"Kematian adalah hal yang menyakitkan. Tapi, kematian itu pula yang dapat merubah orang lain."
~Happy Reading~
•
•
•Saat ini seluruh keluarga Aldebaran dan Gretha sedang berada di depan ruang operasi.
Semuanya menunggu dengan wajah yang penuh rasa cemas. Tak terkecuali, Gretha. Ia bahkan sampai mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Sedangkan, yang lain duduk di kursi tunggu dengan gelisah.
"Apakah kamu tidak bisa berhenti? Kami juga sama cemasnya seperti mu. Duduklah!" titah Veno yang tak bisa diganggu gugat. Ia merasa jengah kala melihat gadis itu tak bisa berdiri dengan tenang.
Gretha yang mendengarnya pun, langsung berhenti. Ia menoleh ke arah sumber suara yang telah memarahinya dan hanya bisa menghela napasnya pelan, lalu ikut duduk bersama keluarga Aldebaran lainnya.
"Papa ..., Papa ...," panggil Alex.
"Kenapa?"
"Mama kok masuk ke dalam situ, sih, Pa? Alex boleh ikut nemenin Mama nggak? Alex takut Mama kesepian disana," tanya Alex dengan raut sedih yang terpancar jelas di wajahnya.
Veno yang mendengar pertanyaan dari anaknya, hanya bisa menghela napasnya, berat. Ia tidak tau mau menjawab pertanyaan itu dengan cara apa.
Gretha yang melihat Veno tidak menjawab pertanyaan Alex pun, menghampiri bocah itu. Ia berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Alex, walaupun sangat susah karena tubuhnya yang tidak mendukung.
"Alex, Mama kamu lagi main dokter-dokteran di dalam sana. Mama kamu di sana jadi pasien, kalau nanti Mama sudah selesai pasti kesini," bohong Gretha.
"Beneran Tante?" tanya Alex dengan mata yang berbinar terang.
Gretha yang melihatnya, mengangguk dengan ragu. Dia sebenarnya tidak ingin berbohong dengan bocah manis di hadapannya ini. Namun, ia tak bisa mengatakan hal yang sebenarnya karena takut Alex akan menangis selagi menunggu ibunya selesai dioperasi.
"Baiklah Tante, Alex mau nungguin Mama selesai main dokter-dokterannya. Kalau Mama sudah keluar, nanti Mama main sama Alex, deh. Nanti Alex yang jadi pasiennya," ucap Alex dengan penuh semangat. Namun, semua orang yang melihatnya, merasa sedih.
"Anak pintar," puji Gretha, memandang penuh iba.
Lima jam kemudian, ruang operasi pun terbuka dan menampilkan seorang dokter dengan raut wajah yang sedikit suram.
"Keluarga ibu Fany, kan?" tanya dokter itu, menghampiri seluruh keluarga Aldebaran.
Veno yang melihatnya, langsung bangkit menghampiri sang dokter.
"Iya Dok, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Veno cepat. Firasatnya semakin tidak enak ketika melihat dokter yang menangani operasi istrinya, tersenyum kecut dengan helaan napas yang terasa berat.
"Saya mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menyelamatkan Ibu Fany karena terjadinya kerusakan lain di organ tubuh pasien. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menanganinya. Namun, takdir berkata lain. Maaf kan saya," ucapnya sambil membungkuk sebentar.
Setelahnya, dokter itu pun, berlalu pergi dan diikuti oleh beberapa perawat yang membantu keberlangsungan operasi tadi.
Veno yang mendengar hal itu, seketika melemas. Tubuhnya pun, kini meluruh ke lantai dengan air mata yang mulai turun membasahi pipi.
Seorang pria yang biasanya bersifat dingin dan acuh. Namun, kali ini karena kehilangan sesosok istri yang amat dicintainya, membuat bahu pria itu bergetar serta mata yang merah dan membengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower's Fat Wife [End]
Roman d'amour⚠️ZONA BAPER⚠️ Menikah dengan suami sahabatnya sendiri? Tidak pernah ada di dalam kamus seorang gadis bernama Gretha. Gretha, si gadis bertubuh overweight, mengalami hal yang tidak pernah sama sekali dibayangkannya akan terjadi. Ia berharap menikah...