Bab 9 - Sah ✓

6.4K 236 195
                                    

"Tidak semua orang beruntung bisa menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi semua orang bisa beruntung menjadikan orang yang dinikahi sebagai cinta terakhirnya."
-Smileegirlss

~Happy Reading~


Veno yang telah menghabiskan makanannya pun, beranjak untuk membayar pesanannya ke kasir. Ketika dia berada di depan Gretha, ia pun bertanya, "Berapa totalnya?"

"170 ribu, Pak," balas Gretha dengan tatapan datar.

Veno yang mendengarnya langsung kesal. Tadi, ia mendengar bahwa Gretha akan mentraktir pria yang bersamanya itu. Namun, ia yang merupakan calon suaminya sendiri, dimintai bayaran.

Bukan karena pelit atau apa, ia hanya tak suka Gretha terlalu baik kepada pria tadi.

Veno pun, mengambil uang berwarna merah sebanyak dua lembar dari dalam dompet, lalu menyerahkannya kepada Gretha. Ia juga menolak kembalian yang diberikan kepadanya.

Gretha heran melihat calon Veno. Sepertinya mood pria itu gampang sekali berubah.

Setelah selesai membayar, Veno pergi dari kafe itu dengan wajah yang ditekuk.

"Huftt, enak banget kue di sana. Nggak nyesel, deh, gue belinya. Mana kasirnya imut lagi, ya ... walaupun badannya sedikit lebih besar."

Veno yang mendengar ucapan Sandy pun, langsung menoleh ke arahnya, dan menatap tajam pria tersebut. Entah apa yang salah pada dirinya, ia juga tak tahu.

"Eh, Ven. Lain kali makan di sana lagi, yok. Ketagihan gue," tutur Sandi sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan.

Veno hanya berdehem, "Hm."

🥀🥀🥀

Tak terasa tiga Minggu telah berlalu. Hari ini di tempat mempelai wanita, akan dilaksanakan akad pernikahan yang akan mengikat janji suci kedua mempelai.

Gretha yang sedang dirias di dalam kamar, menangis. Mengingat mulai hari ini, ia akan menjadi istri seseorang. Dan yang lebih membuat hatinya perih ialah tidak ada dasar cinta sama sekali di antara keduanya.

"Aduh Mbak jangan nangis dong, nanti make up-nya luntur lagi. Acara ijab kabulnya sebentar lagi mau dimulai," pinta sang MUA.

Gretha yang merasa bersalah karena telah merepotkan pun, menghapus air matanya dengan dibantu MUA.

Suara mikrofon mulai terdengar di telinga semua orang, yang artinya acara tersebut akan segera dimulai. Gretha pun turun dengan didampingi oleh Ana yang berada di sisi kanannya. Ana membantu mengiringi Gretha untuk duduk di sebelah Veno yang telah siap di depan meja akad.

Pria itu hari ini terlihat sangat tampan. Terlebih lagi saat ini, ia menggunakan peci hitam di atas kepalanya. Hal itu menambah kadar ketampanan seorang Veno Lethanio Aldebaran.

"Sudah siap, Nak?" tanya Andi, kemudian menjabat tangan calon menantunya ini.

Veno mengangguk dengan tegas. Jantungnya semakin berdebar tak keruan, meskipun ini bukan ijab kabul yang pertama untuknya. Keringat pun mulai membasahi pelipisnya.

"Insyaallah, saya siap."

Andi menarik napasnya sebentar. Jujur saja, ia juga sangat gugup karena sebentar lagi dirinya akan menyerahkan putri semata wayangnya itu kepada pemuda di hadapannya ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang