Bab 50 - Pergi?

3.5K 120 6
                                    

"Percayalah kepada Allah ketika segala sesuatu tidak berjalan seperti yang kamu inginkan. Allah telah merencanakan sesuatu yang lebih baik untukmu."

~Happy Reading~


Biippp ...!

Bunyi monitor di ranjang pasien lain semakin nyaring berbunyi. Tanda vital pasien itu semakin tidak beraturan. Gelombang listrik jantung hilang, pertanda bahwa jantung pasien sudah berhenti. Tensi pun, mulai berkedip-kedip karena semakin rendah. Irama napas mulai menurun pertanda pernapasan mulai tidak stabil dan akan berhenti.

Tak berapa lama kemudian, irama monitor pasien itu berhenti total. Semua garis menunjukkan garis lurus.  Keluarga pasien yang sedari tadi memperhatikan kepala keluarga mereka, menangis sejadi-jadinya. Mereka meraung atas kepergian suami beserta ayahnya.

Hal itu, membuat Veno semakin cemas. Semua doa dirapalkannya untuk keselamatan sang istri. Ia tak sanggup bila harus kehilangan sosok yang dicintai untuk kedua kalinya.

Meskipun Gretha baru dua bulan menjadi istrinya, namun hatinya tak menampik bahwa dirinya sangat mencintai istrinya itu.

Seluruh tubuh Veno bergetar hebat. Kaki pria itu melemas dan sulit untuk berdiri. Ia memegang dinding di sana untuk membantunya berdiri tegak.

Mata pria itu terus mengeluarkan air mata yang sedari tadi belum juga berhenti. Matanya bengkak dan memerah. Tak terkecuali, dengan Alex yang sudah ikutan menangis melihat ibunya tak kunjung sadar.

Di dalam sana, Mariska terus berusaha untuk mengembalikan detak jantung pasiennya agar kembali normal. Seluruh tubuh wanita itu sudah dipenuhi dengan keringat.

Hampir sepuluh menit dia berusaha mengembalikan detak jantung Gretha, wajahnya seketika lega kala mendengar teriakan salah seorang perawat.

"Detak jantungnya kembali!"

Tanda-tanda vital Gretha kembali normal. Veno dan Alex yang melihat hal itu seketika merasa lega.

Tangis haru keluar dari mata Veno, kemudian ia sujud syukur dan mengucapkan banyak sekali ucapan syukurnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dirinya sangat senang, akhirnya tuhan mengabulkan permohonannya.

Terdapat dua suasana yang kini menyelimuti ruang ICU. Suasana berduka yang dialami keluarga dari pasien yang meninggal, dan bahagia yang dialami Veno ketika melihat kondisi istrinya sudah kembali normal.

Meskipun, dirinya tidak tahu, apakah Gretha akan sadar atau tidak? Yang terpenting dirinya merasa lega mengetahui bahwa istrinya telah melewati masa kritis.

Tak berapa lama, Pintu ruang ICU terbuka, dan menampilkan dokter Mariska yang keluar dengan wajah lelahnya. Mariska menghampiri keluarga pasien.

"Kami berhasil mengembalikan detak jantung pasien, dan sekarang telah melewati masa kritisnya. Namun, untuk kesadaran pasien dari koma, kamu belum bisa memprediksinya. Kita lihat saja perkembangan pasien dalam beberapa hari ini, semoga saja dirinya dapat merespon hal disekitarnya." Mariska menatap serius Veno.

"Pasien belum bisa dijenguk sekarang. Biarkan kondisinya stabil terlebih dahulu. Jika kalian ingin melihat pasien, bisa dari luar ruangan saja," lanjutnya menjelaskan perihal kondisi Gretha sekarang.

Veno mengangguk mengerti. " Baik, terima kasih Dok, sudah berusaha menyelamatkan istri saya."

Mariska tersenyum tipis. "Sudah tugas saya," ucapnya, kemudian berlalu pergi dari sana.

Veno kembali melihat ke arah ruang ICU. Ia tersenyum sendu melihat istrinya di sana. Seminggu Gretha tak sadarkan diri membuat tubuh gadis itu sedikit mengecil. Ia rindu memeluk tubuh itu. Pelukan hangat yang selalu membuatnya nyaman di saat dirinya merasa lelah.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang