu," ucap Veno sambil menggendong Alex yang sedang tertidur.

"Iya Mas semoga saja. Oh iya, sebelum aku operasi, boleh telpon kan Gretha nggak, Mas? Aku ingin ketemu dia," pinta Fany dengan tersenyum.

Veno yang mendengar permintaan Fany langsung menghela napasnya berat. Dia sudah tau apa yang ingin dibicarakan istrinya kepada sahabatnya itu.

Gretha dan Fany telah bersahabat dari zaman SMA. Fany sangat menyayangi Gretha karena hanya dia lah teman satu-satunya yang mau bermain dengan wanita introvert sepertinya.

"Hem, baik. Aku telpon Gretha dulu." Veno beranjak pergi ke sofa di pojok ruangan, kemudian menidurkan Alex di sana.

Setelah itu, Veno mengambil handphone yang berada di dalam saku celananya. Ia mencari kontak sahabat istrinya itu, lalu menelponnya. Tidak lupa, ia juga menyalakan speaker agar Fany ikut mendengar pembicaraan mereka

Sementara, Gretha yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya pun, keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di sekitar dada sampai bawah lututnya. Namun, ketika dia ingin mengambil baju, pandangannya teralihkan ke handphone-nya yang berdering di atas nakas, samping tempat tidur miliknya.

drttt! drttt! drttt!

"Siapa yang pagi-pagi gini nelpon yah?" bingung Gretha sembari berjalan menghampiri handphone-nya yang sedari tadi berdering. Ia melihat nama pemanggil yang ternyata ialah Veno-suami sahabatnya. Gadis itu segera mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Halo, ada apa ya Kak?" tanya Gretha memanggil Veno dengan sebutan 'kakak'. Veno sebenarnya lebih tua tiga tahun dari Gretha yang saat ini berusia 25 tahun.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang