"Sayang karena nyaman akan pergi ketika sudah tidak nyaman lagi, tetapi yang benar-benar sayang akan selalu ada walaupun tidak nyaman"
-Anggota WI~Happy Reading~
•
•
•Bunyi dering HP miliknya, membuat atensi Veno teralihkan. Ia merogoh sakunya, kemudian mengambil ponsel yang di layarnya tertera nama Sandi. Ia mengangkat panggilan itu.
"Halo, Ven. Gue ada sedikit kabar tentang berita lo itu," ucap Sandi di sebrang panggilan.
"Hm, apa?"
"Gue udah ngelacak keberadaan situs itu. Tapi, lokasinya berada di tengah hutan. Untuk masalah pelakunya gue belum bisa menemukannya. Tapi kayaknya bukan Sofia pelakunya."
"Kok lo bisa yakin?"
"Ya, nggak mungkin dong dia ke tengah hutan segala."
"Kenapa nggak mungkin? Bisa aja kan dia nyuruh anak buahnya untuk membuat itu seolah-olah di tengah hutan. Tapi mau siapapun pelakunya, orang itu sangat licik," geram Veno mengingat skandalnya yang menyebar luas.
"Licik gimana?" Tanya Sandi heran.
"Iya, licik. Dia bisa saja kan, membuat situsnya agar tidak bisa dilacak siapapun. Namun, dia nggak melakukan itu. Gue yakin, pasti dia mau memancing kita agar kesana."
"Wah, kok gue nggak kepikiran ya. Ck, keren banget lo," kagumnya dengan kepintaran Veno.
"Gue tutup. Makasih infonya." Tanpa menunggu jawaban dari Sandi, dirinya langsung memutuskan panggilan secara sepihak.
Ia beranjak melangkah ke kamar.
🥀🥀🥀
Ceklek!
Bunyi pintu terbuka mengalihkan pandangan Gretha. Ia melihat Veno yang telah berdiri di ambang pintu.
Veno menutup pintu kamar, kemudian beranjak naik ke atas tempat tidur. Ia berdehem untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba muncul menyelimuti keduanya.
"Kamu kenapa belum tidur?" Tanyanya tanpa menoleh ke arah Gretha.
"A-aku nungguin Kakak. Aku mau nanya, Kakak mau tidur di sini atau sofa?"
Kernyitan tipis terpampang di dahi putih Veno. Ia menolehkan wajahnya untuk menatap ke arah Gretha.
"Maksud kamu? Kita tinggal tidur berdua saja di sini, nggak perlu ribet memikirkan hal lain," sungutnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya dengan mata yang tetap fokus ke arah Gretha.
"Bukan gitu Kak. Aku hanya takut Kakak nggak nyaman satu ranjang sama aku. Kalau Kakak mau tetap tidur disini, aku saja yang tidur di atas sofa," jelasnya panjang lebar.
Ia mengambil bantal dan guling yang tadi di pakainya. Namun, sebuah tangan yang cukup besar menghentikannya.
"Sudah, kamu di sini saja. Kalau kamu ngerasa nggak nyaman, kita batasi aja pakai guling," sarannya seraya meletakkan sebuah guling di tengah kasur.
"Beneran nih Kak? Kamu nggak keberatan kalau kita berbagi satu ranjang?" Tanyanya memastikan. Ia takut Veno merasa risih berada di dekatnya.
Veno menggelengkan kepalanya cepat. "Sini," ucapnya sambil menepuk sisi sebelah kanan tempat tidur.
Gretha menaiki tempat tidur dengan ragu. Ia melihat Veno yang menatap ke arahnya dengan tatapan lembut.
Gretha merasa heran. Biasanya pria itu kan selalu menampilkan tatapan tajamnya, namun mengapa kali ini sangat berbeda?
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower's Fat Wife [End]
Romance⚠️ZONA BAPER⚠️ Menikah dengan suami sahabatnya sendiri? Tidak pernah ada di dalam kamus seorang gadis bernama Gretha. Gretha, si gadis bertubuh overweight, mengalami hal yang tidak pernah sama sekali dibayangkannya akan terjadi. Ia berharap menikah...