Bab 20 - Kemarahan Veno

5.7K 175 4
                                    

"Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyadari bahwa dia sangat berarti bagiku, tetapi aku tak berarti apa-apa baginya."

~Happy Reading~


"Kak, turunin aku disitu aja," ucap Gretha dengan menunjuk ke arah tepi jalan yang masih jauh dari perusahaan maupun kafe Gretha.

Veno menoleh ke arah Gretha. Ia mengernyitkan dahi untuk meminta penjelasan.

Gretha melihat tatapan bingung yang ditunjukkan Veno kepadanya. Ia menghela napasnya pelan, sebelum menjelaskan maksudnya.

"Aku cuma nggak mau kalau yang lain lihat kita semobil," cicit gretha.

"Kamu nggak mau orang lain tau, kalau kita sudah menikah?" Tatapan Veno saat ini sudah berubah menajam.

Gretha yang melihat tatapan tidak bersahabat dari Veno pun terdiam. Ia tidak tahu, kenapa pria itu menatapnya dengan tatapan seperti itu.

"Yaudah, kamu turunlah," ucap Veno setelah menepikan mobilnya di pinggir jalan.

Gretha langsung saja membuka pintu dan keluar dari mobil. Namun, sebelum itu ia mengucapkan terima kasih terlebih dahulu kepada Veno.

Veno melajukan mobilnya dengan sangat cepat. Saat ini emosinya benar-benar melonjak tinggi.

Setelah sampai di parkiran perusahaan, ia keluar dari dalam mobil dengan membanting pintu mobilnya kasar.

Veno masuk ke dalam kantor dengan aura mematikan yang belum pernah ditunjukkannya selama ini.

Para karyawan yang ingin menyapanya, seketika mengurungkan niat mereka.

Eh lihat deh pak bos. Auranya ngeri banget.

Iya, biasanya nggak pernah semarah ini kalau lagi ada masalah.

Apa karena kangen istri bos yang sudah meninggal ya?

Eh, tapi pak bos makin cakep aja ya?

Begitulah bisikan-bisikan yang diucapkan para karyawan ketika melihat Veno masuk dalam keadaan marah.

Veno berbalik ke arah para karyawannya dan menatap mereka satu per satu dengan tajam.

"Kalian sudah bosan kerja? Kalau iya, silahkan ajukan surat pengunduran diri kalian ke HRD sekarang!" Sentak Veno pada semua karyawannya.

Mereka seketika bubar dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Namun, seorang karyawati tetap mengucapkan hal yang membuat Veno semakin kesal.

"Ihh, makin cakep aja jodoh gue," ucapnya girang dengan kedua tangan yang memegang dada.

Veno berbalik menatap karyawati itu. Ia menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Dan kamu. Saya bukan jodoh kamu. Saya sudah punya istri jadi nggak usah berharap." Veno melanjutkan langkahnya yang terhenti.

Para karyawan yang mendengar fakta keluar langsung dari mulut Veno sontak terkejut.

"Gue nggak salah dengar kan? Pak Veno sudah menikah lagi? Bukannya istrinya baru sebulan meninggal ya?" Tanya karyawan bernama Satria.

"Gue juga heran. Kok kita nggak tau ya?" Tanya karyawan bernama Rangga.

"Peluang gue jadi istrinya Pak Veno pun udah pupus," ucap wanita bername tag Vika. Wanita ini lah yang dari tadi ngebet kalau Veno adalah jodohnya.

"Eh, tapi istrinya bos siapa ya?" Heran mereka.

Veno menuju ruangan kantornya dengan tangan yang mengepal. Sandi yang melihat Veno diliputi amarah, mengikutinya dari belakang.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang