Bab 46 - Menyelamatkan

3.4K 124 0
                                    

"Lebih baik aku saja yang kau sakiti, daripada orang yang kucintai."
-Gretha Juwita Alvarendra

~Happy Reading~


"Dasar gila!" caci Gretha, menatap tajam Felix yang melamun.

Felix yang mendengar hinaan dari Gretha untuknya, seketika tersadar.

"Lo tuh, nggak tau apa-apa," geramnya pada Gretha.

"Gue udah ngejar Fany selama dua tahun lamanya. Setiap hari gue ngantar makanan ke kosnya, gue antar-jemput dia ke kampus, gue sampe rela nggak menjenguk ibu gue yang udah sekarat di rumah sakit, hanya karena apa? Hanya karena nganterin dia," ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat.

Felix menunduk, kala rasa bersalah terhadap ibunya datang kembali menghantuinya.

Gretha yang melihatnya, merasa iba. Ia tahu bagaimana sakitnya perasaan Felix sekarang, tapi ia tidak bisa membenarkan semua tindakan yang telah dilakukan pria itu. Ia juga tidak menyangka bahwa pria yang sering diceritakan Fany adalah Felix.

"Fany nggak salah, tapi lo yang salah! Dia nggak ada nyuruh lo untuk ngelakuin semua itu. Lo yang maksa dia untuk nerima perlakuan lo itu. Gue bersyukur Fany menemukan Mas Veno yang mampu menjaganya. Mungkin jika Fany bersama lo, dia nggak akan bisa hidup lama."

Felix yang mendengar hinaan dari Gretha untuknya, merasa marah. Ia menarik rambut Gretha ke belakang dengan kasar.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus milik Gretha. Gretha yang merasakan perih akibat tamparan keras itu, meringis tertahan.

"Tutup mulut sialan lo itu!" kesal Felix seraya menambah kekuatan tarikannya pada rambut panjang milik Gretha.

"Awwsh, sa-sakit. Lepasinh!" Gretha merasa rambutnya seperti akan lepas dari kepalanya. Akar rambut yang tertarik kuat, banyak yang berputusan. Bahkan, rambutnya banyak yang rontok memenuhi lantai di sekitar ia duduk.

"Makanya, jaga mulut sialan lo itu!" ancam Felix penuh penekanan. Kemudian dirinya menghantamkan kepala Gretha di besi belakangnya dengan sedikit kuat.

"Tapi emang bener apa yang gue bilang!" tantang Gretha dengan sedikit meringis. Matanya menatap tajam ke arah Felix seolah menantang pria itu.

Gretha saat ini, sudah tidak perduli lagi akan nyawanya yang terancam. Lebih baik ia mati, daripada membuat Felix merasa puas karena dirinya ketakutan.

Bugh!

Felix kembali membenturkan kepala Gretha di tiang besi itu, dengan lebih kuat. Ia melakukannya beberapa kali.

Gretha yang kepalanya dibenturkan beberapa kali ke tiang besi, merasa seperti ada sesuatu yang mengalir dari kepalanya. Ia yakin sekali bahwa itu adalah darah.

Gretha tidak bisa menutup darah itu dengan tangan, dikarenakan kedua tangannya masih dalam keadaan terikat.

"Gue sebenernya nggak mau nyakiti lo kayak gini Gretha. Tapi mulut lo itu, harus dikasih pelajaran." Felix melepaskan tangannya dari kepala Gretha.

"Tapi gue nggak mau buang tenaga gue lagi. Gue mau nyimpan tenaga gue untuk bunuh suami lo, kebetulan sebentar lagi dia akan datang," ucapnya dengan smirk yang tercetak di bibirnya.

Gretha yang mendengar penuturan pria itu spontan menggeleng kuat. Air mata yang sejak tadi ditahannya, luruh tak terbendung.

Dirinya tidak masalah bila harus kehilangan nyawanya, tapi jangan Veno. Lelaki itu yang sudah membuat kebahagiaannya kembali, dan lelaki itu juga yang sudah menghujaninya dengan banyak cinta.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang