"Buatlah semua kenangan indah bersama orang yang engkau cintai, sebelum penyesalan itu tiba."
-smileegirlss~Happy Reading~
•
•
•"Mama," teriak Alex, berlari menghampiri semuanya yang sedang menunggu di depan ruang ICU.
Bocah itu baru saja pulang dari sekolah. Ia heran saat supirnya tidak membawanya pulang ke rumah, melainkan pergi ke rumah sakit. Setelahnya, ia mengetahui bahwa ibu sambungnya menjadi korban penembakan.
Alex menangis kejer kala melihat tubuh ibunya dari balik kaca. Kemudian dirinya menoleh ke arah Veno.
"Papa, mama kenapa belum bangun?" tanya Alex dengan air mata yang terus berlinang.
"Alex bahkan belum pernah memanggil mama Gretha dengan sebutan 'Mama'," sesalnya. Ia menangis terisak-isak dengan pandangan terus menatap Gretha.
"Apa mama Gretha bakal seperti mama Fany? Alex nggak mau kehilangan ibu lagi. Sudah cukup mama Fany ninggalin kita, Mama Gretha jangan," lanjutnya.
Air matanya itu terus jatuh tanpa bisa terbendung sedikit pun. Ia sudah sangat menyayangi ibu sambungnya itu. Dirinya baru saja mulai menerima ibu sambungnya, tapi kenapa hal seperti ini terjadi kembali?
Veno tidak mampu menjawabnya. Bibirnya terasa kelu walau untuk berbicara satu kata pun.
"Mama Gretha koma nak," jawab Risa sambil mengelus puncak kepala milik Alex. Hati Risa berdenyut nyeri kala harus mengatakan itu kepada cucunya.
Alex yang tidak mengerti artinya koma, hanya bisa menangis. "Mama kapan bangunnya, Oma?" Ia bertanya dengan sesegukan.
Risa tersenyum sendu. "Mama Gretha pasti bangun Sayang, tapi nggak sekarang. Kita tunggu aja ya kabar dari dokter."
Alex mengangguk lemah. "Alex boleh lihat mama, nggak?" Tangisannya perlahan mereda. Ia menatap ke arah Risa untuk meminta izin.
Risa pun, berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan cucunya. Ia memberi pengertian, "Anak di bawah umur nggak boleh berkunjung ke dalam, Sayang. Alex ngelihat Mama dari luar aja ya."
"Baik, Oma," angguknya lemah.
☠️☠️☠️
"Tolong buat dia menderita di dalam penjara!" titah Veno pada Sandi. Matanya penuh amarah yang membara. Rahangnya pun, kini semakin mengetat saat mengingat istrinya ditembak oleh pria bajingan itu.
Sandi mengangguk mengerti. Ia bisa memahami bagaimana perasaan temannya ini. Hampir kehilangan seseorang yang dicintai bisa membuat seseorang depresi.
"Nak, sudahlah. Pelakunya kan sudah di tangkap. Kita maafin saja," ucap Risa menghampiri putranya.
Sebenarnya dirinya juga kesal dengan pelaku yang telah menembak menantunya, namun ia tidak boleh membiarkan dendam itu menumpuk di hatinya.
Bagaimanapun, dengan adanya dendam, kejadian seperti hari ini akan terulang kembali. Lebih baik mengikhlaskan takdir daripada membalaskan semua yang telah terjadi.
Veno menatap datar ibunya.
"Nggak, aku harus balaskan perbuatan dia, meskipun tidak seberat yang dialami istriku." Mata Veno kini memerah menahan tangis. Setiap mengingat pengorbanan istrinya, entah mengapa hatinya terasa sakit.
"Nak, dendam nggak ada gunanya. Lebih baik kita mengikhlaskan semua yang terjadi. Lagian pelakunya sudah ditangkap, kan?" Risa masih berusaha untuk membujuk putra sulungnya itu. Dia tidak mau anaknya mengambil langkah yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower's Fat Wife [End]
Romantik⚠️ZONA BAPER⚠️ Menikah dengan suami sahabatnya sendiri? Tidak pernah ada di dalam kamus seorang gadis bernama Gretha. Gretha, si gadis bertubuh overweight, mengalami hal yang tidak pernah sama sekali dibayangkannya akan terjadi. Ia berharap menikah...