Bab 52 - Obrolan ringan

4.5K 140 0
                                    

"Hal terpenting dalam sebuah hubungan ialah komunikasi dan rasa kepercayaan. Bila kedua itu tidak ada, niscaya hubungan tersebut akan sangat mudah retak."
-smileegirlss

~Happy Reading~


"Sayang, jadi selama ini kamu selalu diperlakukan secara tidak baik oleh mereka berdua?" tanya Veno, menatap sendu sang istri.

Seulas senyuman tipis ditunjukkan Gretha kepada Veno. "Itu sudah lama, jadi tidak perlu diungkit kembali, Mas," ucapnya menggenggam tangan Veno.

Veno menghela napasnya pasrah, kemudian mencium dahi dan kedua pipi Gretha bergantian.

"Kalau ada yang jahatin kamu lagi, kasih tau sama mas ya, sayang," pintanya yang dibalas anggukan kepala oleh sang empunya nama.

Mika tersenyum melihat keduanya yang tampak harmonis.

"Kakak," panggilnya, menghampiri brankar Gretha.

Gretha menoleh ke belakang tubuh Veno dan tersenyum kala melihat Mika menghampirinya dengan senyuman yang terbit indah di bibir gadis itu.

Sebuah pelukan diberikan oleh Mika untuk Gretha. "Kak, aku kangen banget sama Kakak," cicitnya.

Veno yang melihat Mika memeluk istrinya dengan erat, segera melepaskan pelukan di antara keduanya.

"Ih apaan sih, Kak?" sungut Mika, menatap tajam Veno yang memandangnya kesal.

"Kamu peluk istri aku terlalu kuat, kalau dia sesak napas, gimana? Bahkan, aku aja belum berani meluk dia," ucapnya lirih di akhir kalimat.

Semua yang ada di sana tertawa mendengar ucapan Veno.

"Anak Mama cemburu nih ceritanya?" goda Risa menghampiri ketiganya.

Veno mendengus pelan. " Iya, lah, aku cemburu. Masa aku yang terakhir meluk istri aku sendiri."

Risa tertawa kecil karena tidak menyangka bahwa putranya tak mengelak.

"Siapa suruh kamu nggak mau peluk mantu Mama. Sini Sayang, mama juga kangen sama kamu," ujarnya, menghampiri dan memeluk Gretha yang tersenyum kepadanya.

Kedua wanita berbeda usia itu berpelukan dengan pandangan yang terus melihat ke wajah Veno. Keduanya tertawa melihat wajah itu semakin muram.

"Mama juga sama aja," kesal Veno mencebikkan bibirnya ke depan.

"Makanya, sini peluk istri kamu! Jangan gengsi lagi." Risa menjauh dari tubuh Gretha dan menatap wajah putranya dengan senyum mengejek.

Veno mendengus pelan, kemudian menatap ibunya. "Aku bukan gengsi Ma, cuma aku tau kondisi Gretha masih belum pulih. Aku takut Gretha-nya kenapa-kenapa."

"Kalau cuma untuk pelukan nggak pa-pa, kali. Kecuali kalau kamu terkam istri kamu di sini," ucap Risa dengan santainya.

Veno dan Gretha melotot mendengar penuturan itu. Mereka refleks melihat ke arah Alex yang ternyata masih asik bercerita dengan kedua kakeknya di sofa ruang inap.

Mika yang mendengarnya tertawa kecil. Ia melihat ke arah Veno yang kini telinga pria itu sudah memerah malu.

"Kak, kayaknya benda yang aku belikan untuk Kakak, sebentar lagi bakal dipakai, deh," goda Mika membuat wajah Gretha memerah padam.

Veno dan Risa mengernyitkan dahinya heran.

"Benda apa, Sayang?" tanya Veno menatap Gretha heran. Kedua alis pria itu bertaut.

"Bu-bukan apa-apa, Kak," jawab Gretha terbata-bata.

Veno hanya menganggukkan kepalanya kecil, meskipun dirinya masih amat sangat penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Mika. Namun, jika istrinya tidak mau memberitahu dirinya, ia tak akan memaksa.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang