Bab 58 - Salbrut

4.6K 109 2
                                    

"Dalam menjaga keharmonisan rumah tangga, jangan berjanji untuk tidak saling menyakiti, tapi berjanjilah untuk bertahan, meski salah satu tersakiti."

~Happy Reading~


Kini setelah menyelesaikan subuh berjamaah, keduanya berpandangan dengan bibir yang saling memperlihatkan senyum bahagianya. Veno yang bahagia telah memiliki istrinya sepenuhnya dan Gretha yang bahagia karena statusnya bukanlah seorang gadis lagi, melainkan seorang istri seutuhnya dari Veno Lethanio Aldebaran.

Setelah meletakkan mukenanya, Gretha beranjak menaiki tempat tidur. "Mas, aku tidur lagi, ya," ucap Gretha meminta izin kepada suaminya.

Seluruh tubuhnya terasa sangat lelah karena kegiatan mereka semalam. Rasanya tulangnya hampir mau rontok dari badannya.

"Iya Sayang, tidur aja lagi, kamu pasti masih capek. Masalah sarapan, nanti aku aja yang buat." Veno menyelimuti tubuh Gretha dan mencium kening istrinya sekilas.

Veno tersenyum melihat Gretha mulai memejamkan mata. Ia beranjak pergi ke dapur untuk membuat sarapan.

Veno sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Ia membuat nasi goreng dengan omelette di atasnya, dan mengupas beberapa buah untuk dijadikan sebagai pencuci mulut, kemudian pergi ke lantai atas, memanggil Alex agar segera turun untuk sarapan.

"Alex, turun. Ayo sarapan!" ajaknya, melihat Alex yang sedang mengancingkan seragam sekolah.

Alex menoleh ke arah ayahnya yang telah berdiri di depan pintu. "Loh, kenapa Papa yang manggil? Biasanya Mama. Tunggu ya, Pa." Ia buru-buru mengambil tas sekolahnya yang berada di atas ranjang, kemudian berlari menghampiri Veno.

"Mama mana, Pa?" tanya Alex sesampainya di dekat Veno.

"Mama di kamar," balas Veno seraya melangkahkan kakinya.

Alex yang mendengarnya hanya ber 'oh' ria saja. Ketika melewati kamar orang tuanya, Alex berniat untuk menghampiri ibunya. Ia membuka pintu kamar orang tuanya, tapi langsung di cegah oleh Veno.

"Kamu mau ngapain?" tanya Veno dengan alis kanan yang sedikit terangkat.

"Aku mau ketemu Mama, Pa."

"Nggak, nggak boleh!" tolak Veno tegas.

"Sebentar aja, Pa. Alex mau nyium pipi Mama," jelasnya. Memang sudah menjadi kebiasaan bocah itu untuk mencium pipi ibunya setiap pagi.

Veno mendengus sebal. "Nggak! Mama lagi capek, besok aja kalau mau nyium." Ia menutup pintu yang sedikit terbuka karena ulah anaknya.

"Mama capek kenapa, Pa? Sebelum tidur, Mama baik-baik aja tuh. Papa boong ya." Alex menatap kesal Veno dengan berkacak pinggang.

Veno mengabaikan pertanyaan anaknya. Ia malah sibuk tersenyum seperti orang gila ketika memikirkan kejadian semalam. Ingatan itu terus berputar di otaknya.

Sedangkan Alex menatap heran ayahnya. Papa kenapa senyum-senyum sendiri kayak orang gila, batinnya bertanya.

"Papa kenapa senyum-senyum terus?" tanya Alex yang membuat Veno mengulum senyumannya.

"Nggak ada, udah ayo sarapan!" Veno menggandeng tangan Alex untuk turun ke lantai bawah. Ia membawa anaknya duduk di kursi makan, kemudian menghidangkan sarapan buatannya di piring.

"Pa, Mama capek kenapa? Tadi Papa nggak jawab pertanyaan Alex," kesalnya ketika mengingat pertanyaan yang diajukannya sebelumnya, belum juga terjawab.

Veno terdiam sejenak memikirkan alasan yang logis. Namun, tak kunjung juga menemukannya. Otaknya kini terasa buntu, tak bisa memikirkan alasan apa pun.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang